Thursday, March 3, 2016

LAPORAN OBSERVASI VIDEO OLEH : RABIANI SYAKINA (136311475) KELAS : 6A


MICRO TEACHING
HASIL OBSEVASI VIDEO KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS



Lecture
Marhamah M.Ed


         RABIAHNI SYAKINA 
136311475
  

ENGLISH STUDY PROGRAM
THE LANGUANGE AND ART DEPARTMENT
TEACHER TRAINING AND EDUCATION FACULTY
ISLAMIC UNIVERSITY OF RIAU
2016

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
 Keterampilan dasar dalam mengajar siswa sangat diperlukan oleh guru  agar interaksi antara guru dan siswa bisa berjalan dengan baik dan siswa tidak merasa tertekan saat belajar sehingga pelajaran dapat ditangkap secara maksimal. Keberhasilan seorang guru dalam mengajar tidak hanya ditentukan oleh  faktor-faktor yang berhubungan dengan proses pembelajaran saja, melainkan juga ditentukan oleh keterampilan pengelolaan kelas yang dikuasainya. Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan keterampilan untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Keterampilan Mengelola kelas terbagi menjadi dua jenis keterampilan yaitu: Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal dan keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal. Tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien. Untuk melatih kemampuan seorang guru dalam mengelola kelas dapat melalui dua cara, yaitu melalui pengalaman dan melalui belajar. Oleh karena itu, makalah ini dibuat agra kita memahami dan mampu mengelola kelas dengan baik.

B. Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian pengelolaan kelas ?
2.      Apa tujuan dari pengelolaan kelas ?
3.      Apa saja pendekatan-pendekatan dalam pengelolaan kelas ?
4.      Bagaimana peran guru dalam pengelolaan kelas ?
5.      Apa sajakah hal-hal yang harus dihindari dalam mengelola kelas?
6.      Apa saja Hasil obsevasi video Youtube mengenai proses mengelola kelas?
C. Tujuan Makalah
1.         Mengetahui pengertian pengelolaan kelas
2.         Mengetahui tujuan dari pengelolaan kelas
3.         Mengetahui pendekatan-pendekatan dalam pengelolaan kelas
4.         Mengetahui peran guru dalam pengelolaan kelas
5.         Mengetahui hal-hal yang harus dihindari dalam mengelola kelas
6.         Mengetahui Hasil obsevasi video Youtube mengenai proses mengelola kela
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengelolaan Kelas
 Pengelolaan kelas secara umum adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan pengelolaan pembelajaran dapat berlangsung secara optimal. Sedangkan pengertian pengelolaan kelas (classroom management) berdasarkan pendekatannya menurut weber (1977) diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
1.Berdasarkan pendekatan otoriter (authority approach), pengelolaan kelas adalah kegiatan guru untuk mengontrol tingkah laku siswa. Guru berperan menciptakan dan memelihara aturan kelas melalui penerapan disiplin secara ketat. Otoritas guru tidak sepenuhnya, guru memang mempunyai hak kekuasaan, namun ada pemegang kekuasaan di atas guru misalnya kepala sekolah, dan lain-lain.
2.Berdasarkan pendekatan permisif (permissive approach), pengelolaan kelas adalah upaya yang dilakukan oleh guru untuk memberi kebebasan kepada siswa dalam melakukan berbagai aktifitas sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Fungsi guru adalah menciptakan kondisi siswa agar merasa aman untuk melakukan aktifitas di dalam kelas.
3.Berdasarkan pendekatan modifikasi tingkah laku, pengelolaan kelas adalah upaya untuk mengembangkan dan memfasilitasi perubahan perilaku yang bersifat positif dari siswa dan berusaha semaksimal mungkin mencegah munculnya atau memperbaiki perilaku negatif yang dilakukan oleh siswa.
Tidak ada pendekatan-pendekatan yang paling baik, tetapi pendekatan-pendekatan ini akan menjadi pendekatan paling baik pada saat situasi yang tepat.

B. Tujuan Pengelolaan Kelas
 Menurut Ahmad (1995:2), tujuan pengelolaan kelas adalah sebagai berikut:
1.Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
2.Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi belajar mengajar.
3.Menyediakan dan mengatur fasilitas serta peralatan belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam kelas.
Tujuan pengelolaan kelas menurut Sudirman (dalam Djamarah 2006:170) pada hakikatnya terkandung dalam tujuan pendidikan. Tujuan pengelolaan kelas adalah:
1.Penyediaan fasilitas bagi macam-macam kegiatan belajar siswa dalam   lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas.
2.Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja.
3.Terciptanya suasana yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional, dan sikap serta apresiasi pada siswa.
Sedangkan Arikunto (dalam Djamarah 2006:178) berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.
E. Pendekatan-Pendekatan dalam Pengelolaan  Kelas
 Dalam mengelola kelas, kita telah dihadapkan pada siswa yang bersifat individual atau kelompok, sehingga kita perlu berhati-hati dalam menanganinya. Biasanya teknik yang digunakan antara lain: nasihat, teguran, larangan, ancaman, teladan, hukuman dan sebagainya.
 Menurut James Cooper dkk. mengemukakan tiga pendekatan dalam pengelolaan kelas yang didalamnya terdapat teknik-teknik yaitu:
 a. Pendekatan Alodifikasi Perilaku
 Pendekatan ini bertolak dari psikalogi behavioral dengan anggapan dasar bahwa tingkah manusia yang baik maupun yang buruk dalam batas-batas tertentu merupakan hasil belajar. Pendekatan ini memanfaatkan hasil penelitian tentang bagaimana tingkah laku manusia terbentuk melalui hubungan manusia dengan lingkungan guna merumuskan teknik-teknik yang dapat digunakan dalam membina siswa, yaitu:
 1) Penguatan negatif yaitu: pengurangan hingga penghilangan suatu stimulus yang tidak menyenangkan untuk mendorong terulang kembali suatu tingkah laku yang timbul sebagai akibat dari pengurangan dan penghilangan tersebut.
 Contoh: misalnya guru ingin agar siswa berani mengeluarkan pendapat, guru selalu menunjuk langsung siswa yang tidak berani mengeluarkan pendapat agar mengeluarkan pendapat (stimulus yang tidak menyenangkan). Bila suatu saat siswa berani mengeluarkan pendapat tanpa menunggu ditunjuk guru maka guru mulai mengurangi secara berangsur-angsur cara menunjuk langsung (penguatan negatif). Pengurangan itu semakin meningkat sejalan dengan semakin seringnya,siswa mengeluarkan pendapat tanpa ditunjuk guru hingga akhirnya ditiadakan bila siswa telah terbiasa mengeluarkan pendapat.
 Hal-hal yang perlu dihindarkan dalam penggunaan penguatan negatif:
 a) Hindarkan pemberian stimulus yang menyakitkan
 b) Sasaranya jelas
 c) Pemberian penguatan dengan segera
 d) Penyajian stimulus yang bervariasi
 e) Keantusiasan.
 2) Penghapusan yaitu: usaha mengubah tingkah laku siswa dengan cara menghentikan pemberian respons terhadap suatu tingkah laku siswa yang semula dikuatkan dengan respons tersebut.Sebagai contoh, seorang siswa yang selalu mengomentari penjelasan guru saat guru sedang menerangkan, misalnya, mungkin karena setiap kali siswa mengomentari penjelasan guru, guru selalu memberikan respons yang memberikan kesan pada siswa bahwa guru tidak berkeberatan dengan komentar komentar seperti itu (padahal guru sebenarnya tidak mengharapkan komentar seperti itu). Untuk mengurangi artau menghilangkan kebiasaan seperti tersebut, salah satu teknik yang dapat digunakan adalah penghapusan, yaitu dengan menghentikan pemberian respons yang memberikan kesan pada siswa bahwa guru tidak berkebertaan terhadap kebiasan siswa tersebut. Contoh lain yaitu pada siswa yang sering menjawab maka guru berkata “Yang sudah menjawab tolong berikan kesempatan pada yang lain ya…!”
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan penghapusan, yaitu:
 a) Untuk mengurangi kekecewaan siswa sebagai akibat ditiadakannya pengukuh yang diharapkan, sebaiknya teknik ini dikombinasikan dengan teknik lain, khususnya teknik penguatan positif, bila ternyata ada hal-hal yang dilakukan oleh siswa.
 b) Bila guru sulit menemukan penguatan yang membentuk tingkah laku siswa, lalu setelah mencoba-coba beberapa pengukuh ternyata gagal, sebaiknya digunakan teknik lain agar siswa tidak terlalu larut dalam tingkah laku yang hendak dihapus tersebut.
 c) Dibutuhkan waktu yang relatif lama dalam menghilangkan tingkah laku siswa yang menyimpang bila menggunakan teknik penghapusan. Sementara penghapusan berlangsung dan siswa melakukan tindakan yang sangat mengganggu kelancaran proses pembelajaran, misal menyebabkan siswa sekelas tertawa berkepanjangan, sebaiknya teknik ini tidak dilanjutkan pemakaiannya dan diganti dengan teknik lain.
 d) Bila suatu penguatan telah ditetapkan untuk tidak diberikan kepada siswa, maka sedapat mungkin penguatan tersebut tidak diberikan.Untuk itu perlu ada koordinasi antar staf pengajar agar tidak terjadi ada guru tidak memberikan penguatan, dipihak lain ada guru yang tetap memberikan.Bila hal demikian terjadi akan semakin sulit menghapus tingkah laku siswa yang menyimpang tersebut.
 3) Hukuman.
 Penyajian stimulus yang tidak menyenangkan untuk menghilangkan dengan segera tingkah laku siswa yang tidak dikehendaki.
 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan hukuman:
 a) Sedapat mungkin aturan hukuman diciptakan bersama antara guru dengan siswa atau minimal disepakati oleh siswa dan lebih baik dikatakan pada awal pertemuan. Dengan demikian siswa lebih ikhlas bila dihukum.
 b) Hukuman hendaknya diberikan segera setelah pelanggaran terjadi sehingga siswa memiliki kesan yang kuat tentang kaitan antara pelanggaran dan hukuman.
 c) Sedapat mungkin hukuman dikombinasikan dengan teknik lain terutama teknik penguatan positif, bila ada haI-hal positif pada diri siswa.
 d) Setelah menghukum siswa, guru hendaknya bersikap wajar seperti semula agar hubungan yang mungkin terganggu sebagai akibat pemberian hukuman dapat pulih kembali.
 e) Bentuk-bentuk hukukman yang digunakan bervariasi agar siswa tidak menjadi jenuh atau kebal dengan sesuatu bentuk hukuman.
 b. Pendekatan Sosial Emosional
 Pendekatan ini bertolak dari psikologi klinis dan konseling, dengan anggapan dasar bahwa proses pembelajaran yang efektif dan efisien mempersyaratkan hubungan sosial emosional yang baik antara guru dengan siswa dan antarsiswa. Selanjutnya guru dipandang memegang peranan penting dalam menciptakan hubungan baik tersebut. Pengalaman dalam kehidupan sehari-hari menunjukkan pada kita bahwa bila hubungan kita dengan partner kerja baik, berbagai kegiatan kejasama dapat berlangsung dengan lancar. Dan bila terjadi kesalahpahaman mudah dicari jalan keluarnya. Demikian halnya dengan proses pembelajaran di sekolah, bila hubungan antara guru dengan siswa baik, maka proses pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar, kesalahpahaman yang timbul dapat diatasi dengan mudah.
 Berikut ini adalah sikap-sikap yang diperlukan oleh guru dalam mengatasi kenakalan siswa:
 1) Sikap umum,
 Yaitu terbuka, menerima dan menghargai siswa sebagai manusia, empati, membicarakan situasi pelanggaran dan bukan pelakunya, demokratis (melibatkan siswa dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingannya).
 2) Sikap khusus.
 Rudolf Dreikurs dan Pearl Cassel mengelompokkan tingkah laku siswa yang biasanya mengganggu proses pembelajaran menjadi empat macam yaitu:
 a) Siswa yang memiliki tingkah laku menarik perhatian akan selalu berusaha memakai berbagai cara untuk menarik perhatian guru. la mungkin tertawa lebih keras dibanding dengan teman-temannya, sering menggoda teman disebelahnya, pura-pura sakit, pura-pura tidak mengerti sehingga bertanya terus dan sebagainya. Hal yang demikian sebaiknya dibiarkan saja.
 b) Siswa yang memiliki tingkah laku menguasai akan selalu berusaha mengalahkan orang lain. Bila tidak dapat secara wajar, ia akan marah dan melakukan tindakan agresif, atau sebaliknya menarik diri sama sekali dan tidak mau melaksanakan kewajibannya. Hal ini dapat diatasi dengan memberikan tugas untuk memimpin yang membutuhkan keberanian atau kekuatan fisik.
 c) Siswa yang memiliki tingkah laku membalas dendam akan selalu melakukan tindakan yang menyakiti orang lain baik secara fisik maupun psikis. Hal ini sebaiknya diserahkan pada psikolog dan guru hanya membantu pelaksanaanya di kelas.
 d) Siswa yang memiliki tingkah laku merasa tidak mampu akan selalu mengatakan bahwa ia tidak mampu mengerjakan tugas. Karena biasanya ia yakin akan gagal atau merasa gagal sebelum mulai. Hal ini jangan disalahkan langsung melainkan berikan dorongan dan bimbingan.
 c.Pendekatan Proses kelompok
 Pendekatan ini bertolak dari psikologi dan dinamika kelompok, dengan anggapan dasar bahwa proses pembelajaran yang efektif dan efisien berlangsung dalam konteks kelompok, yaitu kelompok kelas. Oleh karena itu, peranan guru dalam rangka pengelolaan kelas adalah menciptakan kelompok kelas yang mempunyai ikatan yang kuat serta dapat bekerja secara efektif dan efisien. Pada awal pelajaran, para siswa biasanya masih merupakan kerumunan orang dengan tujuan, pikiran, perasaan yang sangat berbeda. Tugas guru adalah memadu kepentingan-kepentingan perseorangan tersebut menjadi kepentingan kelompok, kemudian membentuk kerumunan tersebut menjadi satu kelompok dengan ikatan yang kuat dan mampu bekerja sama secara produktif. Untuk mengikat kerumunan siswa menjadi satu kelompok yang mempunyai ikatan yang kuat, ada sejumlah unsur yang diperlukan.Unsur-unsur penting yang amat diperlukan adalah tujuan, aturan, dan pemimpin.
 1) Tujuan Kelompok.
 Siswa biasanya hadir di kelas dengan tujuan yang berbeda, maka tugas guru yang pertama adalah mengarahkan para siswa ke tujuan kelas, khususnya indikator. Tujuan yang dapat mendorong usaha untuk mencapainnya antara lain adalah tujuan yang jelas dan realistis. Oleh sebab itu, guru perlu merumuskan tujuan yang realistis serta mengkomunikasikannya secara jelas kepada siswa.
 2) Aturan.
 Aturan yang mampu mengikat siswa menjadi kelompok yang padu adalah aturan yang dapat dibuat bersama antara guru dan siswa atau minimal disetujui oleh siswa. Bila ada siswa yang tidak menyetujui aturan dalam kelompok akan mengurangi daya ikat aturan tersebut.
 3) Pemimpin.
 Seorang guru dengan sendirinya akan menjadi pemimpin kelompok siswa di kelas saat mengajar. Sebagai pemimpin hal pertama yang harus dilaksanakan adalah menjelaskan tujuan kelompok dan membentuk aturan kelompok. Selain itu dalam menciptakan dan memelihara suasana kerja kelompok yang sehat ada beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu mendorong dan memeratakan partisipasi, mengurangi ketegangan, memperjelas komunikasi, mengatasi pertentangan antarpribadi atau antarkelompok dan menunjukkan kehadiran serta menerapkan sangsi.

F. Peran Guru dalam Pengelolaan Kelas
 Secara umum peran guru dalam mengelola kelas yaitu:
 a. Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu terhadap lingkungannya.
 b. Membangun pemahaman siswa agar mengerti dan menyesuaikan tingkah lakunya dengan tata tertib kelas.
 c. Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas serta tingkah laku yang sesuai dengan aktivitas kelas.
 Menurut Darmadi (2010:6-7) ada beberapa peran guru dalam pengelolaan kelas yaitu:
 a)   memelihara lingkungan fisik kelas
 b)  mengarahkan atau membimbing proses intelektual dan sosial siswa dalam kelas
 c)   mampu memimpin kegiatan pembelajaran yang efektif dan efesien.
 Dalam mengelola kelas sering ditemui kendala-kendala  yang  dapat menghambat  terjadinya proses pembelajaran yang efesien dan efektif. Untuk menciptakan proses pembelajaran yang kondusif  selain menerapkan prinsip-prinsip pengelola juga kiat-kiat untuk mengatasi kendala tersebut yaitu:
 a) guru tidak boleh campur tangan yang berlebihan terhadap siswa
 b) guru jangan sampai kehilangan konsentrasi yang dapat menimbulkan   kesenyapan  atau pembicaraan terhenti tiba-tiba
 c) menghindari ketidaktepatan menandai dan mengakhiri  suatu kegiatan atau guru harus tepat waktu
 d) guru harus dapat mengelola waktu karena berkaitan dengan disiplin diri siswa.
 e) memberikan penjelasan yang jelas, sederhana, sistematis dan tidak bertele-tele.
 Manajemen pembelajaran yang efektif dapat terwujud dengan melaksanakan langkah-langkah sebagai berikut.
 1. Menetapkan aturan kelas (class routine)
 Kita mengetahui bahwa kebiasaan tiap siswa berbeda. Seorang guru tidak boleh menyalahkan atau membenci  siswa karena kebiasaan mereka karena kebiasaan baik dan buruk diperoleh dari pengalaman di jenjang pendidikan sebelumnya dan lingkungan siswa berada. Sehingga untuk membentuk kebiasaan-kebiasaan yang baik dengan melalui pemberian aturan saat proses pembelajaran terutama pada awal pertemuan pembelajaran sehingga terjadi kesepakatan antara siswa dan guru.
 2. Memulai kegiatan tepat waktu (getting started)
 Dalam memulai suatu materi pembelajaran diperlukan ketepatan waktu bagi guru maupun siswa (masalah keterlambatan telah diatur pada saat menetapkan aturan kelas) sehingga pembelajaran efektif dan tidak ada waktu yang terbuang banyak.
 3. Mengatur pelajaran (managing the lesson)
 Proses pembelajaran yang efektif, guru harus mengatur dan menjaga agar proses kegiatan berjalan lancer dan tidak mengalami gangguan atau hambatan. Guru harus mengoptimalkan keikutsertaan siswa, kesempatan melakukan, penggunaan peralatan, serta mengorganisir pembagian kelompok, tidak terlalu banyak ceramah sehingga siswa tidak jenuh.
 4. Mengelompokkan siswa (grouping the student)
 Pada saat meembahas materi tertentu, diperlukan juga siswa harus berkelompok agar mereka  dapat bekerja sama dan tidak individualis. Kadang-kadang diperlukan adanya ketua kelompok sehingga ketua tersebut dapat memanage dirinya sendiri dan teman-temannya.
 5. Mengakhiri pelajaran (ending the lesson)
 Pada akhir pelajaran diharapkan siswa memiliki kesan yang baik selama kegiatan berlangsung sehingga siswa selalu mengingat hal-hal yang berupa pengalaman selama kegiatan. Maka dari itu, seorang guru harus membuat klimaks naik pada saat pertemuan sehingga siswa berharap adanya kegiatan lanjut yang lebih menarik pada pertemuan berikutnya.
2.5    Hal-hal yang Harus Dihindari

Dalam usaha mengelola kelas secara efektif ada sejumlah kekeliruan yang harus dihindari oleh guru, yaitu sebagai berikut.
1.      Campur tangan yang berlebih (teachers instruction)
Apabila guru menyela kegiatan yang sedang asyik berlangsung dengan komentar, pertanyaan, atau petunjuk yang mendadak,  kegiatan itu akan terganggu atau terputus. Hal ini akan memberi kesan kepada siswa bahwa guru tidak memperhatikan keterlibatan dan kebutuhan anak. Ia hanya ingin memuaskan kehendak sendiri.

2.      Kelenyapan (fade away)
Hal ini terjadi jika guru gagal secara tepat melengkapi suatu instruksi, penjelasan, petunjuk, atau komentar, dan kemudian menghentikan penjelasan atau sajian tanpa alasan yang jelas. Juga dapat terjadi dalam bentuk waktu diam yang terlalu lama, kehilangan akal, atau melupakan langkah-langkah dalam pelajaran. Akibatnya ialah membiarkan pikiran siswa mengawang-awang, melantur, dan mengganggu keefektifan serta kelancaran pelajaran.

3.      Ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan (stops and stars)
Hal ini dapat terjadi bila guru memulai suatu aktivitas tanpa mengetahui aktivitas sebelumnya menghentikan kegiatan pertama, memulai yang kedua, kemudian kembali kepada kegiatan yang pertama lagi. Dengan demikian guru tidak dapat mengendalikan situasi kelas dan akhirnya mengganggu kelancaran kegiatan belajar siswa.

4.      Penyimpangan (digression)
Akibat guru terlalu asyik dalam suatu kegiatan atau bahkan tertentu memungkinkan ia dapat menyimpang. Penyimpangan tersebut dapat mengganggu kelancaran kegiatan belajar siswa.

5.      Bertele-tele (overdweiling)
Kesalahan ini terjadi bila pembicaraan guru bersifat mengulang-ulang hal-hal tertentu, memperpanjang keterangan atau penjelasan, mengubah teguran sederhana menjadi  ocehan atau kupasan yang panjang.




G. Hasil Obsevasi

No 
Aspek yang diamati
Deskripsi Hasil Pengamatan
Perangkat Pelatihan/Pembelajaran
1. Kurikulum 2013
Dalam step pengelolaan kelas, guru tidak menampilkan kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran.
2. Silabus
Dalam step pengelolaan kelas, guru tidak menampilkan silabus yang digunakan dalam pembelajaran
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Dalam step pengelolaan kelas, guru tidak menampilkan RPP yang digunakan dalam pembelajaran.
B
Proses Pelatihan/Pembelajaran
1. Membuka pelajaran
Guru memulai pelajaran dengan pemberian salam dan murid menjawab salam.
2. Penyajian materi
Guru memberikan materi kepada siswa/i dengan mengerjakan latihan yang terdapat didalam textbook.
3. Metode pembelajaran
Guru menggunakan metode pembelajaran yaitu ceramah.
4. Penggunaan bahasa
Guru menggunakan tata bahasa yang baik sehingga siswa/i dapat memahami informasi dengan baik apa yang disampaikan oleh guru.
5. Penggunaan waktu
Guru menggunakan waktu dalam keterampilan mengelola kelas selama 08:40.
6. Gerak
Guru tidak hanya duduk saja dikelas tapi guru tersebut mengelilingi kelas, memperhatikan yang dikerjakan oleh siswa dan memeriksa kondisi siswa dikelas selama pembelajaran berlangsung.
7. Cara memotivasi siswa
Guru memberikan motivasi sehingga membuat peserta didik dapat aktif dan semangat selama pembelajaran berlangsung.
8. Teknik bertanya
Guru memberikan pertanyaan berdasarkan latihan yang dikerjakan oleh siswanya dan meminta siswanya untuk menjawab.
9. Teknik penguasaan kelas
Guru dapat menguasai kelas dengan baik sehingga tidak terjadi keributan didalam kelas karena guru dapat mengontrol siswanya dengan baik.
10. Penggunaan media
Guru hanya menggunakan media pembelajaran berupa papan tulis dan juga buku sebagai sumber utama media pelajaran.
11. Bentuk dan cara evaluasi
Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal di depan kelas.


12. Menutup pelajaran

Dalam step pengelolaan kelas, guru tidak menampilkan tindakan mengakhiri pelajaran dikelas.
Perilaku Peserta Pelatihan (Diklat)
1. Perilaku siswa di dalam kelas
Siswa semangat dalam mengikuti pembelajaran dikelas dan siswa juga terlibat aktif selama pembelajaran berlangsung.
2. Perilaku siswa di luar kelas
Guru tidak mengadakan pembelajaran diluar kelas.


























BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
 Pengelolaan kelas adalah pengadaan kelas oleh guru dengan cara-cara atau pendekatan-pendekatan tertentu sehingga siswa merasa nyaman dan optimal selama pembelajaran.
 Pengelolaan kelas bertujuan untuk:
1.      mengembangkan kemampuan siswa semaksimal mungkin baik secara individual maupun kelompok
2.      membantu mengatasi hambatan siswa
3.      membantu siswa belajar sesuai dengan tingkat emosional dan intelektualnya di dalam kelas dengan penyediaan fasilitas sebaik mungkin
4.      membina dan membimbing siswa sesuai dengan keadaan dan latar belakang siswa
5.      menciptakan suasana sosial yang berimbang, disiplin, tertib, perkembangan intelektual, emosional, sikap, dan apresiasi siswa sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif.


















DAFTAR PUSTAKA

Asril, Zainal. 2010. Microteaching. Padang. PT. Raja Grafindo Persada.
Maarif, Samsul. 2010. 8 Keterampilan Mengelola Kelas, (Online),
 diakses 28022016


No comments: