Thursday, March 3, 2016

tugas kelompok 3 kelas 2D

MAKALAH
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
“KONSEP TEORI- TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN”

OLEH :
KELOMPOK 3
BELLA NOVIA RISKI                               156310637
DIAN WULANDARI                                  156310560
FERRA DYASTI MARZIOLA                  156311226
GEBBY SHINTIA DEWI                           156310496
HURRIYATUL AINAH                              156310606

2D
DOSEN PEMBIMBING : MARHAMAH, S.pd M.ed









 

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU


KATA PENGANTAR
بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Puji syukur kehadirat Allah SWT dengan rahmat dan hidayah-Nya makalah yang berjudul “Konsep Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran” ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga tetap terlimpah curahkan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang proses belajar dan pembelajaran, serta  menambah wawasan, dan pengetahuan tentang teori-teori belajar dan pembelajaran yang dapat mendukung pembelajaran yang  disajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Dengan menggunakan makalah ini semoga kegiatan belajar dalam memahami teori-teori belajar dan pembelajaran dapat lebih menambah sumber-sumber pengetahuan.
            Dalam menyusun makalah ini mungkin terdapat kesalahan, baik dalam penulisan maupun isi makalah. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.
Pekanbaru, 03 Maret 2016
                                                                                                        Penulis







DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................        2
Daftar Isi............................................................................................................        3
Pembahasan
A. Teori Behavioristik.......................................................................................        5
          1. Biografi Tokoh Penemu......................................................................        5
          2. Pengertian............................................................................................        5
          3. Teori Belajar Menurut Para Ahli......................................................        6
          4. Kelebihan dan Kekurangan...............................................................        8
          5. Aplikasi dan Contoh Kasus................................................................        9

B. Teori Kognitif...............................................................................................        10
          1. Biografi Tokoh Penemu......................................................................        10
          2. Pengertian............................................................................................        10
          3. Teori Belajar Menurut Para Ahli......................................................        11
          4. Kelebihan dan Kekurangan...............................................................        15
          5. Aplikasi dan Contoh Kasus................................................................        15
C. Teori Konstruktivistik.................................................................................        16
          1. Biografi Tokoh Penemu......................................................................        16
          2. Pengertian............................................................................................        16
          3. Teori Belajar Menurut Para Ahli......................................................        16
          4. Kelebihan dan Kekurangan...............................................................        18
          5. Aplikasi dan Contoh Kasus................................................................        18
D.  Teori Humanistik........................................................................................        21
          1. Biografi Tokoh Penemu......................................................................        21
          2. Pengertian............................................................................................        21
          3. Teori Belajar Menurut Para Ahli......................................................        22
          4. Kelebihan dan Kekurangan...............................................................        23
          5. Aplikasi dan Contoh Kasus................................................................        24
E. Teori Sibernetik............................................................................................        25
          1. Biografi Tokoh Penemu......................................................................        25
          2. Pengertian............................................................................................        26
          3. Teori Belajar Menurut Para Ahli......................................................        26
          4. Kelebihan dan Kekurangan...............................................................        27
          5. Aplikasi dan Contoh Kasus................................................................        28
Daftar Pustaka..................................................................................................        29







PEMBAHASAN

A.                TEORI BEHAVIOURISTIK
1.         BIOGRAFI TOKOH PENEMU

Adward Lee Thorndike lahir tanggal 31 Agustus 1874 di Williamsburg, dan Meninggal tanggal 10 Agustus 1949 di Montrose, New York.
     Ia adalah seorang psikolog Amerika yang menghabiskan hampir seluruh karirnya di Teachers College, Columbia University. Masa kanak-kanak dan Pendidikannya adalah sebagai anak seorang pendeta Metodis di Lowell, Massachusetts. Thorndike lulus dari The Roxbury Sekolah Latin (1891), di West Roxbury, Massachusetts, Wesleyan University (BS 1895), Harvard University (MA 1897), dan Columbia University (PhD. 1898).
Beberapa buku yang pernah ditulisnya, antara lain :
• Animal Intelligence : An Experimental Study of Asociation Process in Animal – 1898 (saat Thorndike berusia 24 tahun). Buku ini berisi penelitian Thorndike terhadap tingkah laku beberapa jenis hewan, yang mencerminkan prinsip dasar dari proses belajar yang ia anut yaitu asosiasi
•Educational Psychology (1903) : Buku ini merupakan penerapan prinsip transfer of training di bidang pendidikan. Berkat buku ini dan prestasinya yang lain, Thorndike diangkat menjadi guru besar di “Teacher’s College of Columbia”.
• Animal Intelligence – 1911: Sebenarnya buku ini merupakan disertasi doktornya (1898) yang dikembangkan bersama dengan penelitian-penelitiannya yang lain.Thorndike dianggap sebagai pelopor di beberapa bidang, antara lain : learning theory, educational practice,verbal behavior, comparative psychology,intelligence testing, nature-nurture problem, transfer of learning and application of quantitatives measures to sociopsychological problems.
2.      PENGERTIAN TEORI BEHAVIORISTIK
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman yang dicetuskan oleh Gagne dan Berliner. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif.
3.      TEORI BELAJAR MENURUT PARA AHLI
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme (Slavin, 2000).
Ada tiga hukum belajar yang utama, menurut Thorndike yakni (1) hukum efek; (2) hukum latihan dan (3) hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat memperkuat respon.
Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur.


Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis (Bell, Gredler, 1991).
Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru. Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karena dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.
Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon secara tepat. Pebelajar harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari. Dalam mengelola kelas guru tidak boleh memberikan tugas yang mungkin diabaikan oleh anak (Bell, Gredler, 1991).
Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebihkomprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya mempengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya.
4.      KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
a)    Kelebihan Teori Behavioristik
1.      Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar.
2.      Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar mandiri. Jika menemukan kesuliitan, baru ditanyakan kepada guru yang bersangkutan.
3.      Bahan pelajaran yang disusun secara hierarkis dari yang sederhana sampai pada yang kompleks dengan tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu perilaku yang konsisten terhadap bidaang tertentu.
4.      Teori ini cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktik dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur kecepatan, spontanitas, dan daya tahan.
5.      Teori behavioristik juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peraan orang dewasa, suka mengulangi, dan harus dibiasakan, suka meniru, dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung.
b)   Kekurangan Teori Behavioristik
1.      Sebuah  konsekuensi bagi guru untuk menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap.
2.      Tidak setiap mata pelajaran bisa menggunakan metode ini.
3.      Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.
4.      Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru.
5.      Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning) bersifat mekanistik dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan diukur.
5.      APLIKASI DAN CONTOH KASUS
a)      Aplikasi Teori Behavioristik
Menurut Suprijono (2009:21), implikasi prinsip-prinsip behaviorisme pada kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut :
a.       Kegiatan belajar adalah kegiatan figuratif.
b.      Belajar menekankan perolehan informasi dan penambahan.
c.       Belajar merupakan proses dialog imperatif, bukan dialog interaktif.
d.      Belajar bukan proses organik dan konstruktif, melainkan proses mekanik.
e.       Aktivitas belajar didominasi oleh kegiatan menghafal dan latihan.
b)     Contoh Kasus Pelaksanaan Pembelajaran Menurut Teori Behavioristik
Jono baru saja beranjak dari SMP menuju SMA. Ia masuk ke SMA yang terkenal sebagai SMA yang dihuni oleh orang-orang kelas atas. Padahal ia berasal dari keluarga yang tergolong menengah kebawah. Awalnya orang tua Jono tidak memperbolehkan Jono masuk kesekolah tersebut karena takut Jono terpengaruh gaya hidup mereka. Namun paksaan Jono yang yang sedemikian rupa membuat orang tuanya luluh juga. 
Setelah beberapa lama berada disekolah itu, Jono seperti mengalami diskriminasi karena ia tidak pernah mau untuk ikut bermain dengan teman-temannya saat ia diajak. Sedikit demi sedikit, Ia mulai merasa dikucilkan. Awalnya, ia tidak terpengaruh. Namun lama kelamaan, ia mulai merasa kesepian. Bahkan, teman-temannya senang sekali mengerjai Jono. Perilaku teman-temannya mulai membuat Jono tidak fokus. Prestasi belajar mulai menurun. Ini membuat Jono selalu stress.
Keadaan seperti ini mulai mengubah Jono. Jono yang selama ini selalu rendah hati mulai merasa harus seperti teman-temannya. Akhirnya muncul juga keinginan untuk bermain dengan teman-teman. Ia mencuri uang orang tuanya untuk bisa berpenampilan seperti teman-temannya. Keadaan hidup seperti ini membuat ia tak nyaman. Ia ingin sekali tidak seperti ini, namun itu hanya tinggal keinginan saja. Ketakutan akan dikucilkan membuat ia tetap menjalankan kebiasaan buruk ini.
B.                 TEORI KOGNITIF




1.    BIOGRAFI TOKOH PENEMU
Jean Piaget [ʒɑ̃ pjaˈʒɛ] (lahir di Neuchâtel, Swiss, 9 Agustus 1896 – meninggal 16 September 1980 pada umur 84 tahun) adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan psikolog perkembangan Swiss, yang terkenal karena hasil penelitiannya tentang anak-anak dan teori perkembangan kognitifnya. Menurut Ernst von Glasersfeld, Jean Piaget adalah juga "perintis besar dalam teori konstruktivis tentang pengetahuan". Karya Piaget pun banyak dikutip dalam pembahasan mengenai psikologi kognitif.
2.      PENGERTIAN  TEORI  KOGNITIF
Menurut teori kognitif, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Belajar tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Asumsi dasar teori ini adalah setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya. Menurut teori ini, proses belajar akan berjalan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa.



3.      TEORI BELAJAR MENURUT PARA AHLI
1.      Teori Belajar Kognitif Menurut Piaget
Jean Piaget adalah seorang ahli biologi dan psikolog yang mempunyai kontribusi besar dalam pemahaman terhadap perkembangan intelektual anak. Dalam rangka memahami proses dan tingkat perkembangan intelektual anak ini Piaget telah melakukan observasi bertahun-tahun sejak tahun 1920-an terhadap perkembangan intelektual yang terjadi pada anak-anak. Ia mulai melakukan observasi dan interview pada tiga orang anaknya, kemudian anak-anak lain dan para remaja melalui berbagai pemberian tugas intelektual, kemudian mencatat jawaban-jawaban yang diperolehnya. Melalui penelitian yang ekstensif akhirnya secara detail Piaget dapat menggambarkan teori proses perkembangan intelektual yang terjadi pada anak mulai dari bayi sampai remaja.
Prinsip-prinsip teori perkembangan intelektual adalah sebagai berikut :
1.  Teori perkembangan intelektual bertujuan untuk menjelaskan mekanisme proses perkembangan individu mulai dari masa bayi, anak-anak sampai menjadi individu yang dewasa yang mampu bernalar dan berpikir menggunakan hipotesis.
2.  Perkembangan genetika dalam organisme tertentu tidak seluruhnya dipengaruhi oleh sifat-sifat keturunan dan tidak terjadi karena perubahan lingkungan, tetapi sangat dipengaruhi oleh proses interaksi antara organisme dengan lingkungan.
3.  Kecerdasan adalah proses adaptasi dengan lingkungan dan membentuk struktur kognitif yang diperlukan dalam mengadakan penyesuaian dengan lingkungan.
4.  Hasil  perkembangan intelektual adalah kemampuan berpikir operasi formal.
5.  Fungsi perkembangan intelektual adalah menghasilkan stuktur kognitif yang kuat yang memungkinkan individu bertindak atas lingkungannya dengan luwes dan dengan berbagai macam cara.
6.  Faktor yang mempengaruhi perkembangan intelektual adalah lingkungan fisik, kematangan, pengaruh sosial dan proses pengaturan diri (ekuilibrium).
      Menurut Jean Piaget, bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu :
a.       Asimilasi yaitu proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa. Contoh, bagi siswa yang sudah mengetahui prinsip penjumlahan, jika gurunya memperkenalkan prinsip perkalian, maka proses pengintegrasian antara prinsip penjumlahan (yang sudah ada dalam benak siswa), dengan prinsip perkalian (sebagai informasi baru) itu yang disebut asimilasi.
b.      Akomodasi yaitu penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Contoh, jika siswa diberi soal perkalian, maka berarti pemakaian (aplikasi) prinsip perkalian tersebut dalam situasi yang baru dan spesifik itu yang disebut akomodasi. 
c.       Equilibrasi (penyeimbangan) yaitu penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Contoh, agar siswa tersebut dapat terus berkembang dan menambah ilmunya, maka yang bersangkutan menjaga stabilitas mental dalam dirinya yang memerlukan proses penyeimbangan antara “dunia dalam” dan “dunia luar.
Menurut Piaget perkembangan kognitif anak dibagi menjadi empat tahap, yaitu  Tahap sensori motorik, praoperasional, operasional konkret, dan opersional formal.
1.   Tahap sensori motorik (0-2 tahun)
Pada tahap ini anak mengatur sensorinya (inderanya) dan tindakan-tindakannya. Pada awal periode ini anak tidak mempunyai konsepsi tentang benda-benda secara permanen. Artinya anak belum dapat mengenal dan menemukan objek, benda apapun yang tidak dilihat, tidak disentuh atau tidak didengar. Benda-benda tersebut dianggap tidak  ada meskipun sesungguhnya ada di tempat lain.
2.   Tahap Praoperasional (2-7 tahun)
Anak sudah dapat memahami objek-objek secara sempurna, sudah dapat mencari benda yang dibutuhkannya walaupun ia tidak melihatnya. Sudah memiliki kemampuan berbahasa (dengan kata-kata pendek).
3.   Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun)
Anak sudah mulai melakukan operasi dan berpikir rasional, mampu mengambil keputusan secara logis yang bersifat konkret, mampu mepertimbangkan dua aspek misalnya bentuk dan ukuran. Adanya keterampilan klasifikasi-dapat menggolongkan benda-benda ke dalam perangkat-perangkat dan penalarannya logis dan bersifat tidak abstrak (tidak membayangkan persamaan aljabar).
4. Tahap Operasional Formal (11-15 tahun)
Remaja tidak lagi terbatas pada pengalaman konkret aktual sebagai dasar pemikiran. Mereka dapat membangkitkan situasi-situasi khayalan, kemungkinan-kemungkinan hipotetis, atau dalil-dalil dan penalaran yang benar-benar abstrak. Tiga sifat pemikiran remaja pada tahap operasional formal:
a.    Remaja berfikir lebih abstrak daripada anak-anak. Para pemikir operasional formal, misalnya dapat memecahkan persamaan-persamaan aljabar yang abstrak.
b.   Remaja sering berfikir tentang yang mungkin. Mereka berfikir tentang ciri-ciri ideal diri mereka sendiri, orang lain, dan dunia.
c.    Remaja mulai berfikir seperti ilmuwan, yang menyusun rencana-rancana untuk memecahkan masalah dan menguji pemecahan masalah secara sistematis. Tipe pemecahan masalah ini diberi nama deduksi hipotetis.
2.      Teori Belajar Kognitif Menurut Mex Wertheimenr
Psikologi mulai berkembang dengan lahirnya teori belajar Gestalt. Peletak dasar pisiologi Gestalt adalah Mex Wertheimenr tahun1880-1943. Teori Gestalt ini memandang belajar adalah proses yang didasarkan pada pemahaman (insight). Karena pada dasarnya setiap tingkah laku seseorang selalu didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi di mana tingkah laku tersebut terjadi. Dengan kata lain, teori Gestalt ini menyatakan bahwa yang paling penting dalam proses belajar individu adalah dimengertinya apa yang dipelajari oleh tersebut. Oleh karena itu, teori belajar Gestalt ini disebut teori insight.
Proses belajar yang menggunakan insight mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Suryabrata, 1990) :
a.       Insight tergantung pada kemampuan dasar.
b.       Insight tergantung kepada pengalaman masa lampau yang relevan.
c.       Insight tergantung kepada pengaturan situasi yang dihadapi.
d.      Insight didahului dengan periode mencari dan mecoba-coba.
      Solusi problem dengan menggunakan insight dapat diulangi dengan mudah, dan akan berlaku secara berlangsung
3.      Teori Belajar Kognitif Menurut Brunner
Menurut Brunner, pembelajaran hendaknya dapat menciptakan situasi agar mahasiswa dapat belajar dari diri sendiri melalui pengalaman dan eksperimen untuk menemukan pengetahuan dan kemampuan baru yang khas baginya. Dari sudut pandang psikologi kognitif, bahwa cara yang dipandang efektif untuk meningkatkan kualitas output pendidikan adalah pengembangan program-program pembelajaran yang dapat mengoptimalkan keterlibatan mental intelektual pembelajar pada setiap jenjang belajar. Sebagaimana direkomendasikan Merril, yaitu jenjang yang bergerak dari tahapan mengingat, dilanjutkan ke menerapkan, sampai pada tahap penemuan konsep, prosedur atau prinsip baru di bidang disiplin keilmuan atau keahlian yang sedang dipelajari.
Dalam teori belajar, Jerome Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar akan berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan atau kesimpulan tertentu. Dalam hal ini Bruner membedakan menjadi tiga tahap. Ketiga tahap itu adalah:
1.           tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau   pengalaman baru,
2.             tahap transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis pengetahuan baru serta mentransformasikan dalam bentuk baru yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain, dan
3.            evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil tranformasi pada tahap kedua tadi benar atau tidak.
Bruner mempermasalahkan seberapa banyak informasi itu diperlukan agar dapat ditransformasikan .
 Perlu Anda ketahui, tidak hanya itu saja namun juga ada empat tema pendidikan yaitu:
à mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan,
à  kesiapan (readiness) siswa untuk belajar,
à   nilai intuisi dalam proses pendidikan dengan intuisi,
à   motivasi atau keinginan untuk belajar siswa, dan guru untuk memotivasinya.
à Bloom dan Krathwohl menunjukkan apa yang mungkin dikuasai (dipelajari) oleh siswa, yang tercakup dalam tiga kawasan yang diantaranya : Kognitif. Kognitif terdiri dari enam tingkatan, yaitu :
1.      Pengetahuan (mengingat, menghafal),
2.      Pemahaman (menginterpretasikan),
3.      Aplikasi / penerapan (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah),
4.      Analisis (menjabarkan suatu konsep),
5.      Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh),
6.      Evaluasi (membandingkan nilai, ide, metode dan sebagainya).
Oleh karena itu para ahli teori belajar psikologi kognitif berkesimpulan bahwa salah satu faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di kelas ialah faktor kognitif yang dimiliki oleh peserta didik. Faktor kognitif merupakan jendela bagi masuknya berbagai pengetahuan yang diperoleh peserta didik melalui kegiatan belajar mandiri maupun kegiatan belajar secara kelompok.
4.           KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
a)      Kelebihan Teori Kognitif
1.      Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri.
2.      Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah.
b)      Kekurangan Teori Kognitif
1.      Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.
2.      Sulit dipraktikkan, khususnya ditingkat lanjut.
3.      Beberapa prinsip, seperti intelegensi, sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.
5.           APLIKASI DAN CONTOH KASUS
a)      Aplikasi Teori Kognitif
1.      Guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya.
2.      Guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana ke kompleks.
3.      Guru menciptakan pembelajaran yang bermakna.
4.      Guru memerhatikan perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa.
b)     Contoh Kasus Teori Kognitif
1.      Guru  Matematika SMK nonteknik berusaha agar pengetahuan siswanya utuh, tidak terpisah-pisah. Artinya, pengetahuan yang satu terkait dengan pengetahuan yang lain. Sebagai contoh, konsep integral harus dikaitkan dengan konsep turunan.
2.      Agar lebih bermakna, pengetahuan yang baru diajarkan dihubungkan dengan situasi nyata. Misalnya, guru dapat menghubungkan himpunan kosong, yang satu tidak mempunyai anggota, yang satunya lagi belum ada tulisan didalamnya.
3.      Pembelajarn Matematika di SMK nonteknik dimulai dari benda konkret, semi-konkret, baru ke abstrak. Guru Matematika SMK nonteknik menyadari bhawa siswa yang sudah berada pada tahap operasional formal sekalipun akan lebih mudah mempelajari matematika jika dimulai dari sesuatu yang konkret ataupun yang bisa dipikirkan siswa. Misalnya, konsep turunan yang dimulai dari konsep kecepatan.

C.       TEORI KONSTRUKTIVISTIK
1.      BIOGRAFI TOKOH PENEMU
Vygotsky nama lengkapnya adalah Lev Semenovich Vygotsky. Ia lahir di Rusia pada tanggal 5 November 1896. Pada tanggal 11 Juni 1934, ia telah menjadi ahli psikologi perkembangan di soviet dan ia mendasarkan pada psikologicultural- historis. Vygotsky telah belajar privat pada Solomon Ashpiz dan lulus dari Universitas negeri di moskow 1917. Setelah itu, dia memberikan kuliah tentang psikologi di moskow pada tahun 1924.Dimana ia bekerja dengan khusus pada pemikiran (ide) tentang perkembangan kognitif, terutama hubungan antara bahasa dan pikiran, tulisannya menitik beratkan pada peran latar sejarah, budaya, dan faktor sosial. Dalam kognitif dan berdebat melalui bahasa khusus yang telah banyak dijadikan simbol dan alat-alat yang di sediakan masyarakat. Vygotsky meninggal karena kena TBC pada tahun 1934. 
2.      PENGERTIAN  TEORI  KONSTRUKTIVISTIK
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda dengan aliran behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus respon, kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamanya. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.
3.      TEORI BELAJAR MENURUT PARA AHLI
1.           Jean Piaget
Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa juga disebut teori perkembangan intelektual. Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensori motor anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan.
Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama yang menegaskan bahwa pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran. Sedangkan, akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat. Pengertian tentang akomodasi yang lain adalah proses mental yang meliputi pembentukan skema baru yang cocok dengan rangsangan baru atau memodifikasi skema yang sudah ada sehingga cocok dengan rangsangan.
2.           Vygotsky
Konstruktivisme sosial yang dikembangkan oleh Vigotsky adalah bahwa belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun fisik. Penemuan atau discovery dalam belajar lebih mudah diperoleh dalam konteks sosial budaya seseorang. Dalam penjelasan lain mengatakan bahwa inti konstruktivis Vigotsky adalah interaksi antara aspek internal dan ekternal yang penekanannya pada lingkungan sosial dalam belajar.
Beberapa ahli konstruktivisme yang terkemuka berpendapat bahwa pembelajaran yang bermakna itu bermula dengan pengetahuan atau pengalaman sedia ada murid. Rutherford dan Ahlgren berpendapat bahawa murid mempunyai ide mereka sendiri tentang hampir semua perkara, di mana ada yang betul dan ada yang salah. Jika kepahaman dan miskonsepsi ini diabaikan atau tidak ditangani dengan baik, kepahaman atau kepercayaan asal mereka itu akan tetap kekal walaupun dalam pemeriksaan mereka mungkin memberi jawaban seperti yang dikehendaki oleh guru.
John Dewey menguatkan lagi teori konstruktivisme ini mengatakan bahawa pendidik yang cekap harus melaksanakan pengajaran dan pembelajaran sebagai proses menyusun atau membina pengalaman secara berterusan. Beliau juga menekankan kepentingan penyertaan murid di dalam setiap aktivitas pengajaran dan pembelajaran.

4.      KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
a)      Kelebihan Teori Konstruktivistik
1.      Dalam proses membina pengetahuan baru, pembelajar berpikir untuk menyelesaikan masalah, menjalankan ide-idenya, dan membuat keputusan.
2.      Karena pembelajar terlibat secara langsung dalam membina pengetahuan baru, pembelajar lebih paham dan dapat mengaplikasikannya dalam semua situasi.
3.      Karena pembelajar terlibat langsung secara aktif, pembelajar akan mengingat semua konsep lebih lama.
4.      Pembelajar akan lebih mmemahami keadaan lingkungan sosialnya, yang diperoleh dari interaksi dengan teman dan guru dalam membina pengetahuan baru.
5.      Karena pembelajar terlibat langsung secara terus menerus, pembelajar akan pemahaman, ingat, yakin dan berinteraksi dengan sehat. Dengan demikian, pembelajar akan merasa senang belajar dan membina pengetahuan baru.
b)      Kekurangan Teori Konstruktivistik
1.      Peran guru sebagai pendidik kurang mendukung.
2.      Karena cakupannya lebih luas, lebih sulit dipahami.
5.      APLIKASI DAN CONTOH KASUS
1)      Aplikasi Teori Konstruktivistik
a.       Setiap guru akan pernah mengalami bahwa suatu materi telah dibahas dengan jelas-jelasnya namun masih ada sebagian siswa yang belum mengerti ataupun tidak mengerti materi yang diajarkan sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwa seorang guru dapat mengajar suatu materi kepada sisiwa dengan baik, namun seluruh atau sebagian siswanya tidak belajar sama sekali. Usaha keras seorang guru dalam mengajar tidak harus diikuti dengan hasil yang baik pada siswanya. Karena, hanya dengan usaha yangkeras para sisiwa sedirilah para siswa akan betul-betul memahami suatu materi yang diajarkan.
b.      Tugas setiap guru dalam memfasilitasi siswanya, sehingga pengetahuan materi yang dibangun atau dikonstruksi para siswa sendirisan bukan ditanamkan oleh guru. Para siswa harus dapat secara aktif mengasimilasikan dan mengakomodasi pengalaman baru kedalam kerangka kognitifnya
c.       Untuk mengajar dengan baik, guru harus memahami model-model mental yang digunakan para siswa untuk mengenal dunia mereka dan penalaran yang dikembangkandan yang dibuat para sisiwa untuk mendukung model-model itu.
d.      Siswa perlu mengkonstruksi pemahaman yang mereka sendiri untuk masing-masing konsep materi sehingga guru dalam mengajar bukannya “menguliahi”, menerangkan atau upaya-upaya sejenis untuk memindahkan pengetahuan pada siswa tetapi menciptakan situasi bagi siswa yang membantu perkembangan mereka membuat konstruksi-konstruksi mental yang diperlukan.
e.       Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadisituasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik.
f.       Latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.
g.      Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai dengan dirinya. Guru hanya sebagai fasilitator, mediator, dan teman yang membuat situasi kondusif untuk terjadinya konstruksi engetahuan pada diri peserta didik.
2)      Contoh Kasus
Dalam suatu pelajaran IPS guru menugaskan siswa untuk membentuk kelompok. Guru kemudian memberi foto kopi peta provinsi Lampung kepada setiap kelompok. Setelah beberapa saat memberi kesempatan setiap anggota mencermati peta tersebut, guru bertanya "Coba, apa yang menarik dari nama-nama tempat di peta itu?" Siswa bergantian menjawab bahwa banyak nama desa berbahasa Jawa, di 'antaranya seperti 'Pringsewu', `Sukohardjo', dan 'Kalirejo'. 'Menurut kalian mengapa terjadi demikian?'.
Guru berusaha untuk membimbing arah berpikir siswa, mengaitkan kenyataan tersebut dengan aspek sosial, ekonomi dan budaya, seperti 'transmigrasi', 'hubungan sosial antar budaya' atau multikultural, dan sebagainya.
Dalam kesempatan berdiskusi dengan kelompok, siswa berusaha mengembangkan pemahaman tentang interaksi berbagai konsep IPS melalui nama desa.
Menurut Anda dapatkah pembelajaran di atas dikategorikan sebagai pembelajaran tematik, yaitu pembelajaran yang dikembangkan dari suatu tema/topik? Apabila ya, kira-kira tema apa yang sesuai dengan contoh pembelajaran di atas?
Perhatikan pula contoh berikut ini! 
Dalam suatu pembelajaran matematika, guru bertanya kepada siswa. Saya perlu mengisi bensin mobil saya, dan saya hanya mempunyai uang Rp100.000,00. Harga bensin sekarang Rp4000,00 per liter. Dengan uang tersebut berapa liter bensin yang akan saya peroteh?' Siswa sibuk menghitung dan sating mengecek hasil hitungan dengan teman di dekatnya. `Mirna, jawabnya bagaimana?"
“Hampir 23 liter, Pak," sahut Mirna. 'Tepatnya berapa?' "2,222 liter, Pak. " 
"Bagus. Nah, sekarang, menurut kalian harga bensin saat ini mahal atau murah?"
Melalui pertanyaan ini Pak Guru membawa siswa berpikir tentang berbagai penyebab perubahan harga bensin, kaitannya dengan ketersediaan sumber daya alam, dan sebagainya. Dalam pembelajaran ini siswa mendapat kesempatan untuk berhitung, membahas prinsip ekonomi (naik turunnya harga merupakan fungsi permintaan dengan persediaan barang), dan . pentingnya pengelolaan sumber daya alam dengan baik.
Dalam pembelajaran ini siswa dilatih berpikir lintas disiplin (interdisipliner) dan multi disiplin. Kedalaman dan kompleksitas tujuan pembelajaran tentunya akan bervariasi sesuai dengan jenjang pendidikan.


D.      TEORI HUMANISTIK

1.      BIOGRAFI TOKOH PENEMU
Abraham Harold Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, pada tanggal 1 April 1908. Maslow dibesarkan dalam keluarga Yahudi Rusia dengan orangtua yang tidak mengenyam pendidikan tinggi. Pada masa kecilnya, ia dikenal sebagai anak yang kurang berkembang dibanding anak lain sebayanya. Ia mengatakan bahwa dirinya adalah seorang anak Yahudi yang tumbuh dalam lingkungan yang mayoritas dihuni oleh non Yahudi.
Ia merasa terisolasi dan tidak bahagia pada masa itu. Ia tumbuh di perpustakaan diantara buku-buku. Ia awalnya berkuliah umum, namun pada akhirnya, ia memilih untuk mempelajari psikologi dan lulus dari Universitas Wisconsin. Pada saat ia berkuliah, ia menikah dengan sepupunya yang bernama Bertha pada bulan Desember 1928 dan bertemu dengan mentor utamanya yaitu Profesor Harry Harlow. Ia memperoleh gelar bachelor pada 1930, master pada 1931, dan Ph.D pada 1934. Maslow kemudian memperdalam riset dan studinya di Universitas Columbia dan masih mendalami subjek yang sama. Di sana ia bertemu dengan mentornya yang lain yaitu Alfred Adler, salah satu kolega awal dari Sigmund Freud.
Pada tahun 1937-1951, Maslow memperdalam ilmunya di Brooklyn College. Di New York, ia bertemu dengan dua mentor lainnya yaitu Ruth Benedict seorang antropologis, dan Max Wertheimer seorang Gestalt psikolog, yang ia kagumi secara profesional maupun personal. Kedua orang inilah yang kemudian menjadi perhatian Maslow dalam mendalami perilaku manusia. Maslow menjadi pelopor aliran humanistik psikologi yang terbentuk pada sekitar tahun 1950 hingga 1960-an. Ia menghabiskan masa pensiunnya di California, sampai akhirnya ia meninggal karena serangan jantung pada 8 Juni 1970. Kemudian ia dianugerahkan gelar Humanist of the Year oleh Asosiasi Humanis Amerika pada tahun 1967.
2.         PENGERTIAN  TEORI  HUMANISTIK
Teori belajar humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya.



3.         TEORI BELAJAR MENURUT PARA AHLI
1. Carl Rogers
Carl R. Rogers dalam Hadis (2006: 71) kurang menaruh perhatian kepada mekanisme proses belajar. Belajar dipandang sebagai fungsi keseluruhan pribadi. Mereka berpendapat bahwa belajar yang sebenarnya tidak dapat berlangsung bila tidak ada keterlibatan intelektual maupun emosional peserta didik. Oleh karena itu, menurut teori belajar humanisme bahwa motifasi belajar harus bersumber pada diri peserta didik.
Roger membedakan dua ciri belajar, yaitu:
(1) belajar yang bermakna dan (2) belajar yang tidak bermakna. Belajar yang bermakna terjadi jika dalam proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran dan perasaan peserta didik, dan belajar yang tidak bermakna terjadi jika dalam proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran akan tetapi tidak melibatkan aspek perasaan peserta didik.
Bagaimana proses belajar dapat terjadi menurut teori belajar humanisme?. Orang belajar karena ingin mengetahui dunianya. Individu memilih sesuatu untuk dipelajari, mengusahakan proses belajar dengan caranya sendiri, dan menilainya sendiri tentang apakah proses belajarnya berhasil.
Menurut Roger, peranan guru dalam kegiatan belajar peserta didik menurut pandangan teori humanisme adalah sebagai fasilitator yang berperan aktif dalam : (1) membantu menciptakan iklim kelas yang kondusif agar peserta didik bersikap positif terhadap belajar, (2) membantu peserta didik untuk memperjelas tujuan belajarnya dan memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk belajar, (3) membantu peserta didik untuk memanfaatkan dorongan dan cita-cita mereka sebagai kekuatan pendorong belajar, (4) menyediakan berbagai sumber belajar kepada peserta didik, dan (5) menerima pertanyaan dan pendapat, serta perasaan dari berbagai peserta didik sebagaimana adanya. (Hadis, 2006: 72)
 2. Arthur Combs
Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dari ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya. Untuk itu guru harus memahami perilaku peserta didik dengan mencoba memahami dunia persepsi peserta didik tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan peserta didik yang ada.
Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa peserta didik mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa si peserta didik untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.
Combs memberikan lukisan persepsi diri dalam dunia seseorang seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu.. Lingkaran kecil (1) adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.
4.      KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
a)       Kelebihan Teori Humanistik
a.       selalu mengedepankan akan hal-hal yang bernuansa demokratis, partisipatif-dialogis dan humanis.
b.      Suasana pembelajaran yang saling menghargai, adanya kebebasan berpendapat, kebebasan mengungkapkan gagasan.
c.       keterlibatan peserta didik dalam berbagai aktivitas di sekolah, dan lebih-lebih adalah kemampuan hidup bersama (komunal-bermasyarakat) diantara peserta didik yang tentunya mempunyai pandangan yang berbeda-beda.
b)      Kekurangan Teori Humanistik :
a.    Teori humanistik tidak bisa diuji dengan mudah.
b.    Banyak konsep dalam psikologi humanistik, seperti misalnya orang yang telah berhasil mengaktualisasikan dirinya, ini masih buram dan subjektif.
c.    Psikologi humanistik mengalami pembiasan terhadap nilai individualistis


5.      APLIKASI DAN CONTOH KASUS
a)      Aplikasi Teori Humanistik
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
Berikut ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar siswa:
1.    Partisipasi. Dalam dunia pendidikan, partisipasi mampu menghidupkan suasana yang interaktif. Dua belah pihak, guru dan siswa, perlu saling peduli, saling sharing, melakukan negosiasi, dan sama-sama bertanggung jawab atas proses dan output pendidikan. Hal ini penting agar di akhir tahun, ketika terjadi kegagalan studi, maka tidak terjadi saling tuding antara para pihak yang memiliki kepedulian terhadap dunia pendidikan (guru, siswa, orangtua siswa, ahli kurikulum, dan masyarakat luas).
2.    Integrasi. Di sini, perlu ditekankan interaksi, interpenetrasi, serta integrasi pemikiran, perasaan dan tindakan. Membangun manusia yang seutuhnya berarti membangun manusia yang konsisten dalam ketiga hal tersebut.
3.    Keterkaitan. Bahwa materi yang diajarkan perlu memiliki hubungan yang erat dengan kebutuhan hidup dasar peserta didik serta berpengaruh nyata untuk mereka, baik secara emosional maupun secara intelektual.
4.    Transparansi dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Para siswa pun berhak mengetahui bahwa pada akhir pelajaran, mereka harus memahami hal-hal tertentu yang mampu meningkatkan pengetahuan mereka. Dari sini, semakin nyata bahwa siswa perlu tahu ke mana mereka diarahkan dalam sebuah pelajaran. Banyak guru kurang menekankan bagian ini, dan langsung masuk ke "inti" pembahasan, padahal hal ikhwal menjelaskan tujuan adalah termasuk hal "inti" pula.
5.    Terakhir, tentu saja tujuan sosial dari pendidikan. Karena pendidikan adalah sebuah sarana menyiapkan manusia untuk untuk berkarya dalam masyarakat, maka pendidikan perlu menekankan penempaan akal dan mental peserta didik, agar mampu menjadi sosok intelektual yang berbudaya. 

b)     Contoh Kasus Teori Humanistik

Kesulitan Penyesuaian Diri Mahasiswi “S” dalam kehidupan kampus
S, berusia 22 tahun, mahasiswi tingkat 1, mengalami ancaman DO. Dari hasil evaluasi 7 minggu pertama `ternyata nilai dari semua mata kuliah yang di ambilnya tidak memenuhi persyaratan lulus ke tingkat 2. PA memebritahu hal ini dengan tujuan dia bias mengejar nilainya, dengan belajar yang lebih alkif agar tidak terancam DO.
Dari hasil evaluasi 4 mata kuliahnya, S memperoleh 2 nilai C dan 2 nilai D. Dia sangat menyadari bahwa dia akan sulit untuk mendapat nilai yang baik untuk ke dua mata kuliahnya tersebut. Kenyataannya ini membuat S merasa sangat stress, hingga kadang dia merasa ingin bunuh diri, karena merasa takut gagal.
Dalam pergaulan dengan teman2nya S selalu merasa minder. Ketika kuliah di kelas besar, dia selalu memilih duduk di barisan yang paling belakang dan dia jarang bergaul dengan teman2 seangkatannya. Dia selalu merasa dirinya kuno, karena menurutnya S selalu berpakaian yang tidak fashionable . Akibatnya S selalu menyendiri dan lebih senang berada di perpustakaan daripada bergaul dengan teman2nya.
S lebih nyaman ketika m,asih duduk di bangku SMA, dimana kelasnya lebih kecil dan hubungan di antara siswa di rasakannya lebih akrab.
S, merupakan anak ke 2 dari dua bersaudara (keduanya wanita). Kakaknya berusia 2 tahun lebih tua darinya, dan mempunyai prestasi akademis yang cukup “cemerlang” di fakultas yang sama. Walaupun orangtua tidak pernah membandingkan kemampuan ke dua anaknya, tetapi S merasa bahwa kakaknya mempunyai kelebihan di segala bidang, di bandingkan dengan dirinya.
E.     TEORI SIBERNETIK
1.           BIOGRAFI TOKOH PENEMU
A)  LANDA
Landa merupakan salah seorang ahli Psikologi yang beraliran Sibernetik. Menurut Landa, ada dua macam proses berpikir.
Pertama, disebut proses berpikir algoritmik, yaitu proses berpikir linier, konvergen, lurus menuju ke satu target tertentu.
Seperti: penyelesaian soal matematika
Kedua adalah cara berpikir heuristik, yakni cara berpikir divergen, menuju kebeberapa target sekaligus.
Seperti: penafsiran makna gaya belajar efektif
2.           PENGERTIAN  TEORI  SIBERNETIK
Sibernetik merupakan bentuk kata serapan dari kata ’Cybernetic’ yakni
sistem kontrol dan komunikasi yang memungkinkan feedback atau umpan balik.
Kata ’cybernetic’ yang selanjutnya kita tulis dengan kata sibernetik berasal dari bahasa yunani yang berarti pengendali atau pilot. Bidang ini menjadi disiplin ilmu komunikasi yang berkaitan dengan mengontrol mesin komputer. Istilah ini dipakai pertama kali oleh Louis Couffignal tahun 1958.

3.           TEORI BELAJAR MENURUT PARA AHLI
a)      Teori Belajar Menurut Landa
Landa membedakan dua macam proses berfikir, yaitu proses berfikir algoritmik dan proses berfikir heuristik.
a.       Proses berfikir algoritmik, yaitu proses berfikir yang sistematis, tahap demi tahap, linier, konvergen, lurus menuju kesatu tujuan tertentu.
 b.      Proses berfikir heuristik, yaitu cara berfikir devergen, menuju kebeberapa  target tujuan  sekaligus (Budiningsih, 2005: 87).
Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran yang hendak dipelajari atau masalah yang hendak di pecahkan diketahui ciri-cirinya. Materi pelajaran tertentu akan lebih tepat disajikan dalam urutan yang teratur, linier, sekuensial, sedangkan materi pelajaran lainnya akan lebih tepat bila disajikan dalam bentuk “terbuka” dan memberi kebebasan kepada siswa untuk berimajenasi dan berfikir.
Misalnya, agar siswa mampu memahami suatu rumus matematika, mungkin akan lebih efektif jika presentasi informasi tentang rumus tersebut disajikan secara algoritmik. Alasannya, karena suatu rumus matematika biasanya mengikuti aturan tahap demi tahap yang sudah teratur dan mengarah ke satu target tertentu. Namun untuk memahami makna suatu konsep yang lebih luas dan banyak mengandung intrepetasi, misalnya konsep keadilan atau demokrasi, akan lebih baik jika proses berfikir siswa dibimbing kearah  yang “menyebar” atau berfikir heuristik, dengan harapan pemahaman mereka terhadap konsep itu tidak tunggal, monoton, dogmatik, atau linier.
4.           KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
a)      Kelebihan 
Budiningsih 2005, kelebihan dari teori belajar sibernetik sebagai   berikut :
§  Cara berpikir berorientasi pada proses lebih menonjol
§  Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis
§   Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap
§  Adanya keterarahan seluruh kegiatan belajar kepada tujuan yang ingin dicapa
§  Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya
§  Control belajar (conten control, pace control, display control, dan conscious cognition control) memungkinkan belajar sesuai dengan irama masing – masing individu (prinsip perbedaan individual terlayani)
§  Balikan informative memberikan rambu – rambu yang jelas tentang tingkat untuk kerja yang telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan.
b)      Kekurangan
Teori sibernetik sebagai teori belajar sering kali dikritik karena lebih menekankan pada system informasi yang akan dipelajari, sementara itu bagainama proses belajar berlangsung dalam diri individu sangat ditentukan oleh system informasi yang dipelajari. Teori ini memandang manusia sebagai pengolah informasi, pemikir, dan pencipta (Pask dan Scott, dalam budiningsih, 2005). Teori aliran ini dikritik karena tidak secara langsung membahas tentang proses belajar sehingga menyulitkan dalam penerapan. Ulasan teori ini cenderung ke dunia psikologi dan informasi dengan mencoba melihat mekanisme kerja otak. Karena pengetahuan dan pemahaman akan mekanisme ini sangat terbatas maka terbatas pula kemampuan untuk menerapkan teori ini..

5.           APLIKASI DAN CONTOH KASUS
1)      Aplikasi Teori Sibernetik
Model pembelajaran sibernetik yang sering disinonimkan dengan umpan balik (feedback) dalam konteks pendidikan umpan balik ini sangat penting artinya bagi keberhasilan belajar dan pembelajaran. Dengan adanya umpan balik dari siswa, guru akan mengetahui apakah materi yang disampaikan telah dipahami dan apa kesulitan siswa dalam memahami, jika ada selanjutnya tindakan remedial apa yang perlu dilakukan. Sebaliknya, umpan balik dari guru misalnya dalam bentuk nilai atas hasil kerja siswa akan mengingatkan kepada siswa sampai sejauh mana penguasaannya terhadap materi yang sedang dipelajari. Berdasarkan umpan balik tersebut siswa dapat memutuskan tindakan apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan hasil belajarnya jika kurang memuaskan.
Fungsi guru dalam hal ini adalah: merencanakan, mempersiapkan dan melengkapi perangsang yang penting untuk masukan simbolik (informasi verbal, kata-kata, angka-angka dan sebagainya) dan masukan referensial (objek dan peristiwa-peristiwa) yang akan membawa kepada konsep informasi yang cocok untuk membimbing siswa memanipulasikan proses konsep dan mempersiapkan umpan balik (feedback) dari sebuah latihan/pembelajaran.
Dalam kaitannya pembelajaran di ruang kelas, Gagne mengemukakan ada sembilan langkah pengajaran yang perlu diperhatikan oleh guru. 

Langkah-langkah tersebut adalah:
1.      Melakukan tindakan untuk menarik perhatian siswa
2.      Memberikan informasi kepada siswa mengenai tujuan pengajaran dan topik-topik yang akan dibahas
3.      Merangsang siswa untuk memulai aktivitas pembelajaran
4.      Menyampaikan isi pelajaran yang dibahas sesuai dengan topik yang telah ditetapkan.
5.      Memberikan bimbingan bagi aktivitas siswa dalam pembelajaran.
6.      Memberikan peneguhan kepada prilaku pembelajaran siswa.
7.      Memberikan umpan balik terhadap prilaku yang ditunjukkan siswa
8.      Melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar
9.      Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengingat dan menggunakan hasil pembelajaran.








DAFTAR PUSTAKA










19 comments:

Unknown said...

Assalamualikum wr.wb
Saya Dea Aulia dari kelompok 4 akan bertanya pada Gebby Sintia Dewi kelompok 3.
Kenapa teori Behavioristik sering tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks ?

Unknown said...

Assalamualaikum. Wr.wb.
Saya lolita kumala desi dari kelompok 4 akan bertanya pada dian wulandari..Berikan contoh penerapan belajar di kelas sesuai teori behavioristik????

Unknown said...

assalamualaikum wr.wb
saya fadilah yasmin dari kelompok 1 akan bertanya pada ferra dyasti klompok 3
disitu dibilang "Ada tiga hukum belajar yang utama, menurut Thorndike yakni (1) hukum efek; (2) hukum latihan dan (3) hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat memperkuat respon." bagaimana contoh dari ketiga hukum tersebut? terima kasih :)

Unknown said...

Assalamualaikum wr wb
Saya indah sari devi dari kelompok 4 akan bertanya pada kelompok 3
Selain faktor penguatan adakah faktor penting lainnya pada aliran behavioristik dan bisakah anda jelaskan apa itu dan bagaimana faktor penguatan tersebut?

Irmalisa elvia said...
This comment has been removed by the author.
Unknown said...
This comment has been removed by the author.
Unknown said...
This comment has been removed by the author.
Irmalisa elvia said...

Assalamualaikum wr wb

Saya irmalisa elvia dari kelompok 4 ingin bertanya kepada kelompok 3 ferra dyasti
Menurut adward lee thornike tingkah laku kegiatan belajar dapat berupa konkrit yaitu yg dapat diamati dan yg tidak dapat diamati . Pertanyaan saya adalah yg dapat diamati itu seperti apa dan yg tidak dapat diamati itu seperti apa?
Terimakasih

Unknown said...

Assalamualaikum wr. Wb
Saya isna dwi setianingsih akan bertanya pada fera . bagaimana mengaplikasikan tujuan instruksional dalam konsep behaviorisme apakah sukar untuk di peraktekkan?

Unknown said...

Saya aruna yuni sari dari kelompok 2 ingin bertanya kepada gebby shinta dewi kelompok 3 "Apa yang harus dilakukan oleh guru jika hendak menerapkan teori humanistik dalam proses pembelajaran?"

Unknown said...

Selamat siang
Saya imanuella akan bertanya ke pada ferra mengapa dalam teori belajar behaviorisme tidak semua hasil belajarnya dapat di amati dan di ukur???

Unknown said...

Assalamu'alaikum wr.wb.
Saya Aulia Devi Kirana akan bertanya kepada saudari Hurriyatul 'Ainah. Edwin guthrie mengemukakan 3 metode untuk mengubah kebiasaan. Dari ke3 metode itu apakah berkaitan satu dengan yg lain? Tolong jelaskan

Unknown said...

Assalamualkm , saya iin nurvian dari kelompok 2 ingin bertanya kpd gebby syntia bagaimana menurut anda jika ada keterbatasan waktu dalam mendidik , jelas kita ketahui teori sibernetik itu adalah teori yg mmiliki kapabilitas belajar yg d sajikan lbih lengkap , bagaimana tindak lanjut kita sbagai "calon pendidik" untuk menanggulanginya jika ad keterbatasan waktu dalam belajar ? Trimakash :)

Unknown said...

Nama : Mikhael Lauda / 2D / Kelompok 5
Kepada : Gebby Shintia Dewi / 2D / Kelompok 3
Pertanyaan :
Dapatkah anda memberikan contoh kasus pelaksanaan teori Behavioristik selain contoh yang ada di buku
Terima kasih

Unknown said...

Waalaikumsalam warahmatullahiwabarakatuh. Saya Gebby Shintia Dewi dari kelompok 3 akan menjawab pertanyaan dari Dea Aulia kelompok 4.

Teori behavioristik sering tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks sebab banyak varibel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan atau belajar yang tidak dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respons.

Unknown said...

Assalamualaikum
Saya efriyana oklandari ingin bertanya kepada dian wulandari.
Apa pengertian belajar menurut teori kognitif?

Unknown said...

Saya akan menjawab pertanyaan dari Aruna Yuni

Para pendidik atau guru diharapkan dalam pembelajaran lebih menekankan nilai-nilai kerjasama, saling membantu, dan menguntungkan, kejujuran dan kreativitas untuk diaplikasikan suatu proses pembelajaran yang diharapkan sesuai dengan tujuan dan hasil belajar yang dicapai siswa.

Unknown said...

Tentu, saya akan memberi salah satu contoh dari teori behavioristik, semoga bisa diterima

Jono baru saja beranjak dari SMP menuju SMA. Ia masuk ke SMA yang terkenal sebagai SMA yang dihuni oleh orang-orang kelas atas. Padahal ia berasal dari keluarga yang tergolong menengah kebawah. Awalnya orang tua Jono tidak memperbolehkan Jono masuk kesekolah tersebut karena takut Jono terpengaruh gaya hidup mereka. Namun paksaan Jono yang yang sedemikian rupa membuat orang tuanya luluh juga.
Setelah beberapa lama berada disekolah itu, Jono seperti mengalami diskriminasi karena ia tidak pernah mau untuk ikut bermain dengan teman-temannya saat ia diajak. Sedikit demi sedikit, Ia mulai merasa dikucilkan. Awalnya, ia tidak terpengaruh. Namun lama kelamaan, ia mulai merasa kesepian. Bahkan, teman-temannya senang sekali mengerjai Jono. Perilaku teman-temannya mulai membuat Jono tidak fokus. Prestasi belajar mulai menurun. Ini membuat Jono selalu stress.
Keadaan seperti ini mulai mengubah Jono. Jono yang selama ini selalu rendah hati mulai merasa harus seperti teman-temannya. Akhirnya muncul juga keinginan untuk bermain dengan teman-teman. Ia mencuri uang orang tuanya untuk bisa berpenampilan seperti teman-temannya. Keadaan hidup seperti ini membuat ia tak nyaman. Ia ingin sekali tidak seperti ini, namun itu hanya tinggal keinginan saja. Ketakutan akan dikucilkan membuat ia tetap menjalankan kebiasaan buruk ini.

Apakah anda bisa menerima?

Unknown said...

Saya Gebby Shintia Dewi akan menjawab pertanyaan dari Indah Sari Devi

Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat, begitu juga bila penguatan dikurangi (negative reinforcement) responpun akan tetap dikuatkan