MICRO TEACHING
HASIL OBSEVASI VIDEO
KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS
Lecture
Marhamah M.Ed
RABIAHNI SYAKINA
136311475
ENGLISH STUDY PROGRAM
THE LANGUANGE AND ART
DEPARTMENT
TEACHER TRAINING AND
EDUCATION FACULTY
ISLAMIC UNIVERSITY OF
RIAU
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keterampilan dasar dalam mengajar siswa sangat
diperlukan oleh guru agar interaksi
antara guru dan siswa bisa berjalan dengan baik dan siswa tidak merasa tertekan
saat belajar sehingga pelajaran dapat ditangkap secara maksimal. Keberhasilan
seorang guru dalam mengajar tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan proses
pembelajaran saja, melainkan juga ditentukan oleh keterampilan pengelolaan
kelas yang dikuasainya. Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan guru
untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan keterampilan
untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Keterampilan Mengelola kelas
terbagi menjadi dua jenis keterampilan yaitu: Keterampilan yang berhubungan
dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal dan
keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal.
Tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan
tertib sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Untuk melatih kemampuan seorang guru dalam mengelola kelas dapat melalui dua
cara, yaitu melalui pengalaman dan melalui belajar. Oleh karena itu, makalah
ini dibuat agra kita memahami dan mampu mengelola kelas dengan baik.
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah pengertian
pengelolaan kelas ?
2. Apa
tujuan dari pengelolaan kelas ?
3. Apa
saja pendekatan-pendekatan dalam pengelolaan kelas ?
4. Bagaimana
peran guru dalam pengelolaan kelas ?
5. Apa
sajakah hal-hal yang harus dihindari dalam mengelola kelas?
6.
Apa saja Hasil obsevasi
video Youtube mengenai proses mengelola kelas?
C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui
pengertian pengelolaan kelas
2. Mengetahui
tujuan dari pengelolaan kelas
3. Mengetahui
pendekatan-pendekatan dalam pengelolaan kelas
4. Mengetahui
peran guru dalam pengelolaan kelas
5. Mengetahui
hal-hal yang harus dihindari dalam mengelola kelas
6. Mengetahui
Hasil obsevasi video Youtube mengenai proses mengelola kela
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas secara umum adalah
penciptaan kondisi yang memungkinkan pengelolaan pembelajaran dapat berlangsung
secara optimal. Sedangkan pengertian pengelolaan kelas (classroom management)
berdasarkan pendekatannya menurut weber (1977) diklasifikasikan menjadi tiga,
yaitu:
1.Berdasarkan pendekatan otoriter
(authority approach), pengelolaan kelas adalah kegiatan guru untuk mengontrol
tingkah laku siswa. Guru berperan menciptakan dan memelihara aturan kelas
melalui penerapan disiplin secara ketat. Otoritas guru tidak sepenuhnya, guru
memang mempunyai hak kekuasaan, namun ada pemegang kekuasaan di atas guru
misalnya kepala sekolah, dan lain-lain.
2.Berdasarkan pendekatan permisif
(permissive approach), pengelolaan kelas adalah upaya yang dilakukan oleh guru
untuk memberi kebebasan kepada siswa dalam melakukan berbagai aktifitas sesuai
dengan apa yang mereka inginkan. Fungsi guru adalah menciptakan kondisi siswa
agar merasa aman untuk melakukan aktifitas di dalam kelas.
3.Berdasarkan pendekatan modifikasi
tingkah laku, pengelolaan kelas adalah upaya untuk mengembangkan dan
memfasilitasi perubahan perilaku yang bersifat positif dari siswa dan berusaha
semaksimal mungkin mencegah munculnya atau memperbaiki perilaku negatif yang
dilakukan oleh siswa.
Tidak ada pendekatan-pendekatan
yang paling baik, tetapi pendekatan-pendekatan ini akan menjadi pendekatan
paling baik pada saat situasi yang tepat.
B. Tujuan Pengelolaan Kelas
Menurut Ahmad (1995:2), tujuan pengelolaan
kelas adalah sebagai berikut:
1.Mewujudkan situasi dan kondisi
kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar yang
memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
2.Menghilangkan berbagai hambatan
yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi belajar mengajar.
3.Menyediakan dan mengatur
fasilitas serta peralatan belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar
sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam kelas.
Tujuan pengelolaan kelas menurut
Sudirman (dalam Djamarah 2006:170) pada hakikatnya terkandung dalam tujuan
pendidikan. Tujuan pengelolaan kelas adalah:
1.Penyediaan fasilitas bagi
macam-macam kegiatan belajar siswa dalam
lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas.
2.Fasilitas yang disediakan itu
memungkinkan siswa belajar dan bekerja.
3.Terciptanya suasana yang
memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional, dan
sikap serta apresiasi pada siswa.
Sedangkan Arikunto (dalam Djamarah
2006:178) berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di
kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran
secara efektif dan efisien.
E. Pendekatan-Pendekatan dalam
Pengelolaan Kelas
Dalam mengelola kelas, kita telah dihadapkan
pada siswa yang bersifat individual atau kelompok, sehingga kita perlu
berhati-hati dalam menanganinya. Biasanya teknik yang digunakan antara lain:
nasihat, teguran, larangan, ancaman, teladan, hukuman dan sebagainya.
Menurut James Cooper dkk. mengemukakan tiga
pendekatan dalam pengelolaan kelas yang didalamnya terdapat teknik-teknik
yaitu:
a. Pendekatan Alodifikasi Perilaku
Pendekatan ini bertolak dari psikalogi
behavioral dengan anggapan dasar bahwa tingkah manusia yang baik maupun yang
buruk dalam batas-batas tertentu merupakan hasil belajar. Pendekatan ini
memanfaatkan hasil penelitian tentang bagaimana tingkah laku manusia terbentuk
melalui hubungan manusia dengan lingkungan guna merumuskan teknik-teknik yang
dapat digunakan dalam membina siswa, yaitu:
1) Penguatan negatif yaitu: pengurangan hingga
penghilangan suatu stimulus yang tidak menyenangkan untuk mendorong terulang
kembali suatu tingkah laku yang timbul sebagai akibat dari pengurangan dan
penghilangan tersebut.
Contoh: misalnya guru ingin agar siswa berani
mengeluarkan pendapat, guru selalu menunjuk langsung siswa yang tidak berani
mengeluarkan pendapat agar mengeluarkan pendapat (stimulus yang tidak
menyenangkan). Bila suatu saat siswa berani mengeluarkan pendapat tanpa
menunggu ditunjuk guru maka guru mulai mengurangi secara berangsur-angsur cara
menunjuk langsung (penguatan negatif). Pengurangan itu semakin meningkat
sejalan dengan semakin seringnya,siswa mengeluarkan pendapat tanpa ditunjuk
guru hingga akhirnya ditiadakan bila siswa telah terbiasa mengeluarkan
pendapat.
Hal-hal yang perlu dihindarkan dalam
penggunaan penguatan negatif:
a) Hindarkan pemberian stimulus yang
menyakitkan
b) Sasaranya jelas
c) Pemberian penguatan dengan segera
d) Penyajian stimulus yang bervariasi
e) Keantusiasan.
2) Penghapusan yaitu: usaha mengubah tingkah
laku siswa dengan cara menghentikan pemberian respons terhadap suatu tingkah
laku siswa yang semula dikuatkan dengan respons tersebut.Sebagai contoh,
seorang siswa yang selalu mengomentari penjelasan guru saat guru sedang
menerangkan, misalnya, mungkin karena setiap kali siswa mengomentari penjelasan
guru, guru selalu memberikan respons yang memberikan kesan pada siswa bahwa
guru tidak berkeberatan dengan komentar komentar seperti itu (padahal guru
sebenarnya tidak mengharapkan komentar seperti itu). Untuk mengurangi artau
menghilangkan kebiasaan seperti tersebut, salah satu teknik yang dapat
digunakan adalah penghapusan, yaitu dengan menghentikan pemberian respons yang
memberikan kesan pada siswa bahwa guru tidak berkebertaan terhadap kebiasan
siswa tersebut. Contoh lain yaitu pada siswa yang sering menjawab maka guru
berkata “Yang sudah menjawab tolong berikan kesempatan pada yang lain ya…!”
Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam penggunaan penghapusan, yaitu:
a) Untuk mengurangi kekecewaan siswa sebagai
akibat ditiadakannya pengukuh yang diharapkan, sebaiknya teknik ini
dikombinasikan dengan teknik lain, khususnya teknik penguatan positif, bila
ternyata ada hal-hal yang dilakukan oleh siswa.
b) Bila guru sulit menemukan penguatan yang
membentuk tingkah laku siswa, lalu setelah mencoba-coba beberapa pengukuh
ternyata gagal, sebaiknya digunakan teknik lain agar siswa tidak terlalu larut
dalam tingkah laku yang hendak dihapus tersebut.
c) Dibutuhkan waktu yang relatif lama dalam
menghilangkan tingkah laku siswa yang menyimpang bila menggunakan teknik
penghapusan. Sementara penghapusan berlangsung dan siswa melakukan tindakan
yang sangat mengganggu kelancaran proses pembelajaran, misal menyebabkan siswa
sekelas tertawa berkepanjangan, sebaiknya teknik ini tidak dilanjutkan
pemakaiannya dan diganti dengan teknik lain.
d) Bila suatu penguatan telah ditetapkan untuk
tidak diberikan kepada siswa, maka sedapat mungkin penguatan tersebut tidak
diberikan.Untuk itu perlu ada koordinasi antar staf pengajar agar tidak terjadi
ada guru tidak memberikan penguatan, dipihak lain ada guru yang tetap
memberikan.Bila hal demikian terjadi akan semakin sulit menghapus tingkah laku
siswa yang menyimpang tersebut.
3) Hukuman.
Penyajian stimulus yang tidak menyenangkan
untuk menghilangkan dengan segera tingkah laku siswa yang tidak dikehendaki.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
penggunaan hukuman:
a) Sedapat mungkin aturan hukuman diciptakan
bersama antara guru dengan siswa atau minimal disepakati oleh siswa dan lebih
baik dikatakan pada awal pertemuan. Dengan demikian siswa lebih ikhlas bila
dihukum.
b) Hukuman hendaknya diberikan segera setelah
pelanggaran terjadi sehingga siswa memiliki kesan yang kuat tentang kaitan
antara pelanggaran dan hukuman.
c) Sedapat mungkin hukuman dikombinasikan
dengan teknik lain terutama teknik penguatan positif, bila ada haI-hal positif
pada diri siswa.
d) Setelah menghukum siswa, guru hendaknya
bersikap wajar seperti semula agar hubungan yang mungkin terganggu sebagai
akibat pemberian hukuman dapat pulih kembali.
e) Bentuk-bentuk hukukman yang digunakan
bervariasi agar siswa tidak menjadi jenuh atau kebal dengan sesuatu bentuk
hukuman.
b. Pendekatan Sosial Emosional
Pendekatan ini bertolak dari psikologi klinis
dan konseling, dengan anggapan dasar bahwa proses pembelajaran yang efektif dan
efisien mempersyaratkan hubungan sosial emosional yang baik antara guru dengan
siswa dan antarsiswa. Selanjutnya guru dipandang memegang peranan penting dalam
menciptakan hubungan baik tersebut. Pengalaman dalam kehidupan sehari-hari
menunjukkan pada kita bahwa bila hubungan kita dengan partner kerja baik,
berbagai kegiatan kejasama dapat berlangsung dengan lancar. Dan bila terjadi
kesalahpahaman mudah dicari jalan keluarnya. Demikian halnya dengan proses
pembelajaran di sekolah, bila hubungan antara guru dengan siswa baik, maka
proses pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar, kesalahpahaman yang timbul
dapat diatasi dengan mudah.
Berikut ini adalah sikap-sikap yang diperlukan
oleh guru dalam mengatasi kenakalan siswa:
1) Sikap umum,
Yaitu terbuka, menerima dan menghargai siswa
sebagai manusia, empati, membicarakan situasi pelanggaran dan bukan pelakunya,
demokratis (melibatkan siswa dalam pengambilan keputusan yang menyangkut
kepentingannya).
2) Sikap khusus.
Rudolf Dreikurs dan Pearl Cassel
mengelompokkan tingkah laku siswa yang biasanya mengganggu proses pembelajaran
menjadi empat macam yaitu:
a) Siswa yang memiliki tingkah laku menarik
perhatian akan selalu berusaha memakai berbagai cara untuk menarik perhatian
guru. la mungkin tertawa lebih keras dibanding dengan teman-temannya, sering
menggoda teman disebelahnya, pura-pura sakit, pura-pura tidak mengerti sehingga
bertanya terus dan sebagainya. Hal yang demikian sebaiknya dibiarkan saja.
b) Siswa yang memiliki tingkah laku menguasai
akan selalu berusaha mengalahkan orang lain. Bila tidak dapat secara wajar, ia
akan marah dan melakukan tindakan agresif, atau sebaliknya menarik diri sama
sekali dan tidak mau melaksanakan kewajibannya. Hal ini dapat diatasi dengan
memberikan tugas untuk memimpin yang membutuhkan keberanian atau kekuatan
fisik.
c) Siswa yang memiliki tingkah laku membalas
dendam akan selalu melakukan tindakan yang menyakiti orang lain baik secara
fisik maupun psikis. Hal ini sebaiknya diserahkan pada psikolog dan guru hanya
membantu pelaksanaanya di kelas.
d) Siswa yang memiliki tingkah laku merasa
tidak mampu akan selalu mengatakan bahwa ia tidak mampu mengerjakan tugas.
Karena biasanya ia yakin akan gagal atau merasa gagal sebelum mulai. Hal ini
jangan disalahkan langsung melainkan berikan dorongan dan bimbingan.
c.Pendekatan Proses kelompok
Pendekatan ini bertolak dari psikologi dan
dinamika kelompok, dengan anggapan dasar bahwa proses pembelajaran yang efektif
dan efisien berlangsung dalam konteks kelompok, yaitu kelompok kelas. Oleh
karena itu, peranan guru dalam rangka pengelolaan kelas adalah menciptakan
kelompok kelas yang mempunyai ikatan yang kuat serta dapat bekerja secara efektif
dan efisien. Pada awal pelajaran, para siswa biasanya masih merupakan kerumunan
orang dengan tujuan, pikiran, perasaan yang sangat berbeda. Tugas guru adalah
memadu kepentingan-kepentingan perseorangan tersebut menjadi kepentingan
kelompok, kemudian membentuk kerumunan tersebut menjadi satu kelompok dengan
ikatan yang kuat dan mampu bekerja sama secara produktif. Untuk mengikat
kerumunan siswa menjadi satu kelompok yang mempunyai ikatan yang kuat, ada
sejumlah unsur yang diperlukan.Unsur-unsur penting yang amat diperlukan adalah
tujuan, aturan, dan pemimpin.
1) Tujuan Kelompok.
Siswa biasanya hadir di kelas dengan tujuan
yang berbeda, maka tugas guru yang pertama adalah mengarahkan para siswa ke
tujuan kelas, khususnya indikator. Tujuan yang dapat mendorong usaha untuk
mencapainnya antara lain adalah tujuan yang jelas dan realistis. Oleh sebab
itu, guru perlu merumuskan tujuan yang realistis serta mengkomunikasikannya
secara jelas kepada siswa.
2) Aturan.
Aturan yang mampu mengikat siswa menjadi
kelompok yang padu adalah aturan yang dapat dibuat bersama antara guru dan
siswa atau minimal disetujui oleh siswa. Bila ada siswa yang tidak menyetujui
aturan dalam kelompok akan mengurangi daya ikat aturan tersebut.
3) Pemimpin.
Seorang guru dengan sendirinya akan menjadi
pemimpin kelompok siswa di kelas saat mengajar. Sebagai pemimpin hal pertama
yang harus dilaksanakan adalah menjelaskan tujuan kelompok dan membentuk aturan
kelompok. Selain itu dalam menciptakan dan memelihara suasana kerja kelompok
yang sehat ada beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu mendorong dan
memeratakan partisipasi, mengurangi ketegangan, memperjelas komunikasi,
mengatasi pertentangan antarpribadi atau antarkelompok dan menunjukkan
kehadiran serta menerapkan sangsi.
F. Peran Guru dalam Pengelolaan
Kelas
Secara umum peran guru dalam mengelola kelas
yaitu:
a. Mendorong siswa mengembangkan tanggung
jawab individu terhadap lingkungannya.
b. Membangun pemahaman siswa agar mengerti dan
menyesuaikan tingkah lakunya dengan tata tertib kelas.
c. Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan
diri dalam tugas serta tingkah laku yang sesuai dengan aktivitas kelas.
Menurut Darmadi (2010:6-7) ada beberapa peran
guru dalam pengelolaan kelas yaitu:
a)
memelihara lingkungan fisik kelas
b)
mengarahkan atau membimbing proses intelektual dan sosial siswa dalam
kelas
c) mampu
memimpin kegiatan pembelajaran yang efektif dan efesien.
Dalam mengelola kelas sering ditemui
kendala-kendala yang dapat menghambat terjadinya proses pembelajaran yang efesien
dan efektif. Untuk menciptakan proses pembelajaran yang kondusif selain menerapkan prinsip-prinsip pengelola
juga kiat-kiat untuk mengatasi kendala tersebut yaitu:
a) guru tidak boleh campur tangan yang
berlebihan terhadap siswa
b) guru jangan sampai kehilangan konsentrasi
yang dapat menimbulkan kesenyapan atau pembicaraan terhenti tiba-tiba
c) menghindari ketidaktepatan menandai dan
mengakhiri suatu kegiatan atau guru
harus tepat waktu
d) guru harus dapat mengelola waktu karena
berkaitan dengan disiplin diri siswa.
e) memberikan penjelasan yang jelas,
sederhana, sistematis dan tidak bertele-tele.
Manajemen pembelajaran yang efektif dapat
terwujud dengan melaksanakan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Menetapkan aturan kelas (class routine)
Kita mengetahui bahwa kebiasaan tiap siswa
berbeda. Seorang guru tidak boleh menyalahkan atau membenci siswa karena kebiasaan mereka karena
kebiasaan baik dan buruk diperoleh dari pengalaman di jenjang pendidikan
sebelumnya dan lingkungan siswa berada. Sehingga untuk membentuk kebiasaan-kebiasaan
yang baik dengan melalui pemberian aturan saat proses pembelajaran terutama
pada awal pertemuan pembelajaran sehingga terjadi kesepakatan antara siswa dan
guru.
2. Memulai kegiatan tepat waktu (getting
started)
Dalam memulai suatu materi pembelajaran
diperlukan ketepatan waktu bagi guru maupun siswa (masalah keterlambatan telah
diatur pada saat menetapkan aturan kelas) sehingga pembelajaran efektif dan
tidak ada waktu yang terbuang banyak.
3. Mengatur pelajaran (managing the lesson)
Proses pembelajaran yang efektif, guru harus
mengatur dan menjaga agar proses kegiatan berjalan lancer dan tidak mengalami
gangguan atau hambatan. Guru harus mengoptimalkan keikutsertaan siswa,
kesempatan melakukan, penggunaan peralatan, serta mengorganisir pembagian
kelompok, tidak terlalu banyak ceramah sehingga siswa tidak jenuh.
4. Mengelompokkan siswa (grouping the student)
Pada saat meembahas materi tertentu,
diperlukan juga siswa harus berkelompok agar mereka dapat bekerja sama dan tidak individualis.
Kadang-kadang diperlukan adanya ketua kelompok sehingga ketua tersebut dapat
memanage dirinya sendiri dan teman-temannya.
5. Mengakhiri pelajaran (ending the lesson)
Pada akhir pelajaran diharapkan siswa memiliki
kesan yang baik selama kegiatan berlangsung sehingga siswa selalu mengingat
hal-hal yang berupa pengalaman selama kegiatan. Maka dari itu, seorang guru
harus membuat klimaks naik pada saat pertemuan sehingga siswa berharap adanya
kegiatan lanjut yang lebih menarik pada pertemuan berikutnya.
2.5 Hal-hal yang Harus Dihindari
Dalam usaha mengelola kelas secara
efektif ada sejumlah kekeliruan yang harus dihindari oleh guru, yaitu sebagai
berikut.
1.
Campur tangan yang
berlebih (teachers instruction)
Apabila guru menyela kegiatan yang
sedang asyik berlangsung dengan komentar, pertanyaan, atau petunjuk yang
mendadak, kegiatan itu akan terganggu
atau terputus. Hal ini akan memberi kesan kepada siswa bahwa guru tidak
memperhatikan keterlibatan dan kebutuhan anak. Ia hanya ingin memuaskan
kehendak sendiri.
2.
Kelenyapan (fade away)
Hal ini terjadi jika guru gagal
secara tepat melengkapi suatu instruksi, penjelasan, petunjuk, atau komentar,
dan kemudian menghentikan penjelasan atau sajian tanpa alasan yang jelas. Juga
dapat terjadi dalam bentuk waktu diam yang terlalu lama, kehilangan akal, atau
melupakan langkah-langkah dalam pelajaran. Akibatnya ialah membiarkan pikiran siswa
mengawang-awang, melantur, dan mengganggu keefektifan serta kelancaran
pelajaran.
3.
Ketidaktepatan memulai
dan mengakhiri kegiatan (stops and stars)
Hal ini dapat terjadi bila guru
memulai suatu aktivitas tanpa mengetahui aktivitas sebelumnya menghentikan
kegiatan pertama, memulai yang kedua, kemudian kembali kepada kegiatan yang
pertama lagi. Dengan demikian guru tidak dapat mengendalikan situasi kelas dan
akhirnya mengganggu kelancaran kegiatan belajar siswa.
4.
Penyimpangan
(digression)
Akibat guru terlalu asyik dalam
suatu kegiatan atau bahkan tertentu memungkinkan ia dapat menyimpang.
Penyimpangan tersebut dapat mengganggu kelancaran kegiatan belajar siswa.
5.
Bertele-tele
(overdweiling)
Kesalahan ini terjadi bila
pembicaraan guru bersifat mengulang-ulang hal-hal tertentu, memperpanjang
keterangan atau penjelasan, mengubah teguran sederhana menjadi ocehan atau kupasan yang panjang.
G.
Hasil Obsevasi
No
|
Aspek yang diamati
|
Deskripsi Hasil Pengamatan
|
A
|
Perangkat
Pelatihan/Pembelajaran
|
|
1. Kurikulum 2013
|
Dalam step pengelolaan kelas, guru tidak menampilkan
kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran.
|
|
2. Silabus
|
Dalam step pengelolaan kelas, guru tidak menampilkan
silabus yang digunakan dalam pembelajaran
|
|
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP).
|
Dalam step pengelolaan kelas, guru tidak menampilkan
RPP yang digunakan dalam pembelajaran.
|
|
B
|
Proses
Pelatihan/Pembelajaran
|
|
1. Membuka pelajaran
|
Guru memulai pelajaran dengan pemberian salam dan
murid menjawab salam.
|
|
2. Penyajian materi
|
Guru memberikan materi kepada siswa/i dengan
mengerjakan latihan yang terdapat didalam textbook.
|
|
3. Metode pembelajaran
|
Guru menggunakan metode pembelajaran yaitu ceramah.
|
|
4. Penggunaan bahasa
|
Guru
menggunakan tata bahasa yang baik sehingga siswa/i dapat memahami informasi
dengan baik apa yang disampaikan oleh guru.
|
|
5. Penggunaan waktu
|
Guru menggunakan waktu dalam keterampilan mengelola
kelas selama 08:40.
|
|
6. Gerak
|
Guru tidak hanya duduk saja dikelas tapi guru
tersebut mengelilingi kelas, memperhatikan yang dikerjakan oleh siswa dan
memeriksa kondisi siswa dikelas selama pembelajaran berlangsung.
|
|
7. Cara memotivasi siswa
|
Guru memberikan motivasi sehingga membuat peserta
didik dapat aktif dan semangat selama pembelajaran berlangsung.
|
|
8. Teknik bertanya
|
Guru memberikan pertanyaan berdasarkan latihan yang
dikerjakan oleh siswanya dan meminta siswanya untuk menjawab.
|
|
9. Teknik penguasaan kelas
|
Guru dapat menguasai kelas dengan baik sehingga
tidak terjadi keributan didalam kelas karena guru dapat mengontrol siswanya
dengan baik.
|
|
10. Penggunaan media
|
Guru hanya menggunakan media pembelajaran berupa
papan tulis dan juga buku sebagai sumber utama media pelajaran.
|
|
11. Bentuk dan cara
evaluasi
|
Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal di depan
kelas.
|
|
|
12. Menutup pelajaran
|
Dalam step pengelolaan kelas, guru tidak menampilkan
tindakan mengakhiri pelajaran dikelas.
|
C
|
Perilaku Peserta Pelatihan
(Diklat)
|
|
1.
Perilaku siswa di dalam kelas
|
Siswa semangat dalam mengikuti pembelajaran dikelas
dan siswa juga terlibat aktif selama pembelajaran berlangsung.
|
|
2.
Perilaku siswa di luar kelas
|
Guru tidak
mengadakan pembelajaran diluar kelas.
|
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pengelolaan kelas adalah pengadaan kelas oleh
guru dengan cara-cara atau pendekatan-pendekatan tertentu sehingga siswa merasa
nyaman dan optimal selama pembelajaran.
Pengelolaan kelas bertujuan untuk:
1.
mengembangkan kemampuan
siswa semaksimal mungkin baik secara individual maupun kelompok
2. membantu
mengatasi hambatan siswa
3. membantu
siswa belajar sesuai dengan tingkat emosional dan intelektualnya di dalam kelas
dengan penyediaan fasilitas sebaik mungkin
4. membina
dan membimbing siswa sesuai dengan keadaan dan latar belakang siswa
5.
menciptakan suasana
sosial yang berimbang, disiplin, tertib, perkembangan intelektual, emosional,
sikap, dan apresiasi siswa sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Asril, Zainal. 2010. Microteaching.
Padang. PT. Raja Grafindo Persada.
Maarif, Samsul. 2010. 8
Keterampilan Mengelola Kelas, (Online),
diakses 28022016
No comments:
Post a Comment