MAKALAH
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
“KONSEP TEORI- TEORI BELAJAR DAN
PEMBELAJARAN”
OLEH :
KELOMPOK 3
BELLA NOVIA RISKI 156310637
DIAN WULANDARI 156310560
FERRA DYASTI MARZIOLA 156311226
GEBBY SHINTIA DEWI 156310496
HURRIYATUL AINAH 156310606
2D
DOSEN PEMBIMBING : MARHAMAH, S.pd
M.ed
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
KATA
PENGANTAR
Makalah ini disusun agar pembaca
dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang proses belajar dan pembelajaran,
serta menambah wawasan, dan pengetahuan
tentang teori-teori belajar dan pembelajaran yang dapat mendukung pembelajaran
yang disajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber
Dalam menyusun makalah ini mungkin
terdapat kesalahan, baik dalam penulisan maupun isi makalah. Oleh karena itu
kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.
Pekanbaru, 03 Maret 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................. 2
Daftar Isi............................................................................................................ 3
Pembahasan
A. Teori Behavioristik....................................................................................... 5
1.
Biografi Tokoh Penemu...................................................................... 5
2.
Pengertian............................................................................................ 5
3.
Teori Belajar Menurut Para Ahli...................................................... 6
4.
Kelebihan dan Kekurangan............................................................... 8
5.
Aplikasi dan Contoh Kasus................................................................ 9
B. Teori Kognitif............................................................................................... 10
1.
Biografi Tokoh Penemu...................................................................... 10
2.
Pengertian............................................................................................ 10
3.
Teori Belajar Menurut Para Ahli...................................................... 11
4.
Kelebihan dan Kekurangan............................................................... 15
5.
Aplikasi dan Contoh Kasus................................................................ 15
C. Teori Konstruktivistik................................................................................. 16
1.
Biografi Tokoh Penemu...................................................................... 16
2.
Pengertian............................................................................................ 16
3.
Teori Belajar Menurut Para Ahli...................................................... 16
4.
Kelebihan dan Kekurangan............................................................... 18
5.
Aplikasi dan Contoh Kasus................................................................ 18
D.
Teori Humanistik........................................................................................ 21
1.
Biografi Tokoh Penemu...................................................................... 21
2.
Pengertian............................................................................................ 21
3.
Teori Belajar Menurut Para Ahli...................................................... 22
4.
Kelebihan dan Kekurangan............................................................... 23
5.
Aplikasi dan Contoh Kasus................................................................ 24
E. Teori Sibernetik............................................................................................ 25
1.
Biografi Tokoh Penemu...................................................................... 25
2.
Pengertian............................................................................................ 26
3.
Teori Belajar Menurut Para Ahli...................................................... 26
4.
Kelebihan dan Kekurangan............................................................... 27
5.
Aplikasi dan Contoh Kasus................................................................ 28
Daftar Pustaka.................................................................................................. 29
PEMBAHASAN
A.
TEORI BEHAVIOURISTIK
1.
BIOGRAFI TOKOH PENEMU
Adward Lee Thorndike lahir tanggal
31 Agustus 1874 di Williamsburg, dan Meninggal tanggal 10 Agustus 1949 di
Montrose, New York.
Ia adalah seorang psikolog Amerika yang menghabiskan hampir seluruh karirnya di Teachers College, Columbia University. Masa kanak-kanak dan Pendidikannya adalah sebagai anak seorang pendeta Metodis di Lowell, Massachusetts. Thorndike lulus dari The Roxbury Sekolah Latin (1891), di West Roxbury, Massachusetts, Wesleyan University (BS 1895), Harvard University (MA 1897), dan Columbia University (PhD. 1898).
Beberapa buku yang pernah ditulisnya, antara lain :
• Animal Intelligence : An Experimental Study of Asociation Process in Animal – 1898 (saat Thorndike berusia 24 tahun). Buku ini berisi penelitian Thorndike terhadap tingkah laku beberapa jenis hewan, yang mencerminkan prinsip dasar dari proses belajar yang ia anut yaitu asosiasi
•Educational Psychology (1903) : Buku ini merupakan penerapan prinsip transfer of training di bidang pendidikan. Berkat buku ini dan prestasinya yang lain, Thorndike diangkat menjadi guru besar di “Teacher’s College of Columbia”.
• Animal Intelligence – 1911: Sebenarnya buku ini merupakan disertasi doktornya (1898) yang dikembangkan bersama dengan penelitian-penelitiannya yang lain.Thorndike dianggap sebagai pelopor di beberapa bidang, antara lain : learning theory, educational practice,verbal behavior, comparative psychology,intelligence testing, nature-nurture problem, transfer of learning and application of quantitatives measures to sociopsychological problems.
Ia adalah seorang psikolog Amerika yang menghabiskan hampir seluruh karirnya di Teachers College, Columbia University. Masa kanak-kanak dan Pendidikannya adalah sebagai anak seorang pendeta Metodis di Lowell, Massachusetts. Thorndike lulus dari The Roxbury Sekolah Latin (1891), di West Roxbury, Massachusetts, Wesleyan University (BS 1895), Harvard University (MA 1897), dan Columbia University (PhD. 1898).
Beberapa buku yang pernah ditulisnya, antara lain :
• Animal Intelligence : An Experimental Study of Asociation Process in Animal – 1898 (saat Thorndike berusia 24 tahun). Buku ini berisi penelitian Thorndike terhadap tingkah laku beberapa jenis hewan, yang mencerminkan prinsip dasar dari proses belajar yang ia anut yaitu asosiasi
•Educational Psychology (1903) : Buku ini merupakan penerapan prinsip transfer of training di bidang pendidikan. Berkat buku ini dan prestasinya yang lain, Thorndike diangkat menjadi guru besar di “Teacher’s College of Columbia”.
• Animal Intelligence – 1911: Sebenarnya buku ini merupakan disertasi doktornya (1898) yang dikembangkan bersama dengan penelitian-penelitiannya yang lain.Thorndike dianggap sebagai pelopor di beberapa bidang, antara lain : learning theory, educational practice,verbal behavior, comparative psychology,intelligence testing, nature-nurture problem, transfer of learning and application of quantitatives measures to sociopsychological problems.
2.
PENGERTIAN TEORI BEHAVIORISTIK
Teori
belajar behavioristik adalah sebuah teori tentang perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman yang dicetuskan oleh Gagne dan Berliner. Teori
ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaaruh terhadap
arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal
sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku
yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan
stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif.
3.
TEORI BELAJAR MENURUT PARA AHLI
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon.
Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti
pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan
respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat
pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah
laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati,
atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme
sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara
mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut
pula dengan teori koneksionisme (Slavin, 2000).
Ada tiga hukum
belajar yang utama, menurut Thorndike yakni (1) hukum efek; (2) hukum latihan
dan (3) hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini menjelaskan
bagaimana hal-hal tertentu dapat memperkuat respon.
Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara
stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat
diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya
perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun
dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan
karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, karena
kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau
Biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh
mana dapat diamati dan diukur.
Clark Hull juga menggunakan variabel
hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun
dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, seperti
halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk
menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan
kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction)
adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia,
sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan
dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat
berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi
juga dikaitkan dengan kondisi biologis (Bell, Gredler, 1991).
Azas belajar Guthrie yang utama adalah
hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan,
pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama (Bell,
Gredler, 1991). Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon
untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan
terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon
lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang
baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru.
Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karena dalam
kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar
hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga
percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses
belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah
tingkah laku seseorang.
Saran utama dari teori ini adalah guru
harus dapat mengasosiasi stimulus respon secara tepat. Pebelajar harus
dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari. Dalam mengelola kelas guru tidak
boleh memberikan tugas yang mungkin diabaikan oleh anak (Bell, Gredler, 1991).
Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner
tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu
menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebihkomprehensif. Menurut
Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi
dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku,
tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya
respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus
yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan
mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki
konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya
mempengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena itu dalam memahami
tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara stimulus
yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan
berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner juga
mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat
untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab
setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya.
4.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
a) Kelebihan Teori Behavioristik
1. Membiasakan guru untuk bersikap jeli
dan peka pada situasi dan kondisi belajar.
2. Guru tidak banyak memberikan ceramah
sehingga murid dibiasakan belajar mandiri. Jika menemukan kesuliitan, baru
ditanyakan kepada guru yang bersangkutan.
3. Bahan pelajaran yang disusun secara
hierarkis dari yang sederhana sampai pada yang kompleks dengan tujuan
pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian
suatu perilaku yang konsisten terhadap bidaang tertentu.
4. Teori ini cocok untuk memperoleh
kemampuan yang membutuhkan praktik dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur
kecepatan, spontanitas, dan daya tahan.
5. Teori behavioristik juga cocok
diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peraan orang
dewasa, suka mengulangi, dan harus dibiasakan, suka meniru, dan senang dengan
bentuk-bentuk penghargaan langsung.
b) Kekurangan Teori Behavioristik
1. Sebuah konsekuensi bagi guru untuk menyusun bahan
pelajaran dalam bentuk yang sudah siap.
2. Tidak setiap mata pelajaran bisa
menggunakan metode ini.
3. Murid berperan sebagai pendengar
dalam proses pembelajaran dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang
sebagai cara belajar yang efektif.
4. Murid dipandang pasif, perlu
motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru.
5. Pembelajaran siswa yang berpusat
pada guru (teacher centered learning)
bersifat mekanistik dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan
diukur.
5.
APLIKASI DAN CONTOH KASUS
a)
Aplikasi Teori Behavioristik
Menurut Suprijono (2009:21),
implikasi prinsip-prinsip behaviorisme pada kegiatan pembelajaran adalah
sebagai berikut :
a. Kegiatan belajar adalah kegiatan
figuratif.
b. Belajar menekankan perolehan
informasi dan penambahan.
c. Belajar merupakan proses dialog
imperatif, bukan dialog interaktif.
d. Belajar bukan proses organik dan
konstruktif, melainkan proses mekanik.
e. Aktivitas belajar didominasi oleh
kegiatan menghafal dan latihan.
b)
Contoh Kasus Pelaksanaan
Pembelajaran Menurut Teori Behavioristik
Jono baru saja beranjak dari SMP
menuju SMA. Ia masuk ke SMA yang terkenal sebagai SMA yang dihuni oleh
orang-orang kelas atas. Padahal ia berasal dari keluarga yang tergolong
menengah kebawah. Awalnya orang tua Jono tidak memperbolehkan Jono masuk
kesekolah tersebut karena takut Jono terpengaruh gaya hidup mereka. Namun
paksaan Jono yang yang sedemikian rupa membuat orang tuanya luluh juga.
Setelah beberapa lama berada
disekolah itu, Jono seperti mengalami diskriminasi karena ia tidak pernah mau
untuk ikut bermain dengan teman-temannya saat ia diajak. Sedikit demi sedikit,
Ia mulai merasa dikucilkan. Awalnya, ia tidak terpengaruh. Namun lama kelamaan,
ia mulai merasa kesepian. Bahkan, teman-temannya senang sekali mengerjai Jono.
Perilaku teman-temannya mulai membuat Jono tidak fokus. Prestasi belajar mulai
menurun. Ini membuat Jono selalu stress.
Keadaan seperti ini mulai mengubah
Jono. Jono yang selama ini selalu rendah hati mulai merasa harus seperti
teman-temannya. Akhirnya muncul juga keinginan untuk bermain dengan
teman-teman. Ia mencuri uang orang tuanya untuk bisa berpenampilan seperti
teman-temannya. Keadaan hidup seperti ini membuat ia tak nyaman. Ia ingin
sekali tidak seperti ini, namun itu hanya tinggal keinginan saja. Ketakutan
akan dikucilkan membuat ia tetap menjalankan kebiasaan buruk ini.
B.
TEORI KOGNITIF
1.
BIOGRAFI TOKOH PENEMU
Jean
Piaget [ʒɑ̃ pjaˈʒɛ] (lahir di Neuchâtel,
Swiss,
9 Agustus
1896 – meninggal
16 September
1980 pada umur
84 tahun) adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan psikolog perkembangan Swiss, yang terkenal
karena hasil penelitiannya tentang anak-anak
dan teori perkembangan kognitifnya. Menurut Ernst von Glasersfeld,
Jean Piaget adalah juga "perintis besar dalam teori konstruktivis
tentang pengetahuan". Karya Piaget pun banyak dikutip dalam pembahasan
mengenai psikologi kognitif.
2.
PENGERTIAN TEORI KOGNITIF
Menurut
teori kognitif, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Belajar tidak
selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Asumsi dasar teori
ini adalah setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam
dirinya. Menurut teori ini, proses belajar akan berjalan baik bila materi
pelajaran yang baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki
oleh siswa.
3. TEORI
BELAJAR MENURUT PARA AHLI
1. Teori
Belajar Kognitif Menurut Piaget
Jean Piaget adalah seorang ahli
biologi dan psikolog yang mempunyai kontribusi besar dalam pemahaman terhadap
perkembangan intelektual anak. Dalam rangka memahami proses dan tingkat
perkembangan intelektual anak ini Piaget telah melakukan observasi
bertahun-tahun sejak tahun 1920-an terhadap perkembangan intelektual yang
terjadi pada anak-anak. Ia mulai melakukan observasi dan interview pada tiga
orang anaknya, kemudian anak-anak lain dan para remaja melalui berbagai
pemberian tugas intelektual, kemudian mencatat jawaban-jawaban yang
diperolehnya. Melalui penelitian yang ekstensif akhirnya secara detail Piaget
dapat menggambarkan teori proses perkembangan intelektual yang terjadi pada
anak mulai dari bayi sampai remaja.
Prinsip-prinsip teori perkembangan
intelektual adalah sebagai berikut :
1. Teori perkembangan
intelektual bertujuan untuk menjelaskan mekanisme proses perkembangan individu
mulai dari masa bayi, anak-anak sampai menjadi individu yang dewasa yang mampu
bernalar dan berpikir menggunakan hipotesis.
2. Perkembangan genetika
dalam organisme tertentu tidak seluruhnya dipengaruhi oleh sifat-sifat
keturunan dan tidak terjadi karena perubahan lingkungan, tetapi sangat
dipengaruhi oleh proses interaksi antara organisme dengan lingkungan.
3. Kecerdasan adalah
proses adaptasi dengan lingkungan dan membentuk struktur kognitif yang
diperlukan dalam mengadakan penyesuaian dengan lingkungan.
4. Hasil
perkembangan intelektual adalah kemampuan berpikir operasi formal.
5. Fungsi perkembangan
intelektual adalah menghasilkan stuktur kognitif yang kuat yang memungkinkan
individu bertindak atas lingkungannya dengan luwes dan dengan berbagai macam
cara.
6. Faktor yang
mempengaruhi perkembangan intelektual adalah lingkungan fisik, kematangan,
pengaruh sosial dan proses pengaturan diri (ekuilibrium).
Menurut Jean Piaget, bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga
tahapan, yaitu :
a.
Asimilasi yaitu proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke
struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa. Contoh, bagi siswa yang
sudah mengetahui prinsip penjumlahan, jika gurunya memperkenalkan prinsip
perkalian, maka proses pengintegrasian antara prinsip penjumlahan (yang sudah
ada dalam benak siswa), dengan prinsip perkalian (sebagai informasi baru) itu
yang disebut asimilasi.
b. Akomodasi yaitu penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru.
Contoh, jika siswa diberi soal perkalian, maka berarti pemakaian (aplikasi)
prinsip perkalian tersebut dalam situasi yang baru dan spesifik itu yang
disebut akomodasi.
c.
Equilibrasi (penyeimbangan) yaitu penyesuaian berkesinambungan antara
asimilasi dan akomodasi. Contoh, agar siswa tersebut dapat terus berkembang dan
menambah ilmunya, maka yang bersangkutan menjaga stabilitas mental dalam
dirinya yang memerlukan proses penyeimbangan antara “dunia dalam” dan “dunia
luar.
Menurut Piaget perkembangan kognitif
anak dibagi menjadi empat tahap, yaitu Tahap
sensori motorik, praoperasional, operasional konkret, dan opersional formal.
1. Tahap sensori motorik
(0-2 tahun)
Pada tahap ini anak mengatur sensorinya
(inderanya) dan tindakan-tindakannya. Pada awal periode ini anak tidak
mempunyai konsepsi tentang benda-benda secara permanen. Artinya anak belum
dapat mengenal dan menemukan objek, benda apapun yang tidak dilihat, tidak
disentuh atau tidak didengar. Benda-benda tersebut dianggap tidak ada
meskipun sesungguhnya ada di tempat lain.
2. Tahap Praoperasional
(2-7 tahun)
Anak sudah dapat memahami
objek-objek secara sempurna, sudah dapat mencari benda yang dibutuhkannya
walaupun ia tidak melihatnya. Sudah memiliki kemampuan berbahasa (dengan
kata-kata pendek).
3. Tahap Operasional
Konkret (7-11 tahun)
Anak sudah mulai melakukan operasi
dan berpikir rasional, mampu mengambil keputusan secara logis yang bersifat
konkret, mampu mepertimbangkan dua aspek misalnya bentuk dan ukuran. Adanya
keterampilan klasifikasi-dapat menggolongkan benda-benda ke dalam
perangkat-perangkat dan penalarannya logis dan bersifat tidak abstrak (tidak
membayangkan persamaan aljabar).
4. Tahap Operasional Formal (11-15
tahun)
Remaja tidak lagi terbatas pada
pengalaman konkret aktual sebagai dasar pemikiran. Mereka dapat membangkitkan
situasi-situasi khayalan, kemungkinan-kemungkinan hipotetis, atau dalil-dalil
dan penalaran yang benar-benar abstrak. Tiga sifat pemikiran remaja pada tahap
operasional formal:
a. Remaja berfikir
lebih abstrak daripada anak-anak. Para pemikir operasional formal, misalnya
dapat memecahkan persamaan-persamaan aljabar yang abstrak.
b. Remaja sering
berfikir tentang yang mungkin. Mereka berfikir tentang ciri-ciri ideal diri
mereka sendiri, orang lain, dan dunia.
c. Remaja mulai
berfikir seperti ilmuwan, yang menyusun rencana-rancana untuk memecahkan
masalah dan menguji pemecahan masalah secara sistematis. Tipe pemecahan masalah
ini diberi nama deduksi hipotetis.
2. Teori
Belajar Kognitif Menurut Mex Wertheimenr
Psikologi mulai berkembang dengan lahirnya teori belajar Gestalt. Peletak
dasar pisiologi Gestalt adalah Mex Wertheimenr tahun1880-1943. Teori Gestalt ini memandang belajar
adalah proses yang didasarkan pada pemahaman (insight). Karena pada dasarnya
setiap tingkah laku seseorang selalu didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan
mengenal atau memikirkan situasi di mana tingkah laku tersebut terjadi. Dengan
kata lain, teori Gestalt ini menyatakan bahwa yang paling penting dalam proses
belajar individu adalah dimengertinya apa yang dipelajari oleh tersebut. Oleh
karena itu, teori belajar Gestalt ini disebut teori insight.
Proses belajar yang menggunakan insight mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Suryabrata, 1990) :
Proses belajar yang menggunakan insight mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Suryabrata, 1990) :
a.
Insight
tergantung pada kemampuan dasar.
b.
Insight tergantung kepada pengalaman masa
lampau yang relevan.
c.
Insight
tergantung kepada pengaturan situasi yang dihadapi.
d.
Insight
didahului dengan periode mencari dan mecoba-coba.
Solusi problem dengan menggunakan insight
dapat diulangi dengan mudah, dan akan berlaku secara berlangsung
3. Teori
Belajar Kognitif Menurut Brunner
Menurut
Brunner, pembelajaran hendaknya dapat menciptakan situasi agar mahasiswa dapat
belajar dari diri sendiri melalui pengalaman dan eksperimen untuk menemukan
pengetahuan dan kemampuan baru yang khas baginya. Dari sudut pandang psikologi
kognitif, bahwa cara yang dipandang efektif untuk meningkatkan kualitas output
pendidikan adalah pengembangan program-program pembelajaran yang dapat
mengoptimalkan keterlibatan mental intelektual pembelajar pada setiap jenjang
belajar. Sebagaimana direkomendasikan Merril, yaitu jenjang yang bergerak dari
tahapan mengingat, dilanjutkan ke menerapkan, sampai pada tahap penemuan
konsep, prosedur atau prinsip baru di bidang disiplin keilmuan atau keahlian
yang sedang dipelajari.
Dalam
teori belajar, Jerome Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar akan berjalan
baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan atau
kesimpulan tertentu. Dalam hal ini Bruner membedakan menjadi tiga tahap. Ketiga
tahap itu adalah:
1.
tahap
informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman baru,
2.
tahap transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis pengetahuan
baru serta mentransformasikan dalam bentuk baru yang mungkin bermanfaat untuk
hal-hal yang lain, dan
3.
evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil
tranformasi pada tahap kedua tadi benar atau tidak.
Bruner
mempermasalahkan seberapa banyak informasi itu diperlukan agar dapat
ditransformasikan .
Perlu Anda ketahui, tidak hanya itu saja namun
juga ada empat tema pendidikan yaitu:
à mengemukakan pentingnya arti
struktur pengetahuan,
à kesiapan (readiness) siswa untuk belajar,
à nilai intuisi dalam proses
pendidikan dengan intuisi,
à motivasi atau keinginan untuk
belajar siswa, dan guru untuk memotivasinya.
à Bloom dan Krathwohl menunjukkan apa
yang mungkin dikuasai (dipelajari) oleh siswa, yang tercakup dalam tiga kawasan
yang diantaranya : Kognitif. Kognitif terdiri dari enam tingkatan, yaitu :
1.
Pengetahuan (mengingat, menghafal),
2.
Pemahaman (menginterpretasikan),
3. Aplikasi / penerapan
(menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah),
4.
Analisis (menjabarkan suatu konsep),
5. Sintesis (menggabungkan
bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh),
6.
Evaluasi (membandingkan nilai, ide, metode dan sebagainya).
Oleh
karena itu para ahli teori belajar psikologi kognitif berkesimpulan bahwa salah
satu faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di kelas
ialah faktor kognitif yang dimiliki oleh peserta didik. Faktor kognitif
merupakan jendela bagi masuknya berbagai pengetahuan yang diperoleh peserta
didik melalui kegiatan belajar mandiri maupun kegiatan belajar secara kelompok.
4.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
a) Kelebihan Teori Kognitif
1. Menjadikan siswa lebih kreatif dan
mandiri.
2. Membantu siswa memahami bahan
belajar secara lebih mudah.
b) Kekurangan Teori Kognitif
1. Teori tidak menyeluruh untuk semua
tingkat pendidikan.
2. Sulit dipraktikkan, khususnya
ditingkat lanjut.
3. Beberapa prinsip, seperti
intelegensi, sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.
5.
APLIKASI DAN CONTOH KASUS
a)
Aplikasi Teori Kognitif
1. Guru harus memahami bahwa siswa
bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya.
2. Guru menyusun materi dengan
menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana ke kompleks.
3. Guru menciptakan pembelajaran yang
bermakna.
4. Guru memerhatikan perbedaan
individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa.
b)
Contoh Kasus Teori Kognitif
1. Guru Matematika SMK nonteknik berusaha agar
pengetahuan siswanya utuh, tidak terpisah-pisah. Artinya, pengetahuan yang satu
terkait dengan pengetahuan yang lain. Sebagai contoh, konsep integral harus
dikaitkan dengan konsep turunan.
2. Agar lebih bermakna, pengetahuan
yang baru diajarkan dihubungkan dengan situasi nyata. Misalnya, guru dapat
menghubungkan himpunan kosong, yang satu tidak mempunyai anggota, yang satunya
lagi belum ada tulisan didalamnya.
3. Pembelajarn Matematika di SMK
nonteknik dimulai dari benda konkret, semi-konkret, baru ke abstrak. Guru
Matematika SMK nonteknik menyadari bhawa siswa yang sudah berada pada tahap
operasional formal sekalipun akan lebih mudah mempelajari matematika jika
dimulai dari sesuatu yang konkret ataupun yang bisa dipikirkan siswa. Misalnya,
konsep turunan yang dimulai dari konsep kecepatan.
C.
TEORI KONSTRUKTIVISTIK
1.
BIOGRAFI TOKOH PENEMU
Vygotsky nama
lengkapnya adalah Lev Semenovich Vygotsky. Ia lahir di Rusia pada tanggal 5
November 1896. Pada tanggal 11 Juni 1934, ia telah menjadi ahli psikologi
perkembangan di soviet dan ia mendasarkan pada psikologicultural- historis.
Vygotsky telah belajar privat pada Solomon Ashpiz dan lulus dari Universitas
negeri di moskow 1917. Setelah itu, dia memberikan kuliah tentang psikologi di
moskow pada tahun 1924.Dimana ia bekerja dengan khusus pada
pemikiran (ide) tentang perkembangan kognitif, terutama hubungan antara bahasa
dan pikiran, tulisannya menitik beratkan pada peran latar sejarah, budaya, dan
faktor sosial. Dalam kognitif dan berdebat melalui bahasa khusus yang telah
banyak dijadikan simbol dan alat-alat yang di sediakan masyarakat. Vygotsky
meninggal karena kena TBC pada tahun 1934.
2.
PENGERTIAN TEORI
KONSTRUKTIVISTIK
Teori
Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang
bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang
dipelajari. Beda dengan aliran behavioristik yang memahami hakikat belajar
sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus respon,
kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau
menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan
pengalamanya. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang
baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan
pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan
menjadi lebih dinamis.
3.
TEORI BELAJAR MENURUT PARA AHLI
1.
Jean Piaget
Salah satu
teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori belajar
konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa juga
disebut teori perkembangan intelektual. Teori belajar tersebut berkenaan dengan
kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual
dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud
dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan.
Misalnya, pada tahap sensori motor anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan.
Piaget yang dikenal sebagai
konstruktivis pertama yang menegaskan bahwa pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran
anak melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi
baru dalam pikiran. Sedangkan, akomodasi adalah menyusun kembali struktur
pikiran karena adanya informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai
tempat. Pengertian tentang akomodasi yang lain adalah proses mental yang
meliputi pembentukan skema baru yang cocok dengan rangsangan baru atau memodifikasi skema
yang sudah ada sehingga cocok dengan rangsangan.
2.
Vygotsky
Konstruktivisme
sosial yang dikembangkan oleh Vigotsky adalah bahwa belajar bagi anak dilakukan
dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun fisik. Penemuan atau discovery
dalam belajar lebih mudah diperoleh dalam konteks sosial budaya seseorang. Dalam
penjelasan lain mengatakan
bahwa inti konstruktivis Vigotsky adalah interaksi antara aspek internal dan
ekternal yang penekanannya pada lingkungan sosial dalam belajar.
Beberapa
ahli konstruktivisme yang terkemuka berpendapat bahwa pembelajaran yang
bermakna itu bermula dengan pengetahuan atau pengalaman sedia ada murid. Rutherford
dan Ahlgren berpendapat bahawa murid mempunyai ide mereka sendiri tentang
hampir semua perkara, di mana ada yang betul dan ada yang salah. Jika kepahaman
dan miskonsepsi ini diabaikan atau tidak ditangani dengan baik, kepahaman atau
kepercayaan asal mereka itu akan tetap kekal walaupun dalam pemeriksaan mereka
mungkin memberi jawaban seperti yang dikehendaki oleh guru.
John Dewey
menguatkan lagi teori konstruktivisme ini mengatakan bahawa pendidik yang cekap
harus melaksanakan pengajaran dan pembelajaran sebagai proses menyusun atau
membina pengalaman secara berterusan. Beliau juga menekankan kepentingan
penyertaan murid di dalam setiap aktivitas pengajaran
dan pembelajaran.
4.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
a) Kelebihan Teori Konstruktivistik
1. Dalam proses membina pengetahuan
baru, pembelajar berpikir untuk menyelesaikan masalah, menjalankan ide-idenya,
dan membuat keputusan.
2. Karena pembelajar terlibat secara
langsung dalam membina pengetahuan baru, pembelajar lebih paham dan dapat
mengaplikasikannya dalam semua situasi.
3. Karena pembelajar terlibat langsung
secara aktif, pembelajar akan mengingat semua konsep lebih lama.
4. Pembelajar akan lebih mmemahami
keadaan lingkungan sosialnya, yang diperoleh dari interaksi dengan teman dan
guru dalam membina pengetahuan baru.
5. Karena pembelajar terlibat langsung
secara terus menerus, pembelajar akan pemahaman, ingat, yakin dan berinteraksi
dengan sehat. Dengan demikian, pembelajar akan merasa senang belajar dan
membina pengetahuan baru.
b) Kekurangan Teori Konstruktivistik
1. Peran guru sebagai pendidik kurang
mendukung.
2. Karena cakupannya lebih luas, lebih
sulit dipahami.
5.
APLIKASI DAN CONTOH KASUS
1)
Aplikasi Teori Konstruktivistik
a.
Setiap guru akan pernah mengalami bahwa suatu materi
telah dibahas dengan jelas-jelasnya namun masih ada sebagian siswa yang belum
mengerti ataupun tidak mengerti materi yang diajarkan sama sekali. Hal ini
menunjukkan bahwa seorang guru dapat mengajar suatu materi kepada sisiwa dengan
baik, namun seluruh atau sebagian siswanya tidak belajar sama sekali. Usaha
keras seorang guru dalam mengajar tidak harus diikuti dengan hasil yang baik
pada siswanya. Karena, hanya dengan usaha yangkeras para sisiwa sedirilah para
siswa akan betul-betul memahami suatu materi yang diajarkan.
b.
Tugas setiap guru dalam memfasilitasi siswanya,
sehingga pengetahuan materi yang dibangun atau dikonstruksi para siswa
sendirisan bukan ditanamkan oleh guru. Para siswa harus dapat secara aktif
mengasimilasikan dan mengakomodasi pengalaman baru kedalam kerangka kognitifnya
c.
Untuk mengajar dengan baik, guru harus memahami
model-model mental yang digunakan para siswa untuk mengenal dunia mereka dan
penalaran yang dikembangkandan yang dibuat para sisiwa untuk mendukung
model-model itu.
d.
Siswa perlu mengkonstruksi pemahaman yang mereka
sendiri untuk masing-masing konsep materi sehingga guru dalam mengajar bukannya
“menguliahi”, menerangkan atau upaya-upaya sejenis untuk memindahkan
pengetahuan pada siswa tetapi menciptakan situasi bagi siswa yang membantu
perkembangan mereka membuat konstruksi-konstruksi mental yang diperlukan.
e.
Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga
terjadisituasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat
dikonstruksi oleh peserta didik.
f.
Latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan
melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan
sehari-hari.
g.
Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat
menemukan cara belajar yang sesuai dengan dirinya. Guru hanya sebagai
fasilitator, mediator, dan teman yang membuat situasi kondusif untuk terjadinya
konstruksi engetahuan pada diri peserta didik.
2) Contoh Kasus
Dalam suatu
pelajaran IPS guru menugaskan siswa untuk membentuk kelompok. Guru kemudian
memberi foto kopi peta provinsi Lampung kepada setiap kelompok. Setelah
beberapa saat memberi kesempatan setiap anggota mencermati peta tersebut, guru
bertanya "Coba, apa yang menarik dari nama-nama tempat di peta itu?"
Siswa bergantian menjawab bahwa banyak nama desa berbahasa Jawa, di 'antaranya
seperti 'Pringsewu', `Sukohardjo', dan 'Kalirejo'. 'Menurut kalian mengapa
terjadi demikian?'.
Guru berusaha untuk
membimbing arah berpikir siswa, mengaitkan kenyataan tersebut dengan aspek
sosial, ekonomi dan budaya, seperti 'transmigrasi', 'hubungan sosial antar
budaya' atau multikultural, dan sebagainya.
Dalam kesempatan berdiskusi dengan kelompok, siswa berusaha mengembangkan pemahaman tentang interaksi berbagai konsep IPS melalui nama desa.
Dalam kesempatan berdiskusi dengan kelompok, siswa berusaha mengembangkan pemahaman tentang interaksi berbagai konsep IPS melalui nama desa.
Menurut Anda
dapatkah pembelajaran di atas dikategorikan sebagai pembelajaran tematik, yaitu
pembelajaran yang dikembangkan dari suatu tema/topik? Apabila ya, kira-kira
tema apa yang sesuai dengan contoh pembelajaran di atas?
Perhatikan pula
contoh berikut ini!
Dalam suatu
pembelajaran matematika, guru bertanya kepada siswa. Saya perlu mengisi bensin
mobil saya, dan saya hanya mempunyai uang Rp100.000,00. Harga bensin sekarang
Rp4000,00 per liter. Dengan uang tersebut berapa liter bensin yang akan saya
peroteh?' Siswa sibuk menghitung dan sating mengecek hasil hitungan dengan
teman di dekatnya. `Mirna, jawabnya bagaimana?"
“Hampir 23 liter,
Pak," sahut Mirna. 'Tepatnya berapa?' "2,222 liter, Pak. "
"Bagus. Nah,
sekarang, menurut kalian harga bensin saat ini mahal atau murah?"
Melalui pertanyaan
ini Pak Guru membawa siswa berpikir tentang berbagai penyebab perubahan harga
bensin, kaitannya dengan ketersediaan sumber daya alam, dan sebagainya. Dalam
pembelajaran ini siswa mendapat kesempatan untuk berhitung, membahas prinsip
ekonomi (naik turunnya harga merupakan fungsi permintaan dengan persediaan
barang), dan . pentingnya pengelolaan sumber daya alam dengan baik.
Dalam pembelajaran ini siswa dilatih berpikir lintas disiplin (interdisipliner) dan multi disiplin. Kedalaman dan kompleksitas tujuan pembelajaran tentunya akan bervariasi sesuai dengan jenjang pendidikan.
Dalam pembelajaran ini siswa dilatih berpikir lintas disiplin (interdisipliner) dan multi disiplin. Kedalaman dan kompleksitas tujuan pembelajaran tentunya akan bervariasi sesuai dengan jenjang pendidikan.
D.
TEORI HUMANISTIK
1.
BIOGRAFI TOKOH PENEMU
Abraham Harold Maslow dilahirkan di Brooklyn, New
York, pada tanggal 1 April 1908. Maslow dibesarkan dalam keluarga Yahudi Rusia
dengan orangtua yang tidak mengenyam pendidikan tinggi. Pada masa kecilnya, ia
dikenal sebagai anak yang kurang berkembang dibanding anak lain sebayanya. Ia
mengatakan bahwa dirinya adalah seorang anak Yahudi yang tumbuh dalam
lingkungan yang mayoritas dihuni oleh non Yahudi.
Ia merasa
terisolasi dan tidak bahagia pada masa itu. Ia tumbuh di perpustakaan diantara
buku-buku. Ia awalnya berkuliah umum, namun pada akhirnya, ia memilih untuk
mempelajari psikologi dan lulus dari Universitas Wisconsin. Pada saat ia
berkuliah, ia menikah dengan sepupunya yang bernama Bertha pada bulan Desember
1928 dan bertemu dengan mentor utamanya yaitu Profesor Harry Harlow. Ia
memperoleh gelar bachelor pada 1930, master pada
1931, dan Ph.D pada 1934. Maslow kemudian memperdalam riset
dan studinya di Universitas Columbia dan masih mendalami subjek yang sama. Di
sana ia bertemu dengan mentornya yang lain yaitu Alfred Adler, salah satu
kolega awal dari Sigmund Freud.
Pada tahun 1937-1951, Maslow memperdalam ilmunya di
Brooklyn College. Di New York, ia bertemu dengan dua mentor lainnya yaitu Ruth
Benedict seorang antropologis, dan Max Wertheimer seorang Gestalt psikolog,
yang ia kagumi secara profesional maupun personal. Kedua orang inilah yang
kemudian menjadi perhatian Maslow dalam mendalami perilaku manusia. Maslow
menjadi pelopor aliran humanistik psikologi yang terbentuk pada sekitar tahun
1950 hingga 1960-an. Ia menghabiskan masa pensiunnya di California, sampai
akhirnya ia meninggal karena serangan jantung pada 8 Juni 1970. Kemudian ia
dianugerahkan gelar Humanist of the Year oleh Asosiasi Humanis Amerika pada
tahun 1967.
2.
PENGERTIAN TEORI HUMANISTIK
Teori
belajar humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan
bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu mengembangkan potensi
dirinya.
3.
TEORI BELAJAR MENURUT PARA AHLI
1. Carl Rogers
Carl R. Rogers dalam Hadis (2006:
71) kurang menaruh perhatian kepada mekanisme proses belajar. Belajar dipandang
sebagai fungsi keseluruhan pribadi. Mereka berpendapat bahwa belajar yang
sebenarnya tidak dapat berlangsung bila tidak ada keterlibatan intelektual
maupun emosional peserta didik. Oleh karena itu, menurut teori belajar
humanisme bahwa motifasi belajar harus bersumber pada diri peserta didik.
Roger membedakan dua ciri belajar,
yaitu:
(1) belajar yang bermakna dan (2)
belajar yang tidak bermakna. Belajar yang bermakna terjadi jika dalam proses
pembelajaran melibatkan aspek pikiran dan perasaan peserta didik, dan belajar
yang tidak bermakna terjadi jika dalam proses pembelajaran melibatkan aspek
pikiran akan tetapi tidak melibatkan aspek perasaan peserta didik.
Bagaimana proses belajar dapat
terjadi menurut teori belajar humanisme?. Orang belajar karena ingin mengetahui
dunianya. Individu memilih sesuatu untuk dipelajari, mengusahakan proses
belajar dengan caranya sendiri, dan menilainya sendiri tentang apakah proses
belajarnya berhasil.
Menurut Roger, peranan guru dalam
kegiatan belajar peserta didik menurut pandangan teori humanisme adalah sebagai
fasilitator yang berperan aktif dalam : (1) membantu menciptakan iklim kelas
yang kondusif agar peserta didik bersikap positif terhadap belajar, (2)
membantu peserta didik untuk memperjelas tujuan belajarnya dan memberikan
kebebasan kepada peserta didik untuk belajar, (3) membantu peserta didik untuk
memanfaatkan dorongan dan cita-cita mereka sebagai kekuatan pendorong belajar,
(4) menyediakan berbagai sumber belajar kepada peserta didik, dan (5) menerima
pertanyaan dan pendapat, serta perasaan dari berbagai peserta didik sebagaimana
adanya. (Hadis, 2006: 72)
2. Arthur Combs
Belajar terjadi bila mempunyai arti
bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak
relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan
karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak
ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya
tak lain hanyalah dari ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang
tidak akan memberikan kepuasan baginya. Untuk itu guru harus memahami perilaku
peserta didik dengan mencoba memahami dunia persepsi peserta didik tersebut
sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah
keyakinan atau pandangan peserta didik yang ada.
Perilaku internal membedakan
seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan
dengan berasumsi bahwa peserta didik mau belajar apabila materi pelajarannya
disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada
materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa si peserta
didik untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan
menghubungkannya dengan kehidupannya.
Combs memberikan lukisan persepsi
diri dalam dunia seseorang seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang
bertitik pusat pada satu.. Lingkaran kecil (1) adalah gambaran dari persepsi
diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia. Makin jauh
peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap
perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin
mudah hal itu terlupakan.
4. KELEBIHAN
DAN KEKURANGAN
a) Kelebihan Teori Humanistik
a.
selalu mengedepankan akan hal-hal yang
bernuansa demokratis, partisipatif-dialogis dan humanis.
b.
Suasana pembelajaran yang saling
menghargai, adanya kebebasan berpendapat, kebebasan mengungkapkan gagasan.
c.
keterlibatan
peserta didik dalam berbagai aktivitas di sekolah, dan lebih-lebih adalah
kemampuan hidup bersama (komunal-bermasyarakat) diantara peserta didik yang
tentunya mempunyai pandangan yang berbeda-beda.
b) Kekurangan Teori Humanistik :
a.
Teori humanistik tidak bisa diuji
dengan mudah.
b.
Banyak konsep dalam psikologi
humanistik, seperti misalnya orang yang telah berhasil mengaktualisasikan
dirinya, ini masih buram dan subjektif.
c.
Psikologi humanistik mengalami
pembiasan terhadap nilai individualistis
5.
APLIKASI DAN CONTOH KASUS
a)
Aplikasi Teori Humanistik
Aplikasi teori humanistik lebih
menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai
metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah
menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi,
kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi
pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
Berikut ini adalah berbagai cara
untuk memberi kemudahan belajar siswa:
1.
Partisipasi. Dalam dunia pendidikan, partisipasi mampu menghidupkan suasana
yang interaktif. Dua belah pihak, guru dan siswa, perlu saling peduli, saling
sharing, melakukan negosiasi, dan sama-sama bertanggung jawab atas proses dan
output pendidikan. Hal ini penting agar di akhir tahun, ketika terjadi
kegagalan studi, maka tidak terjadi saling tuding antara para pihak yang
memiliki kepedulian terhadap dunia pendidikan (guru, siswa, orangtua siswa,
ahli kurikulum, dan masyarakat luas).
2.
Integrasi. Di sini, perlu ditekankan interaksi, interpenetrasi, serta integrasi
pemikiran, perasaan dan tindakan. Membangun manusia yang seutuhnya berarti
membangun manusia yang konsisten dalam ketiga hal tersebut.
3.
Keterkaitan. Bahwa materi yang diajarkan perlu memiliki hubungan yang erat
dengan kebutuhan hidup dasar peserta didik serta berpengaruh nyata untuk
mereka, baik secara emosional maupun secara intelektual.
4.
Transparansi dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Para siswa pun berhak
mengetahui bahwa pada akhir pelajaran, mereka harus memahami hal-hal tertentu
yang mampu meningkatkan pengetahuan mereka. Dari sini, semakin nyata bahwa
siswa perlu tahu ke mana mereka diarahkan dalam sebuah pelajaran. Banyak guru
kurang menekankan bagian ini, dan langsung masuk ke "inti"
pembahasan, padahal hal ikhwal menjelaskan tujuan adalah termasuk hal
"inti" pula.
5.
Terakhir, tentu saja tujuan sosial dari pendidikan. Karena pendidikan adalah
sebuah sarana menyiapkan manusia untuk untuk berkarya dalam masyarakat, maka
pendidikan perlu menekankan penempaan akal dan mental peserta didik, agar mampu
menjadi sosok intelektual yang berbudaya.
b)
Contoh Kasus Teori Humanistik
Kesulitan
Penyesuaian Diri Mahasiswi “S” dalam kehidupan kampus
S, berusia 22 tahun, mahasiswi tingkat 1, mengalami ancaman DO. Dari hasil evaluasi 7 minggu pertama `ternyata nilai dari semua mata kuliah yang di ambilnya tidak memenuhi persyaratan lulus ke tingkat 2. PA memebritahu hal ini dengan tujuan dia bias mengejar nilainya, dengan belajar yang lebih alkif agar tidak terancam DO.
Dari hasil evaluasi 4 mata kuliahnya, S memperoleh 2 nilai C dan 2 nilai D. Dia sangat menyadari bahwa dia akan sulit untuk mendapat nilai yang baik untuk ke dua mata kuliahnya tersebut. Kenyataannya ini membuat S merasa sangat stress, hingga kadang dia merasa ingin bunuh diri, karena merasa takut gagal.
Dalam pergaulan dengan teman2nya S selalu merasa minder. Ketika kuliah di kelas besar, dia selalu memilih duduk di barisan yang paling belakang dan dia jarang bergaul dengan teman2 seangkatannya. Dia selalu merasa dirinya kuno, karena menurutnya S selalu berpakaian yang tidak fashionable . Akibatnya S selalu menyendiri dan lebih senang berada di perpustakaan daripada bergaul dengan teman2nya.
S lebih nyaman ketika m,asih duduk di bangku SMA, dimana kelasnya lebih kecil dan hubungan di antara siswa di rasakannya lebih akrab.
S, merupakan anak ke 2 dari dua bersaudara (keduanya wanita). Kakaknya berusia 2 tahun lebih tua darinya, dan mempunyai prestasi akademis yang cukup “cemerlang” di fakultas yang sama. Walaupun orangtua tidak pernah membandingkan kemampuan ke dua anaknya, tetapi S merasa bahwa kakaknya mempunyai kelebihan di segala bidang, di bandingkan dengan dirinya.
S, berusia 22 tahun, mahasiswi tingkat 1, mengalami ancaman DO. Dari hasil evaluasi 7 minggu pertama `ternyata nilai dari semua mata kuliah yang di ambilnya tidak memenuhi persyaratan lulus ke tingkat 2. PA memebritahu hal ini dengan tujuan dia bias mengejar nilainya, dengan belajar yang lebih alkif agar tidak terancam DO.
Dari hasil evaluasi 4 mata kuliahnya, S memperoleh 2 nilai C dan 2 nilai D. Dia sangat menyadari bahwa dia akan sulit untuk mendapat nilai yang baik untuk ke dua mata kuliahnya tersebut. Kenyataannya ini membuat S merasa sangat stress, hingga kadang dia merasa ingin bunuh diri, karena merasa takut gagal.
Dalam pergaulan dengan teman2nya S selalu merasa minder. Ketika kuliah di kelas besar, dia selalu memilih duduk di barisan yang paling belakang dan dia jarang bergaul dengan teman2 seangkatannya. Dia selalu merasa dirinya kuno, karena menurutnya S selalu berpakaian yang tidak fashionable . Akibatnya S selalu menyendiri dan lebih senang berada di perpustakaan daripada bergaul dengan teman2nya.
S lebih nyaman ketika m,asih duduk di bangku SMA, dimana kelasnya lebih kecil dan hubungan di antara siswa di rasakannya lebih akrab.
S, merupakan anak ke 2 dari dua bersaudara (keduanya wanita). Kakaknya berusia 2 tahun lebih tua darinya, dan mempunyai prestasi akademis yang cukup “cemerlang” di fakultas yang sama. Walaupun orangtua tidak pernah membandingkan kemampuan ke dua anaknya, tetapi S merasa bahwa kakaknya mempunyai kelebihan di segala bidang, di bandingkan dengan dirinya.
E. TEORI
SIBERNETIK
1.
BIOGRAFI TOKOH PENEMU
A) LANDA
Landa merupakan salah seorang ahli Psikologi yang beraliran Sibernetik. Menurut Landa, ada dua macam proses berpikir.
Pertama, disebut proses berpikir algoritmik, yaitu proses berpikir linier, konvergen, lurus menuju ke satu target tertentu.
Seperti: penyelesaian soal matematika
Kedua adalah cara berpikir heuristik, yakni cara berpikir divergen, menuju kebeberapa target sekaligus.
Seperti: penafsiran makna gaya belajar efektif
Landa merupakan salah seorang ahli Psikologi yang beraliran Sibernetik. Menurut Landa, ada dua macam proses berpikir.
Pertama, disebut proses berpikir algoritmik, yaitu proses berpikir linier, konvergen, lurus menuju ke satu target tertentu.
Seperti: penyelesaian soal matematika
Kedua adalah cara berpikir heuristik, yakni cara berpikir divergen, menuju kebeberapa target sekaligus.
Seperti: penafsiran makna gaya belajar efektif
2.
PENGERTIAN TEORI
SIBERNETIK
Sibernetik
merupakan bentuk kata serapan dari kata ’Cybernetic’ yakni
sistem kontrol dan komunikasi yang
memungkinkan feedback atau umpan balik.
Kata ’cybernetic’ yang
selanjutnya kita tulis dengan kata sibernetik berasal dari bahasa yunani yang
berarti pengendali atau pilot. Bidang ini menjadi disiplin ilmu komunikasi yang
berkaitan dengan mengontrol mesin komputer. Istilah ini dipakai pertama kali
oleh Louis Couffignal tahun 1958.
3.
TEORI BELAJAR MENURUT PARA AHLI
a) Teori Belajar Menurut Landa
Landa membedakan dua macam proses
berfikir, yaitu proses berfikir algoritmik dan proses berfikir heuristik.
a.
Proses berfikir algoritmik, yaitu proses berfikir yang sistematis, tahap demi
tahap, linier, konvergen, lurus menuju kesatu tujuan tertentu.
b. Proses
berfikir heuristik, yaitu cara berfikir devergen, menuju kebeberapa target tujuan sekaligus (Budiningsih,
2005: 87).
Proses belajar akan berjalan dengan
baik jika materi pelajaran yang hendak dipelajari atau masalah yang hendak di
pecahkan diketahui ciri-cirinya. Materi pelajaran tertentu akan lebih tepat
disajikan dalam urutan yang teratur, linier, sekuensial, sedangkan materi
pelajaran lainnya akan lebih tepat bila disajikan dalam bentuk “terbuka” dan
memberi kebebasan kepada siswa untuk berimajenasi dan berfikir.
Misalnya, agar siswa mampu memahami
suatu rumus matematika, mungkin akan lebih efektif jika presentasi informasi
tentang rumus tersebut disajikan secara algoritmik. Alasannya, karena suatu
rumus matematika biasanya mengikuti aturan tahap demi tahap yang sudah teratur
dan mengarah ke satu target tertentu. Namun untuk memahami makna suatu konsep
yang lebih luas dan banyak mengandung intrepetasi, misalnya konsep keadilan
atau demokrasi, akan lebih baik jika proses berfikir siswa dibimbing
kearah yang “menyebar” atau berfikir heuristik, dengan harapan pemahaman
mereka terhadap konsep itu tidak tunggal, monoton, dogmatik, atau linier.
4.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
a) Kelebihan
Budiningsih 2005, kelebihan dari
teori belajar sibernetik sebagai
berikut :
§ Cara berpikir berorientasi pada
proses lebih menonjol
§ Penyajian pengetahuan memenuhi aspek
ekonomis
§ Kapabilitas belajar dapat
disajikan lebih lengkap
§ Adanya keterarahan seluruh kegiatan
belajar kepada tujuan yang ingin dicapa
§ Adanya transfer belajar pada
lingkungan kehidupan yang sesungguhnya
§ Control belajar (conten control,
pace control, display control, dan conscious cognition control) memungkinkan
belajar sesuai dengan irama masing – masing individu (prinsip perbedaan individual
terlayani)
§ Balikan informative memberikan rambu
– rambu yang jelas tentang tingkat untuk kerja yang telah dicapai dibandingkan
dengan unjuk kerja yang diharapkan.
b) Kekurangan
Teori sibernetik sebagai teori
belajar sering kali dikritik karena lebih menekankan pada system informasi yang
akan dipelajari, sementara itu bagainama proses belajar berlangsung dalam
diri individu sangat ditentukan oleh system informasi yang dipelajari. Teori
ini memandang manusia sebagai pengolah informasi, pemikir, dan pencipta (Pask
dan Scott, dalam budiningsih, 2005). Teori aliran ini dikritik karena tidak
secara langsung membahas tentang proses belajar sehingga menyulitkan dalam
penerapan. Ulasan teori ini cenderung ke dunia psikologi dan informasi dengan
mencoba melihat mekanisme kerja otak. Karena pengetahuan dan pemahaman akan
mekanisme ini sangat terbatas maka terbatas pula kemampuan untuk menerapkan
teori ini..
5.
APLIKASI DAN CONTOH KASUS
1)
Aplikasi Teori Sibernetik
Model
pembelajaran sibernetik yang sering disinonimkan dengan umpan balik (feedback)
dalam konteks pendidikan umpan balik ini sangat penting artinya bagi
keberhasilan belajar dan pembelajaran. Dengan adanya umpan balik dari siswa,
guru akan mengetahui apakah materi yang disampaikan telah dipahami dan apa kesulitan
siswa dalam memahami, jika ada selanjutnya tindakan remedial apa yang perlu
dilakukan. Sebaliknya, umpan balik dari guru misalnya dalam bentuk nilai atas
hasil kerja siswa akan mengingatkan kepada siswa sampai sejauh mana
penguasaannya terhadap materi yang sedang dipelajari. Berdasarkan umpan balik
tersebut siswa dapat memutuskan tindakan apa yang harus dilakukan untuk
meningkatkan hasil belajarnya jika kurang memuaskan.
Fungsi
guru dalam hal ini adalah: merencanakan, mempersiapkan dan melengkapi perangsang
yang penting untuk masukan simbolik (informasi verbal, kata-kata, angka-angka
dan sebagainya) dan masukan referensial (objek dan peristiwa-peristiwa) yang
akan membawa kepada konsep informasi yang cocok untuk membimbing siswa
memanipulasikan proses konsep dan mempersiapkan umpan balik (feedback) dari
sebuah latihan/pembelajaran.
Dalam
kaitannya pembelajaran di ruang kelas, Gagne mengemukakan ada sembilan langkah
pengajaran yang perlu diperhatikan oleh guru.
Langkah-langkah
tersebut adalah:
1. Melakukan tindakan untuk menarik
perhatian siswa
2. Memberikan informasi kepada siswa
mengenai tujuan pengajaran dan topik-topik yang akan dibahas
3. Merangsang siswa untuk memulai
aktivitas pembelajaran
4. Menyampaikan isi pelajaran yang
dibahas sesuai dengan topik yang telah ditetapkan.
5. Memberikan bimbingan bagi aktivitas
siswa dalam pembelajaran.
6. Memberikan peneguhan kepada prilaku
pembelajaran siswa.
7. Memberikan umpan balik terhadap
prilaku yang ditunjukkan siswa
8. Melaksanakan penilaian proses dan
hasil belajar
9. Memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengingat dan menggunakan hasil pembelajaran.
DAFTAR
PUSTAKA
19 comments:
Assalamualikum wr.wb
Saya Dea Aulia dari kelompok 4 akan bertanya pada Gebby Sintia Dewi kelompok 3.
Kenapa teori Behavioristik sering tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks ?
Assalamualaikum. Wr.wb.
Saya lolita kumala desi dari kelompok 4 akan bertanya pada dian wulandari..Berikan contoh penerapan belajar di kelas sesuai teori behavioristik????
assalamualaikum wr.wb
saya fadilah yasmin dari kelompok 1 akan bertanya pada ferra dyasti klompok 3
disitu dibilang "Ada tiga hukum belajar yang utama, menurut Thorndike yakni (1) hukum efek; (2) hukum latihan dan (3) hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat memperkuat respon." bagaimana contoh dari ketiga hukum tersebut? terima kasih :)
Assalamualaikum wr wb
Saya indah sari devi dari kelompok 4 akan bertanya pada kelompok 3
Selain faktor penguatan adakah faktor penting lainnya pada aliran behavioristik dan bisakah anda jelaskan apa itu dan bagaimana faktor penguatan tersebut?
Assalamualaikum wr wb
Saya irmalisa elvia dari kelompok 4 ingin bertanya kepada kelompok 3 ferra dyasti
Menurut adward lee thornike tingkah laku kegiatan belajar dapat berupa konkrit yaitu yg dapat diamati dan yg tidak dapat diamati . Pertanyaan saya adalah yg dapat diamati itu seperti apa dan yg tidak dapat diamati itu seperti apa?
Terimakasih
Assalamualaikum wr. Wb
Saya isna dwi setianingsih akan bertanya pada fera . bagaimana mengaplikasikan tujuan instruksional dalam konsep behaviorisme apakah sukar untuk di peraktekkan?
Saya aruna yuni sari dari kelompok 2 ingin bertanya kepada gebby shinta dewi kelompok 3 "Apa yang harus dilakukan oleh guru jika hendak menerapkan teori humanistik dalam proses pembelajaran?"
Selamat siang
Saya imanuella akan bertanya ke pada ferra mengapa dalam teori belajar behaviorisme tidak semua hasil belajarnya dapat di amati dan di ukur???
Assalamu'alaikum wr.wb.
Saya Aulia Devi Kirana akan bertanya kepada saudari Hurriyatul 'Ainah. Edwin guthrie mengemukakan 3 metode untuk mengubah kebiasaan. Dari ke3 metode itu apakah berkaitan satu dengan yg lain? Tolong jelaskan
Assalamualkm , saya iin nurvian dari kelompok 2 ingin bertanya kpd gebby syntia bagaimana menurut anda jika ada keterbatasan waktu dalam mendidik , jelas kita ketahui teori sibernetik itu adalah teori yg mmiliki kapabilitas belajar yg d sajikan lbih lengkap , bagaimana tindak lanjut kita sbagai "calon pendidik" untuk menanggulanginya jika ad keterbatasan waktu dalam belajar ? Trimakash :)
Nama : Mikhael Lauda / 2D / Kelompok 5
Kepada : Gebby Shintia Dewi / 2D / Kelompok 3
Pertanyaan :
Dapatkah anda memberikan contoh kasus pelaksanaan teori Behavioristik selain contoh yang ada di buku
Terima kasih
Waalaikumsalam warahmatullahiwabarakatuh. Saya Gebby Shintia Dewi dari kelompok 3 akan menjawab pertanyaan dari Dea Aulia kelompok 4.
Teori behavioristik sering tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks sebab banyak varibel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan atau belajar yang tidak dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respons.
Assalamualaikum
Saya efriyana oklandari ingin bertanya kepada dian wulandari.
Apa pengertian belajar menurut teori kognitif?
Saya akan menjawab pertanyaan dari Aruna Yuni
Para pendidik atau guru diharapkan dalam pembelajaran lebih menekankan nilai-nilai kerjasama, saling membantu, dan menguntungkan, kejujuran dan kreativitas untuk diaplikasikan suatu proses pembelajaran yang diharapkan sesuai dengan tujuan dan hasil belajar yang dicapai siswa.
Tentu, saya akan memberi salah satu contoh dari teori behavioristik, semoga bisa diterima
Jono baru saja beranjak dari SMP menuju SMA. Ia masuk ke SMA yang terkenal sebagai SMA yang dihuni oleh orang-orang kelas atas. Padahal ia berasal dari keluarga yang tergolong menengah kebawah. Awalnya orang tua Jono tidak memperbolehkan Jono masuk kesekolah tersebut karena takut Jono terpengaruh gaya hidup mereka. Namun paksaan Jono yang yang sedemikian rupa membuat orang tuanya luluh juga.
Setelah beberapa lama berada disekolah itu, Jono seperti mengalami diskriminasi karena ia tidak pernah mau untuk ikut bermain dengan teman-temannya saat ia diajak. Sedikit demi sedikit, Ia mulai merasa dikucilkan. Awalnya, ia tidak terpengaruh. Namun lama kelamaan, ia mulai merasa kesepian. Bahkan, teman-temannya senang sekali mengerjai Jono. Perilaku teman-temannya mulai membuat Jono tidak fokus. Prestasi belajar mulai menurun. Ini membuat Jono selalu stress.
Keadaan seperti ini mulai mengubah Jono. Jono yang selama ini selalu rendah hati mulai merasa harus seperti teman-temannya. Akhirnya muncul juga keinginan untuk bermain dengan teman-teman. Ia mencuri uang orang tuanya untuk bisa berpenampilan seperti teman-temannya. Keadaan hidup seperti ini membuat ia tak nyaman. Ia ingin sekali tidak seperti ini, namun itu hanya tinggal keinginan saja. Ketakutan akan dikucilkan membuat ia tetap menjalankan kebiasaan buruk ini.
Apakah anda bisa menerima?
Saya Gebby Shintia Dewi akan menjawab pertanyaan dari Indah Sari Devi
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat, begitu juga bila penguatan dikurangi (negative reinforcement) responpun akan tetap dikuatkan
Post a Comment