MAKALAH
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
SUPERVISOR
: Marhamah MEd
TEAM WORK
Aruna
Yuni Sari (156310932)
Iin
Nurviani (156311065)
Isna Dwi Setianingsih (156310520)
Isna Dwi Setianingsih (156310520)
Immanuela
Lestari Sherlyana (156310662)
Regina
Gita Dramesti (116310018)
2D
ENGLISH STUDY PROGRAM
LANGUAGE AND ART DEPARTMENT
TEACHER’S TRAINING EDUCATION FACULTY
ISLAMIC UNIVERSITY OF RIAU
PEKANBARU
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah
SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga dalam pekerjaan tugas
makalah “Belajar dan Pembelajaran”
dapat saya selesaikan walaupun masih jauh dari kesempurnaan yang saya harapkan.
Shalawat
serta salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah memberi arahan
dalam penegakan hukum syariat Islam demi kemashlahatan dalam kehidupan keluarga
serta kehidupan bermasyarakat.
Kami dalam penulisan makalah
ini menyadari banyak sekali kekurangan dan rintangan yang dihadapi namun dengan
kekuatan tekat dan semangat kelompok kami maka terselesaikanlah makalah ''Belajar
dan Pembelajaran'' merupakan sebagai tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing
.
Kritik dan saran sangat saya butuhkan dari pembaca
maupun dosen pembimbing guna penyempurnaan makalah selanjutnya.
Pekanbaru,03
Maret 2016
Penulis
KONSEP
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
1.1
Pengertian teori
Teori
adalah konsep – konsep dan prinsip – prinsip yang memberikan fenomena,
menjelaskan fenomena, dan memprediksi fenomena.
Ada
2 macam teori yaitu :
a. Teori
intuitif yaitu teori yang dibangun berdasarkan pengalaman praktis.
b. Teori
ilmiah yaitu teori yang dibangun berdasarkan hasil – hasil penelitian.
Menurut suppes, ada 4 fungsi teori belajar yaitu :
a. Sebagai
kerangka kerja untuk melakukan penelitian
b. Memberikan
suatu kerangka kerja bagi perorganisasian butir – butir informasi tertentu
c. Identifikasi
kejadian yang kompleks
d. Reorganisasi
pengalaman – pengalaman sebelumnya
1.2
Pengertian teori belajar dan
pembelajaran
Teori
belajar adalah teori yang memberi gambaran terhadap sesuatu hal yang sedang
berlangsung dalam proses belajar dan mengajar ( apa, dimana, kapan, siapa,
mengapa, dan bagaimana ).
Menurut
Suprijono (2009, 4 – 5), prinsip belajar terdiri dari 3 yaitu
a. Belajar
adalah perubahan tingkah laku
b. Belajar
adalah proses
c. Belajar
adalah bentuk pengalaman
Tujuan belajar menurut Suprijono (2009: 5) yaitu
konsekuensi logis dari peserta didik “menghidupi” suatu sistem lingkaran
belajar tertentu.
Hasil belajar menurut Suprijono (2009: 5 – 6), pola
– pola perbuatan, nilai – nilai, pengertian – pengertian, sikap – sikap,
apresiasi, dan keterampilan.
Teori
pembelajaran adalah teori yang dapat memberikan pengaruh terhadap sesuatu hal
yang sedang berlangsung dalam proses belajar dan mengajar ( hubungan antara
apa, dimana, kapan, siapa, mengapa, dan bagaimana hasilnya ).
Pengertian
belajar dan pembelajaran menurut beberapa ahli dari barat, yaitu
a. Hilgard
dan Bower
Belajar
berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang
b. Gagne
Belajar
terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan memengaruhi
siswa sehingga perbuatannya berubah dari waktu ke waktu
c. Morgan
Belajar
adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi
sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman (Purwanto, 2002: 84)
d. Travers
Belajar
adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku (Suprijono,2009: 2)
e. Conbach
Belajar
adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman (Suprijono, 2009: 2)
f. Geoch
Belajar
adalah perubahan performance sebagai hasil latihan (Suprijono, 2009: 2)
BIOGRAFI
Ki Hajar
Dewantara
Nama Asli : Raden Mas Soewardi Soerjaningrat
Lahir : Yogyakarta, 2 Mei
1889
Wafat : Yogyakarta,
26 April 1959
Makam : Wijayabrata, Yogyakarta.
Bersama-sama
dengan E.F.E. Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo, Ki Hajar Dewantara
adalah pendiri Indische Partij tahun 1912 (“Tiga Serangkai”).
Pada
tahun 1913 Tiga Serangkai ditangkap dan diasingkan ke Belanda. Semula Douwes
Dekker dibuang ke Kupang, Tjipto Mangoenkoesoemo dibuang ke Banda Neira(Maluku),
dan Ki Hajar Dewantara dibuang ke Pulau Bangka. Namun, atas permintaan mereka
sendiri mereka diasingkan ke Belanda.
Pada
tahun 1922 Ki Hajar Dewantara mendirikan perguruan Taman Siswa. Dia melihat
bahwa pergerakan politik saja tidak cukup untuk menghapus kolonialisme. Lewat
taman siswa inilah dikenal metode dan konsep pendidikan nasional, yaitu konsep
Among Sistem (Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri
Handayani).
Untuk
menghormati jasanya dibidang pendidikan, pada tanggal 2 Mei ditetapkan sebagai
Hari Pendidikan Nasional. Selain itu, ia juga diberi gelar sebagai Bapak
Pendidikan Nasional. Selain di dunia pendidikan, dia juga merintis penerbitan
majalah Hindia Poetra. Dan berjuang melalui tulisannya yang amat
tajam menentang pemerintah kolonial. Berdasarkan SK Presiden RI No.
305/1959, Ki Hajar Dewantara diangkat sebagai Pahlawan Kemerdekaan
Nasional.
Biografi
KH Mohammad Hasyim Asy'ari. Biasa disebut KH Hasyim Ashari beliau dilahirkan pada tanggal 10 April 1875 atau
menurut penanggalan arab pada tanggal 24 Dzulqaidah 1287H di Desa Gedang,
Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur dan beliau kemudian tutup usia
pada tanggal 25 Juli 1947 yang kemudian dikebumikan di Tebu Ireng, Jombang, KH
Hasyim Asy'ari merupakan pendiri Nahdlatul
Ulama yaitu sebuah organisasi
massa Islam yang terbesar di Indonesia. KH Hasyim Asyari merupakan putra dari
pasangan Kyai Asyari dan Halimah, Ayahnya Kyai Ashari merupakan seorang
pemimpin Pesantren Keras yang berada di sebelah selatan Jombang. KH Hasyim
Ashari merupakan anak ketiga dari 11 bersaudara. Dari garis keturunan ibunya,
KH Hasyim Ashari merupakan keturunan kedelapan dari Jaka Tingkir (Sultan
Pajang). dari Ayah dan Ibunya KH Hasyim Ashari mendapat pendidikan dan
nilai-nilai dasar Islam yang kokoh.
Biografi KH Hasyim Asy'ari : Sejak anak-anak, bakat kepemimpinan dan kecerdasan KH Hasyim Ashari memang sudah nampak. Di antara teman sepermainannya, ia kerap tampil sebagai pemimpin. Dalam usia 13 tahun, ia sudah membantu ayahnya mengajar santri-santri yang lebih besar ketimbang dirinya. Usia 15 tahun Hasyim meninggalkan kedua orang tuanya, berkelana memperdalam ilmu dari satu pesantren ke pesantren lain. Mula-mula ia menjadi santri di Pesantren Wonokoyo, Probolinggo. Kemudian pindah ke Pesantren Langitan, Tuban. Pindah lagi Pesantren Trenggilis, Semarang. Belum puas dengan berbagai ilmu yang dikecapnya, ia melanjutkan di Pesantren Kademangan, Bangkalan di bawah asuhan Kyai Cholil.
Kyai Ya’qub dikenal sebagai ulama yang berpandangan luas dan alim dalam ilmu agama. Cukup lama –lima tahun– Hasyim menyerap ilmu di Pesantren Siwalan. Dan rupanya Kyai Ya’qub sendiri kesengsem berat kepada pemuda yang cerdas dan alim itu. Maka, Hasyim bukan saja mendapat ilmu, melainkan juga istri. Ia, yang baru berumur 21 tahun, dinikahkan dengan Chadidjah, salah satu puteri Kyai Ya’qub. Tidak lama setelah menikah, Hasyim bersama istrinya berangkat ke Mekkah guna menunaikan ibadah haji. Tujuh bulan di sana, Hasyim kembali ke tanah air, sesudah istri dan anaknya meninggal.
Tahun 1893, ia berangkat lagi ke Tanah Suci. Sejak itulah ia menetap di Mekkah selama 7 tahun dan berguru pada Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau, Syaikh Mahfudh At Tarmisi, Syaikh Ahmad Amin Al Aththar, Syaikh Ibrahim Arab, Syaikh Said Yamani, Syaikh Rahmaullah, Syaikh Sholeh Bafadlal, Sayyid Abbas Maliki, Sayyid Alwi bin Ahmad As Saqqaf, dan Sayyid Husein Al Habsyi.
Kyai Haji Ahmad Dahlan
Nama Asli : Muhammad Darwisy.
Lahir : Yogyakarta, 1 Agustus 1868
Kyai Haji
Ahmad Dahlan merupakan anak keempat dari tujuh orang bersaudara yang
keseluruhan saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya. Pendiri Muhammadiyah
ini termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, salah
seorang yang terkemuka di antara Walisongo, yaitu pelopor penyebaran agama
Islam di Jawa. Silsilahnya tersebut ialah Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq,
Maulana 'Ainul Yaqin, Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen), Maulana
Sulaiman Ki Ageng Gribig (Djatinom), Demang Djurung Djuru Sapisan, Demang
Djurung Djuru Kapindo, Kyai Ilyas, Kyai Murtadla, KH. Muhammad Sulaiman, KH.
Abu Bakar, dan Muhammad Darwisy (Ahmad Dahlan).
Raden Ajeng Kartini
Nama Asli : Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat .
Lahir : tanggal 21 April 1879 di Mayong, Jepara, Jawa Tengah
Ayahnya yang bernama Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat
merupakan seorang bupati Jepara. Kartini adalah keturunan ningrat. Hal ini bisa
dilihat dari silsilah keluarganya. Kartini adalah putri dari istri pertama,
tetapi bukan istri utama. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari NyaiHaji
Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara.
Dari sisi ayahnya, silsilah Kartini dapat dilacak hingga Hamengkubuwana VI.
Garis keturunan Bupati Sosroningrat bahkan dapat ditilik kembali ke istana Kerajaan
Majapahit. Semenjak Pangeran Dangirin menjadi bupati Surabaya pada abad ke-18,
nenek moyang Sosroningrat mengisi banyak posisi penting di Pangreh Praja. Ayah
Kartini pada mulanya adalah seorang wedana di Mayong. Peraturan kolonial waktu
itu mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang bangsawan. Karena M.A.
Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi, maka ayahnya menikah lagi dengan Raden
Adjeng Woerjan (Moerjam), keturunan langsung Raja Madura. Setelah perkawinan
itu, maka ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara menggantikan kedudukan
ayah kandung R.A. Woerjan,
1.1 LATAR BELAKANG
Untuk mengatasi berbagai konflik horizontal, pendidikan bisa berperan membentuk pandangan siswa mengenai kehidupan dan meningkatkan penghargaan terhadap keberagaman. Pendidikan multikultural di Indonesia menghadapi tiga tantangan mendasar.
Pertama, fenomena homogenisasi terjadi dalam dunia pendidikan akibat tarik ulur antara keunggulan dan keterjangkauan. Para siswa tersegregasi dalam sekolah-sekolah sesuai latar belakang sosio-ekonomi, agama, dan etnisitas. Apalagi pasal yang mengatur pendidikan agama dalam UU No 20/2003 membuat sekolah berafiliasi agama merasa enggan menerima siswa tidak seagama. Lalu, terjadi pengelompokan anak berdasar agama, kelas sosio-ekonomi, ras, dan suku.
Tantangan
kedua dalam pendidikan multikultural adalah kurikulum. Penelitian saya atas
kurikulum 1994 menganalisis isi 823 teks bacaan dalam 44 buku ajar bahasa
Inggris yang digunakan di SMA berdasar jender, status sosio-ekonomi, kultur
lokal, dan geografi. Dalam keempat kategori itu, buku-buku ini masih
menunjukkan ketidakseimbangan dan bias yang amat membatasi kesadaran
multikultural peserta didik (Lie, 2001 dan 2003).
Ungkapan You are what you read (Anda dibentuk oleh apa yang Anda baca) perlu melandasi penyusun kurikulum. Jika siswa disodori bahan-bahan pelajaran yang mengandung bias (kelas, jender, etnis, agama, suku), siswa akan tumbuh menjadi manusia dengan praduga dan prasangka negatif terhadap orang lain yang berbeda
Ungkapan You are what you read (Anda dibentuk oleh apa yang Anda baca) perlu melandasi penyusun kurikulum. Jika siswa disodori bahan-bahan pelajaran yang mengandung bias (kelas, jender, etnis, agama, suku), siswa akan tumbuh menjadi manusia dengan praduga dan prasangka negatif terhadap orang lain yang berbeda
Tantangan terakhir dan terpenting adalah
guru. Kelayakan dan kompetensi guru di Indonesia umumnya masih di bawah standar
apalagi untuk mengelola pembelajaran multikulturalisme.
Tilaar (2005) mengupas model pendidikan multikultural di beberapa negara. Tidak ada satu model pendidikan multikultural yang paling cocok untuk suatu bangsa atau komunitas.
Pendidikan multikultural bertujuan mengembangkan manusia Indonesia yang cerdas. Manusia cerdas tidak hanya cerdik dan berkemampuan untuk menguasai ilmu pengetahuan dan menyelesaikan masalah, tetapi juga bermoral, bersikap demokratis, dan empati terhadap orang lain. Manusia cerdas menghargai diri sendiri dan orang lain dari berbagai latar belakang yang berbeda.
Tilaar (2005) mengupas model pendidikan multikultural di beberapa negara. Tidak ada satu model pendidikan multikultural yang paling cocok untuk suatu bangsa atau komunitas.
Pendidikan multikultural bertujuan mengembangkan manusia Indonesia yang cerdas. Manusia cerdas tidak hanya cerdik dan berkemampuan untuk menguasai ilmu pengetahuan dan menyelesaikan masalah, tetapi juga bermoral, bersikap demokratis, dan empati terhadap orang lain. Manusia cerdas menghargai diri sendiri dan orang lain dari berbagai latar belakang yang berbeda.
Model
pendidikan multikultural mencakup kurikulum yang resmi serta the hidden
curriculum (kurikulum tak tertulis dan terencana tetapi proses internalisasi
nilai, pengetahuan, dan keterampilan justru terjadi di kalangan peserta didik).
Dalam kurikulum resmi, pendidikan multikultural sebaiknya diintegrasikan ke
semua mata pelajaran dan kegiatan lintas kurikulum. Sebaiknya wawasan
multikulturalisme tidak dimasukkan sebagai beban tambahan sebagai mata
pelajaran baru dalam kurikulum yang sudah dirasakan amat berat oleh guru dan
peserta didik.
Model
kurikulum multikultural mengintegrasikan proses pembelajaran nilai,
pengetahuan, dan keterampilan hidup dalam masyarakat yang multikultural. Muatan
nilai, pengetahuan, dan keterampilan multikultural ini bisa didesain sesuai
tahapan perkembangan anak dan jenjang pendidikan. Muatan-muatan nilai
multikultural perlu dirancang dalam suatu strategi proses pembelajaran yang
mendorong terjadinya internalisasi nilai-nilai.
Mengenal diri sendiri
Pengetahuan
multikultural dimulai dari pengenalan, penghormatan, dan penghargaan terhadap
diri sendiri (termasuk institusi yang membentuk seperti keluarga, lingkungan
terdekat).
Sesuai tahap perkembangan anak dan jenjang pendidikan, pengenalan dan penghormatan atas diri sendiri diperluas dan dikembangkan menjadi pengenalan dan penghargaan terhadap orang lain. Misalnya, pengetahuan tentang berbagai suku, etnis, adat, tradisi, agama, bahasa daerah di satu daerah, di Indonesia, dan di dunia.
Sesuai tahap perkembangan anak dan jenjang pendidikan, pengenalan dan penghormatan atas diri sendiri diperluas dan dikembangkan menjadi pengenalan dan penghargaan terhadap orang lain. Misalnya, pengetahuan tentang berbagai suku, etnis, adat, tradisi, agama, bahasa daerah di satu daerah, di Indonesia, dan di dunia.
Keterampilan untuk hidup di masyarakat yang
multikultural termasuk terampil bernegosiasi, mengemukakan dan menghadapi
perbedaan, resolusi konflik, cooperative learning, dan problem solving.
Keterampilan ini bisa dimasukkan proses pembelajaran anak baik melalui kegiatan
akademik maupun non-akademik.
Untuk melaksanakan pendidikan
multikultural, sejumlah pekerjaan rumah harus digarap mulai dari rancangan
integrasi kurikulum, standardisasi buku dan materi, pengembangan materi dan
kurikulum, pengembangan profesional dan pelatihan guru, rancangan kegiatan,
hingga rancangan monitoring dan evaluasi.
PEMBELAJARAN
MULTIKULTURAL
2.1 PENGERTIAN
Paradigma pendidikan yang berwawasan
mutikultural sebenarnya berangkat dari suatu kesadaran, bahwa setiap manusia
mempunyai potensi yang berbeda-beda(heterogen). Dengan menyadari bahwa setiap
manusia memiliki perbedaan potensi(kemampuan), maka proses pendidikan wajib
dilaksanakan dengan prinsip kearifan. Jangan sampai setiap potensi yang
dimiliki oleh peserta didik diabaikan begitu saja. Sebab yang demikian justru
akan menimbulkan model penindasan dalam dunia pendidikan.
Pendidikan
berwawasan multikulturalisme kemudian sebenarnya lebih mudah dipahami sebagai
pandangan pluralisme dalam pendidikan yang membutuhkan kearifan dalam menyikapi
pluralisme itu. Wacana pendidikan multikultural menjadi tema sentral. Dunia
pendidikan menjadi marak dengan wacana multikultural wacana kependidikan
kontemporer mulai melirik. Paradigma multikultural sebagai landasan filosofis
untuk membangun konsep pendidikan yang berwawasan pada perbedaan kultur yang
ada. Bahkan, beberapa kalangan akademis yang perhatian terhadap masa depan
pendidikan telah menerbitkan buku-buku yang secara khusus berkiblat pada
paradigma multikultural itu.
2.2 TUJUAN PEMBELAJARAN
MULTIKULTURAL
Tujuan utama pendidikan berwawasan
multikultural adalah:
1. Untuk menerapkan keadilan
2. Untuk menerapkan demokrasi
3. Untuk menerapkan humanisasi
Oleh karena itu di alam demokrasi
seperti di Indonesia, wacana berbasis kesadaran multikultural wajib menjadi agenda
pada masa yang akan datang. Tujuan utama pendidikan multikultural, sebagaimana
telah di sebutkan di atas, adalah untuk demokratisasi, humanisasi, dan keadilan
yaitu dengan prinsip mengakomodir ragam perbedaan kultur yang dibawa oleh
masing-masing peserta didik disekolah. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam mengidentifikasi perbedaan-perbedaan kultur yaitu;
1. Peribedaan prilaku keagamaan yang
dimiliki siswa
Perilaku
keagamaan yang dimiliki setiap siswa tentu berbeda. Perbedaan ini dalam konteks
bukan pada ajaran agama itu sendiri, karena agama jelas bukan suatu kultur,
tapi perilaku yang didasarkan pada mata pelajaran agama kemudian disebut
kultur. Dan dalam hal ini sangat mungkin terjadi ketika disebuah kelas terdapat
banyak keyakinan agama yang dianut oleh para peserta didik. Perilaku keagamaan
antara yang satu dengan yang lain jelas berbeda sehingga membutuhkan sikap
kearifan untuk menyikapinya sebagai seorang pendidik.
2. Perbedaan etnis dan corak bahasa
Zaman sekarang merupakan era
globalisasi sehingga sangat mudah terjadi pertemuan antara berbagai macam budaya
(akulturasi). Seperti dalam sebuah kelas, sangat mungkin latar belakang para
peserta didiknya berasal dari berbagai daerah. Hal itu mewujudkan adanya ragam
bahasa yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik. Maka, peran guru jelas
sangat perlu untuk menyikapi perbedaan etnis dan bahasa yang dimiliki para
peserta didik.
3. Perbedaan jenis kelamin dan
gender (konstruksi sosial)
4. Perbedaan status sosial
Setiap peserta didik sudah barang
tentu berlatar belakang yang berbeda satu dengan yang lainnya. Ada peserta
didik yang berasal dari kalangan mampu. Namun, ada juga yang berasal dari
keluarga miskin. Disini pendidikan harus mampu mengakomodir kedua jenis latar
belakang itu.
5. Perbedaan kemampuan
Proses pendidikan yang
diselenggarakan secara general mengaburkan aspek perbedaan segi kemampuan, baik
secara fisik maupun nonfisik.
2.3 KONSEP DASAR PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL
Dalam pembelajaran tidak terlepas
dari keragaman budaya yang dimiliki oleh peserta didik sebagai bagian dari
anggota masyarakat, yaitu keragaman dalam hal bahasa, etnis, cara hidup,
nilai-nilai, dan adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat.
Dalam pembelajaran tidak terlepas
dari unsur kebudayaan, karena;
1. kebudayaan merupakan suatu
keseluruhan yang kompleks;
2. kebudayaan merupakan prestasi
manusia yang material;
3. kebudayaan dapat berbentuk fisik;
4. kebudayaan dapat berbentuk
perilaku;
5. kebudayaan merupakan realitas
yang objektif;
6. kebudayaan tidak terwujud dalam
kehidupan manusia yang terasing.
Berdasarkan pada nilai-nilai kebudayaan yang beragam kompleks dan terintegrasi, dalma proses pembelajaran harus menggunakan multi disipliner, seperti: filsafat, sosiologi, antropologi, biologi, psikologi, komunikasi.
Berdasarkan pada nilai-nilai kebudayaan yang beragam kompleks dan terintegrasi, dalma proses pembelajaran harus menggunakan multi disipliner, seperti: filsafat, sosiologi, antropologi, biologi, psikologi, komunikasi.
Keanekaragaman budaya yang ada di
masyarakat harus dijadikan dasar pengayaan dalam pembeljaran sehingga guru
harus menciptakan “belajar untuk hidup bersama dalam damai dan harmoni” sesuai
dengan salah satu pilar belajar dan UNESCO yaitu learning to live together.
Peran guru dalam menerapkan
nilai-nilai sebagai inti kebudayaan adalah:
1.
pendidik harus menjadi model;
2.
harus menciptakan masyarakat bermoral
3.
mempraktekkan disiplin moral;
4.
menciptakan
situasi demokrasi;
5.
mewujudkan nilai-nilai melalui kurikulum;
6.
menciptakan budaya kerja sama;
7.
menumbuhkan kesadaran karya;
8.
mengembangkan refleksi moral;
9.
mengajarkan revolusi konflik.
2.4 STRATEGI PENGELOLAAN PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL
Seorang
guru dituntut harus mampu menggunakan strategi pembelajaran yang tepat dalam
menciptakan harmoni dan kedamaian di antara peserta didik yang dilandasi oleh
keanekaragaman budaya yang dimiliki peserta didik.
Dalam
kegiatan multikultural tidak lepas dari hakikat pendidikan yaitu suatu proses
menumbuhkembangkan eksistensi peserta didik yang memasyarakat, membudayan dalam
tata kehidupan yang berdimensi lokal, nasional, dan global.
Komponen-komponen yang berhubungan
dengan hakikat pendidikan adalah;
1. pendidik merupakan proses berkesinambungan;
1. pendidik merupakan proses berkesinambungan;
2. proses pendidikan menumbuhkembangkan
eksistensi manusia;
3. proses pendidikan muwujudkan
eksistensi manusia;
4. proses pendidikan berlangsung
dalam masyarakat membudaya;
5. proses bermasyarakat dan
membudaya mempunyai dimensi waktu dan ruang.
Pembelajaran multikultural dapat difokuskan pada pembelajaran perdamaian, pembelajaran hak asasi manusia, dan pembelajaran untuk demokrasi.
Strategi pembelajaran perdamaian dapat menggunakan strategi introspektif, interaksi sosial, pengenalan lingkungan alam dan rekreasi. Strategi pembelajaran hak-hak asasi manusia dapat dilakukan dengan cara; belajar tentang hak-hak asasi manusia, belajar bagaimana memperjuangkan hak-hak asasi manusia, belajar melalui pelaksanaan hak-hak asasi manusia. Strategi pembelajaran untuk demokrasi dapat dilakukan dengan cara; etos demokrasi harus berlaku ditempat pembelajaran, pembelajaran untuk demokrasi berlangsung secara terus-menerus, penafsiran demokrasi harus sesuai dengan konteks sosial budaya, ekonomis, dan evolusinya.
Pembelajaran multikultural dapat difokuskan pada pembelajaran perdamaian, pembelajaran hak asasi manusia, dan pembelajaran untuk demokrasi.
Strategi pembelajaran perdamaian dapat menggunakan strategi introspektif, interaksi sosial, pengenalan lingkungan alam dan rekreasi. Strategi pembelajaran hak-hak asasi manusia dapat dilakukan dengan cara; belajar tentang hak-hak asasi manusia, belajar bagaimana memperjuangkan hak-hak asasi manusia, belajar melalui pelaksanaan hak-hak asasi manusia. Strategi pembelajaran untuk demokrasi dapat dilakukan dengan cara; etos demokrasi harus berlaku ditempat pembelajaran, pembelajaran untuk demokrasi berlangsung secara terus-menerus, penafsiran demokrasi harus sesuai dengan konteks sosial budaya, ekonomis, dan evolusinya.
2.5 PROSEDUR PENGELOLAAN
PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL
Prosedur
yang ditempuh dalam pengelolaan pembelajaran multikultural adalah melalui
tahapan; kegiatan pendahuluan, kegiatan utama, analisis, abstraksi, penerapan,
dan kegiatan penutup.
Kegiatan pendahuluan dalam
pembelajaran multikultural adalah menciptakan suasana yang kondusif sehingga
setiap peserta didik dapat belajar dalam harmoni dan kebersamaan.
Kegiatan utama merupakan kegiatan instruksional yang menekankan pada penciptaan pembelajaran yang harmoni untuk membentuk kepribadian peserta didik yang penuh toleransi didasarkan pada keanekaragaman budaya.
Kegiatan utama merupakan kegiatan instruksional yang menekankan pada penciptaan pembelajaran yang harmoni untuk membentuk kepribadian peserta didik yang penuh toleransi didasarkan pada keanekaragaman budaya.
Kegiatan analisis dalam tahapan
pembelajaran multikultural adalah memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
berbagi pemikiran dan pemahaman pribadi tentang sesuatu yang sudah
dipelajarinya.
Abstraksi dalam pembelajaran
multikultural merupakan upaya pendidik untuk memperjelas materi inti yang harus
dipahami oleh peserta didik.
Penerapan dalam pembelajaran
multikultural adalah untuk mengukur perubahan yang terjadi pada peserta didik setelah
mengikuti pembelajaran.
Kegiatan penutup adalah kegiatan
akhir dari prosedur pembelajaran multikultural yang dapat dilakukan sekaligus
dengan kegiatan penilaian.
PEMBELAJARAN
DALAM LINGKUNGAN
A. Latar
Belakang
Pembelajaran memiliki peranan penting dalam
perkembangan kehidupan manusia. Keluarga digunakan sebagai lembaga utama dalam
pengenalan kebudayaan pada anak-anaknya. Selain dalam keluarga,sekolah juga
merupakan salah satu lembaga utama untuk mewariskan kebudayaan.
Pembelajaran berwawasan
kemasyarakatan merupakan perwujudan dari demokratisasi pembelajaran
melalui pelayanan, pembelajaran untuk kepentingan masyarakat. Pembelajaran
berwawasan masyarakat menjadi sebuah gerakan penyadaran masyarakat untuk terus
belajar dalam mengatasi tantangan kehidupan yang berubah ubah dan semakin
berat. Dalam pembelajaran berwawasan kemasyarakatan, masyarakat
sebagai satu sistem sosial yang di dalamnya terdapat proses-proses sosial.
Pendidikan nasional sebagai bagian dari pembelajaran umat manusia harus
berpartisipasi untuk bersama-sama membangun masyarakat madani.
PEMBAHASAN
A. Definisi
Pembelajaran
Belajar adalah
proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi
yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses
berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati, dan memahami
sesuatu yang dipelajari.
Proses
pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta
dapat berlaku dimanapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang
mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyaikonotasi yang berbeda. Dalam
konteks pembelajaran, guru mengajar supaya peserta didik
dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang
ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek
afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik.
Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan
guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru
dengan peserta didik.
Pengertian
pembelajaran menurut para ahli:
1. Knowles
Pembelajaran
adalah cara pengorganisasian peserta didik untuk mencapai yujuan pembelajaran.
2. Slawvin
Pembelajaran di
definisikan sebagai perubahan tingkah laku individu yang di sebabkan oleh
pengalaman.
3. Woolfolk
Pembelajaran
berlaku apabila sesutu pengalaman secara relatifnya menghasilkan perubahan,
kekal dalam pengetahuan dan tingkah laku.
4. Crow
and Crow
Pembelajaran
adalah pemerolehan tabiat, pengetahuan dan sikap.
5. Rahil
mahyuddin
Pembelajaran
adalah perubahan tingkah laku yang melibatkan keterampilan kognitif yaitu
penguasaan ilmu dan perkembangan kemakhiran intelek.
6. Achjar khalil
Pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar.
Jadi, pembelajaran merupakan
suatu proses interaksi peserta didik dan pendidik, serta sumber belajar di
lingkungan belajar, yang dilakukan kapanpun dan dimanapun, yang menyebabkan
suatu perubahan tingkah laku pada peseta didik.
B. Definisi
Wawasan
Wawasan
menurut kamus dewan bahasa dan pustaka ialah bayangan, penglihatan, dan gambaran.
Didalam konteks yang lebih luas lagi, wawasan boleh dinyatakan sebagai
anggapan, paham atau tanggapan pikiran. Wawasan merupakan pandangan,
pendapat, pengertian, dan konsepsi suatu perkara.
C. Definisi
Masyarakat
Untuk lebih memahami definisi masyarakat, ada beberapa definisi masyarakat dari
beberapa tokoh berikut ini.
1. Selo Sumarjan (1974)
Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan.
2. Ralph Linton (1968)
Masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang hidup dan bekerja
sama dalam waktu yang relatif lama dan mampu membuat keteraturan dalam
kehidupan bersama dan mereka menganggap sebagai satu kesatuan sosial.
3. Karl Marx
Masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan
organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara
kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.
4. Emile Durkheim
Masyarakat merupakan suatu kenyataan objektif pribadi-pribadi
yang merupakan anggotanya.
5. Paul B. Horton & C. Hunt
Masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup
bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu,
mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam
kelompok / kumpulan manusia tersebut.
6. Prof. Dr. Koentjaraningrat (1994)
Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang
bersifat berkelanjutan dan terikat oleh suatu rasa identitas yang
sama. Dengan demikian, masyarakat memiliki unsur-unsur berikut.
a. Ada sejumlah orang yang berkumpul di suatu tempat
tertentu.
b. Berinteraksi dalam waktu yang relatif lama.
c. Pola interaksinya menurut sistem adat tertentu.
d. Ada kontinuitas dari proses interaksi menurut adat
istiadat.
e. Ada keterkaitan suatu rasa identitas bersama.
Dari beberapa definisi di atas, dapat
disimpulkan bahwa masyarakat adalah
sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan golongan yang berhubungan tetap
dan mempunyai kepentingan yang samaseperti; sekolah,
keluarga, dan perkumpulan.
Jadi, “Pembelajaran Berwawasan
Kemasyarakatan adalah pembelajaran yang diselenggarakan dengan menggunakan
berbagai potensi (sumber daya) yang ada pada lingkungan masyarakat, yang
terdiri atas sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya budaya, dan
sumber daya teknologi dengan tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan
potensi dalam dirinya dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari peserta
didik.”
D. Prinsip-Prinsip
Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan
Prinsip-prinsip pembelajaran berwawasan kemasyarakatan
sebagai berikut:
1. Determinasi
diri (self determination)
Determinasi diri mengandung makna bahwa setiap
keputusan untuk kepentingan peserta didik harus dimusyawarahkan terlebih dahulu
secara bersama. Prinsip ini akan mendorong terciptanya kondisi yang kondusif
dalam melakukan berbagai kegiatan. Peserta didik akan merasa dihargai apabila
dilibatkan dalam pengambilan keputusan sehingga keputusan yang diambil
didasarkan kepada kepentingan bersama.
2. Membantu dirinya
sendiri (self help)
Setiap peserta didik harus diberi kesempatan untuk
meningkatkan potensi yang dimilikinya sehingga setiap pesserta didik dapat
membantu dirinya untuk berkembang sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya.
Prinsip ini akan menumbuhkan kemandirian pada peserta didik untuk melakukan
sesuatu keputusan, tanpa ketergantungan pada pihak lain.
3. Mengembangkan
kepemimpinan (leadership development)
Setiap peserta didik harus diberi kesempatan untuk
menjadi pemimpin dalam berbagai kegiatan. Hal ini sangat penting, yaitu untuk
melatih keberanian peserta didik dalam mengatur sebuah kegiatan sehingga
kepercayaan diri dari peserta didik akan terbentuk dengan adanya pemimpin yang
dapat diharapkan.
4. Lokalisasi (localization)
Lokalisasi kegiatan pembelajaran diupayakan memiliki
nilai strategis bagi pserta didiksehingga memiliki kemudahan untuk dapat
dijangkau oleh setiap peserta didik. Apabila tempat kegiatan dianggap
strategis, diharapkan motivasi peserta didik untuk mengikuti pembelajaran
selalu tinggi.
5. Pelayanan
terpadu (integrated delivery of services)
Pelayanan yang diberikan kepada peserta didik
dilakukan secara terpadu dari berbagai komponen yang terlibat, hal ini
didasarkan bahwa peserta didik merupakan sasaran yang berhak menerima pelayanan
secara maksimal.
6. Menerima
perbedaan (accept diversity)
Peserta didik yang mengikuti pembelajaran memiliki
karakteristik yang heterogen, dengan keanekaragaman karakteristik tersebut diharapkan
menjadi modal untuk menciptakan kebersamaan melalui pemenuhan kebutuhan belajar
yang beraneka ragam. Perbedaan yang dimiliki peserta didik bukan unntuk
dijadikan sumber konflik, tetapi dengan perbedaan dapat dijadikan sumber
pengalaman dalam pembelajaran sehingga erjadi saling membelajarkan diantara
peserta didik.
7. Belajar terus
menerus (life long learning)
Prinsip belajar terus menerus harus memberikan
kesempatan kepada setiap peserta didik untuk terus belajar sesuai dengan
kebutuhannya. Konsekuensinya dalam kegiatan pembelajaran harus menyediakan
program materi yang beraneka ragam sesuai dengan kebutuhan belajar peserta
didik.
E. Tujuan Pembelajaran Berwawasan
Kemasyarakatan
Adapun tujuan pembelajaran berwawasan kemasyarakatan:
1. Melatih
kemampuan akademis peserta didik.
2. Memperkuat
mental fisik dan disiplin.
3. Memperkenalkan
tanggung jawab.
4. Membangun jiwa
sosial.
5. Sebagai
identitas diri.
6. Sarana
mengembangkan diri dan berkreativitas
F. Teori
Dasar Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan
Teori-teori
pembelajaran yang menggunakan konsep pembelajaran berbasis masyarakat, maka
pembelajaran berwawasan kemasyarakatan didasarkan pada hal-hal berikut, yaitu:
1. Kebermaknaan
dan kebermanfaatan bagi peserta didik
2. Pemanfaatan
lingkungan dalam pembelajaran
3. Materi
pembelajaran terintegrasi dengan kehidupan sehari-hari dengan peserta didik
4. Masalah
yang diangkat dalam pembelajaran ada kesesuaian dengan kebutuhan peserta didik
5. Menekankan
pada pembelajaran partisipatif yang berpusat pada peserta didik
6. Menumbuhkan
kerja sama di antara peserta didik
7. Menumbuhkan
kemandirian
G. Metode
Yang Digunakan Untuk Mempertemukan Penyuluh Dengan Khalayak
Dilihat
dari metodenya atau cara mempertemukan penyuluh dengan khalayak sasaran yang
disuluh dikenal ada tiga metode penyuluhan, yaitu:
1. Metode
pendekatan masal.
Metode ini tepat di dalam
menggugah kesadaran dan ketertarikan khalayak sasaran terhadap suatu inovasi.
Yang termasuk metode ini adalah ceramah atau rapat, siaran pedesaan,
pertunjukan film, penyebaran brosur dan pameran.
2. Metode
pendekatan kelompok.
Metode
ini tepat di dalam menumbuhkan kemampuan evaluatif atau penilaian dan dalam
memberikan rangsangan pada khalayak sasaran penyuluhan agar mencoba suatu
inovasi. Contoh dari metode ini adalah diskusi kelompok, kursus tani,
demonstrasi plot (demplot), karyawisata, temu lapang.
3. Metode
pendekatan perorangan.
Metode
ini tepat di dalam memberikan keyakinan kepada khalayak sasaran agar mau
menerapkan suatu inovasi. Contoh dari metode ini adalah kunjungan rumah atau
anjangsana, anjangkarya, surat-menyurat dan hubungan telpon.
Beberapa Metode Penyuluhan yang lain sebagai
berikut.
1. Anjangsana,
anjangkarya
Anjangsana
adalah kunjungan ke rumah terutama pada tokoh tani agar mau menjadi penyuluh
sukarela bagi anggota masyarakat di lingkungan pengaruhnya. Sedangkan
anjangkarya adalah kunjungan ke lahan tani agar petani mampu melaksanakan
contoh penerapan inovasi yang direkomendasikan.
2. Pertemuan
umum, ceramah, diskusi
Pada
pertemuan umum pesertanya campuran dan banyak, sedangkan informasinya tertentu
untuk dipertimbangkan lagi dan dilaksanakan kemudian hari. Pada ceramah,
pesertanya lebih homogen, baik dalam pengetahuan maupun kepentingannya. Materi
yang disampaikan lebih spesifik dan lebih mendalam, dapat segera dipertimbangkan
untuk pengadopsiannya. Pada diskusi, para pesertanya lebih terbatas dan terjadi
tukar pendapat, baik pengetahuan maupun pengalamannya. Metode diskusi dipandang
efektif dan efisien di dalam menumbuhkan kreativitas dan tanggungjawab dan
mempercapat proses adopsi karena terjadi interaksi diantara anggota kelompok.
3. Demonstrasi
cara dan hasil
Metode
ini dapat mempertunjukkan cara-cara atau hasil dari cara tersebut yang
dianjurkan dengan menggunakan teknologi baru. Demonstrasi cara bukan suatu
percobaan tetapi suatu percontohan yang telah diyakini kebaikan dan
keberhasilannya. Pada demonstrasi hasil dipertunjukkan hasil dari cara baru
yang lebih meyakinkan dapat meningkatkan hasil dan cocok bagi daerah tersebut.
Metode ini baik untuk menambah pengetahuan, mengubah sikap dan menambah
keterampilan peserta demonstrasi. Kegiatan ini memerlukan persiapan yang
matang, baik tempat, waktu maupun sarana penunjangnya.
4. Karyawisata
atau widiawisata
Metode
ini adalah metode kelompok yang berkarya sambil berwisata atau menambah ilmu
sambil berwisata. Tajuannya adalah memahami sesuatu cara usahatani yang
berhasil di daerah lain yang kondisi alamnya identik dengan keadaan alam tempat
asal para peserta widiawisata.
5. Kursus
tani
Metode ini
adalah proses belajar mengajar di ruangan kelas dan di lapangan dengan
pendekatan kelompok, biasa terhadap tokoh-tokoh tani atau orang yang dianggap
potensial untuk bisa menyebarkan inovasi pada anggota yang lainnya. Dari hasil
belajar mereka diharapkan dapat menerapkan di lingkungannya agar dapat dicontoh
oleh petani disekitarnya.
6. Pameran
Metode
pameran adalah untuk memperlihatkan secara sistematis tentang model, contoh,
barang, peta, grafik, gambar benda hidup sebagai hasil dari suatu kegiatan yang
dianjurkan. Pameran meliputi tiga tahap maksud komunikasi, yaitu: menarik
perhatian, menggugah hati, dan membangkitkan keinginan.
7. Siaran
melalui radio
Metode
ini ditujukan khusus kepada petani dan keluarganya yang dapat mendengarkan
acara siaran melalui radio dengan topic-topik pembicaraan tertentu. Agar metode
ini lebih efektif, sebaiknya dikembangkan melalui pembinaan kelompok pendengar
yang melakukan diskusi kelompok di tempat kediamannya.
8. Kampanye
Kampanye
biasanya dilakukan dalam satu wilayah dan jangka waktu tertentu apabila
terdesak untuk melakukan sesuatu bagi kepentingan masyarakat. Syarat agar
kegiatan tersebut berhasil, maka kampanye harus bermata acara tunggal dan
dilancarkan sebagai jawaban terhadap masalah yang dihadapi bersama oleh
sebagian besar petani.
H. Penerapan
Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan
1. Satuan
pembelajaran di masyarakat
Dengan
mengacu pada UU No. 20 tahun 2003 tentang SisDikNas dan pasal 26
ayat (4), tercantum bahwa satuan pembelajaran nonformal terdiri atas lembaga
kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat,
majelis taklim, serta satuan pembelajaran yang sejenis.
a. Kursus
Menurut arta sasmita (1985) kursus adalah
sebagai mata kegiatan pembelajaran yang berlangsung di dalam masyarakat
yang dilakukan secara sengaja, terorganisir, dan sistematik untuk memberikan
materi pelajaran tertentu kepada orang dewasa atau remaja dalam waktu yang relative
singkat agar mereka memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat
dimanfaatkan untuk mengembangkan dari dan masyarakat. Contoh: kursus
menjahit, kursus computer, dan kursus kecantikan.
b. Pelatihan
Pelatihan adalah kegiatan atau pekerjaan melatih untuk
memperoleh kemahiran atau kecakapan, pelatihan berkaitan dengan pekerjaan.
Adanya program pelatihan yang terencana dengan baik dan sistematis merupakan
cara utama untuk membiasakan atau memberikan kecakapan kepada individu agar dia
terampil mengerjakan pekerjaannya. Contoh: pelatihan kepemimpinan,
pelatihan tutor, dan pelatihan metode pembelajaran.
c. Kelompok
belajar
Kelompok belajar adalah upaya yang dilakukan secara
sadar dan berencana melalui bekerja dan belajar dalam kelompok belajar untuk
mencapai suatu kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi sekarang.
Contoh: kelompok belajar paket A, kelompok belajar paket B, kelompok belajar
paket C, kelompok belajar usaha.
d. Pusat
kegiatan belajar masyarakat (PKBM)
Dengan mengacu kepada pendapat Sihombing (2001), PKBM
merupakan tempat belajar yang dibentuk dari, oleh, dan untuk masyarakat dalam
rangka usaha untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, hobi, dan
bakat warga masyarakat. Contoh: kejar paket A, kejar paket B, kejar paket C,
KBU, PADU, kelompok pemuda produktif.
e. Majelis
taklim
Majelis taklim adalah suatu lembaga pembelajaran yang
dibentuk atas dasar pendekatan dari kebuthan masyarakat (bottom up
approach), dengan kegiatannya lebih berorientasi pada keagamaan, khususnya
agam Islam. Melalui majelis taklim dibahas berbagai aspek yang ditinjau dari
sudut pandang agama Islam.
f. Satuan
pembelajaran yang sejenis
Satuan pembelajaran yang sejenis adalah satuan yang
tidak termasuk pada luar satuan yang sudah dijelaskan terdahulu satuan lainnya
diantaranya pesantren, sanggar seni, dan TKA/TPA.
2. Program
pembelajaran di masyarakat
Berdasarkan
UU No. 20 tahun 2003 tentang SisDikNas dan pada pasal 26 ayat (3), tercantum
program pembelajaran nonformal meliputi pembelajaran kecakapan hidup,
pembelajaran anak usia dini, pembelajaran kepemudaan, pembelajaran pemberdayaan
perempuan, pembelajaran keaksaraan, pembelajaran keterampilan dan pelatihan
kerja, pembelajaran kesetaraan, serta pembelajaran lain yang ditujukan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik.
a. Pembelajaran
kecakapan hidup
Adalah kemampuan yang mencakup penguasaan pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang saling berinteraksi diyakini sebagai unsure penting
untuk lebih mandiri. Pada dasarnya pembelajaran kecakapan hidup bermaksud
memberi kepada seseorang bekal pengetahuan, keterampilan dan kemampuan
fungsional praktis serta perubahan sikap untuk bekerja dan berusaha mandiri,
membuka lapangan kerja dan lapangan usaha serta memanfaatkan peluang yang
dimiliki sehingga dapat meningkatkan kualitas kesejahteraannya.
b. Pembelajaran
anak usia dini (PAUD)
Adalah pembelajaran yang ditujukan bagi anak usia dini
(0-6 tahun) yang dilakukan pemberian berbagai rangsangan untuk membantu pertumbuhan
dan perkembangan jasmani dan rohani agar memiliki kesiapan dalam memasuki
jenjang pembelajaran selanjutnya.
c. Pembelajaran
kepemudaan
Adalah program pembelajaran yang sasarannya khusus
pemuda. Program kepemudaan yang dikembangkan di Indonesia ini contohnya adalah
dengan dibentuknya kelompok usia pemuda produktif (KUPP). Melalui program KUPP
diharapkan para pemuda melalui kemampuan tertentu dalam bidang usaha sehingga
dapat meningkatkan taraf hidupnya.
d. Pembelajaran
pemberdayaan perempuan
Pembelajaran pemberdayaan perempuan diperuntukan
khusus untuk perempuan. Hal ini didasarkan bahwa masih banyak perempuan yang
belum berdaya, padahal mereka memiliki potensi yang perlu dikembangkan.
e. Pembelajaran
keaksaraan
Pembelajaran keaksaraan yang dikembangkan adalah
program keaksaraan fungsional yang pada dasarnya merupakan suatu pengembangan
dari program keaksaraan sebelumnya.
f. Pembelajaran
keterampilan
Program pembelajaran keterampilan ditujukan untuk
membekali warga belajar dalam bidang keterampilan yang dapat dijadikan bekal
usaha. Dengan keterampilan yang dimiliki diharapkan masyarakat dapat
meningkatkan kemampuan dirinya untuk peningkatan kesejahteraan hidupnya.
g. Pembelajaran
kesetaraan
Program kesetaraan yang ada dimasyarakat yaitu
mencakup kelompok belajar paket A, kejar paket A yaitu suatu upaya belajar dan
bekerja secara sadar dan berencana dalam organisasi kelompok untuk meningkatkan
pembelajaran warga belajar, sehingga setara dengan sekolah dasar melalui paket A
sebagai media/bahan belajarnya.
I. Implementasi
Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan di Lingkungan Keluarga, Sekolah, dan
Lingkugan Masyarakat
1. Keluarga
a) Orang tua
menanamkan nilai dan moral dengan cara membimbing anak untuk saling menyayangi,
menghormati orang yang lebih tua, berbicara sopan, dan lain- lain.
b) Orang tua
mendampingi anak dalam belajar berbagai pengetahuan, seperti
berhitung dan membaca.
2. Sekolah
a) Siswa mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler misalnya Pramuka, PMR, dan lain-lain.
b) Melakukan
tanggung jawab dengan baik jika menjadi pengurus kelas.
c) Menjadi anggota
koperasi sekolah.
3. Masyarakat
a) Kerja bakti
b) Siskamling
c) Karang Taruna
d) Pembelajaran keaksaraan
atau buta aksara
e) Pembelajaran
keterampilan atau pelatihan
PENUTUP
Simpulan
Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan merupakan pembelajaran
yang diselenggarakan dengan menggunakan berbagai potensi (sumber daya) yang ada
pada lingkungan masyarakat, yang terdiri atas sumber daya alam, sumber daya
manusia, sumber daya budaya, dan sumber daya teknologi dengan
tujuan untuk melatih kemampuan akademis peserta didik dan Memperkuat
mental fisik dan disiplin Pembelajaran berbasis.
Dengan
mengacu pada UU No. 20 tahun 2003 tentang sisdiknas, pasal 26 ayat (4),
tercantum bahwa satuan pembelajaran nonformal terdiri atas lembaga kursus,
lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, majelis
taklim, serta satuan pembelajaran yang sejenis.
Saran
Dengan membaca makalah ”Pembelajaran Berwawasan
Kemasyarakatan” dapat mengadakan kegiatan yang bermanfaat baik di lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Pembaca
mampu mencari sumber informasi lain, sebagai pengetahuan untuk membuat kegiatan
yang bermanfaat bagi masyarakat.
PENDIDIKAN BERWAWASAN KEWIRAUSAHAAN
Pendahuluan
Industri yang berkembang sampai saat ini belum dapat menyerap
tenaga muda dengan
pendidikan tinggi. Hal ini
seperti yang dilaporkan dalam kemajuan pembangunan milenium
Indonesia tahun 2007, jumlah
penduduk miskin (pendapatan kurang dari US$2/hari) masih 49%
sedangkan penggangguran usia
15-24 th adalah 57% .
Jumlah sarjana mengganggur melonjak dratis dari 183.629 orang pada tahun 2006 menjadi
409.890 orang padatahun
2007. Ditambah dengan pemegang gelar diploma I,II dan III yang
mengganggur menurutdata
tahun 2007 lebih dari 740.000 orang. (Kompas, 2008). Berdasarkan
analisis data tersebutdapat
diketahui bahwa industri yang berkembang belum dapat menyerap
tenaga muda denganpendidikan
tinggi. Tidak terserapnya lulusan pendidikan tinggi tersebut antara
lain karenakompetensi
lulusan yang masih rendah atau tidak sesuai dengan kebutuhan kerja.
Oleh karena itu para tenaga kerja muda ini harus mampu
menciptakan lapangan kerja
sendiri, dengan meningkatkan
kreativitas dan kemampuan entrepreneur. Kewirausahaan
merupakan jiwa yang bisa
dipelajari dan diajarkan. Seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan
umumnya memiliki potensi
menjadi pengusaha tetapi bukan jaminan menjadi pengusaha, dan
pengusaha umumnya memiliki
jiwa kewirausahaan. Ciri penting dari seseorang yang memiliki
jiwa entrepreneurship adalah
kemampuan pemimpin, kemandirian, kerjasama dalam tim,
kreativitas dan inovasi,
serta keberaniannya dalam menghadapi dan mengambil resiko terhadap
keputusan yang dibuat yang
mendasari tindakan riil yang dilakukan. Berani mengambil resiko itu
bukan berarti nekad dan
‘ngawur’. Resiko apapun yang diambil oleh seorang entrepreneur
seebnarnya melalui
perhitungan secara hati-hati, cermat, meskipun dalam waktu yang singkat.
Entrepreneurship
Hakikat dasar dari
kewirausahaan adalah krativitas dan inovasi. Kreativitas adalah berpikir
sesuatu yang baru, sedangkan
inovasi adalah berbuat sesuatu yang baru
Masih menurut Zimmerer
(1996) kewirusahaan dapt dipelajari dan diajarkan sebagai
sesuatu disiplin ilmu
tersendiri karena memiliki objek, konsep, teori dan metode ilmiah.
Hubungan antara entrepreneurship dan pengembangan metode pembelajaran
Sehubungan dengan
entreprenurship yang dikaitkan dengan pengembangan metode
pembelajaran, dan sebaliknya
(Harsono,1999) menyampiakan pesan-pesan sebagai berikut :
a. Anda harus belajar banyak
tentang diri sendiri, jika anda bermaksud untuk mencapai tujuan
yang sesuai dengan apa yang
paling anda inginkan dalam hidup ini. Kekuatan anda datang
dari tindakan-tindakan anda
sendiri dan bukan dari tindakan orang lain. Meskipun resiko
kegagalan selalu ada, para
entrepreneurship mengambil resiko dengan jalan menerima
tanggung jawab atas tindakan
mereka sendiri. Kegagalan harus diterima sebagai
pengalaman belajar. Belajar
pengalaman masa lampau akan membantu anda menyalurkan
kegiatan anda untuk mencapai
hasil yang lebih baik, lebih positif, dan keberhasilan
merupakan buah dari usaha
yang tak mengenal lelah.
b. Anda harus bersedia
belajar dari berbagai pengalaman yang berubah dari waktu ke
waktu. Anda harus selalu
sadar akan cara-cara baru untuk meningkatkan produktivitas anda
sendiri. Salah satu kunci
utama bagi keberhasilan anda adalah keterlibatan anda dalam
pertumbuhan pribadi secara
terus menerus.
Dalam pesan yang pertama
terkandung makna self directed learning, ialah belajar
secara mandiri. Pesan yang
kedua mengandung makna problem based learning dan sekaligus
problem solving.
Entrepreneurship membutuhkan proses belajar mengajar yang
memusatkan diri pada
pencapaian hasil belajar
pada domain cognitive tingkatan yang lebih tinggi, yaitu application,
analysis, synthesis dan
evaluation.
Pembekalan kewirausahaan
(mata kuliah) Sense of business dapat dikembangkan melalui
pendidikan
kewirausahaan yang baik berupa kegiatan di dalam perkuliahan maupun di luar
perkuliahan
Pembelajaran
Wawasan Multikultural
1.
Pengertian
dan Latar Belakang
Kata “Multikultural” tatanan budaya
masyarakat erat hubungannya dengan pluralisme namun berbeda. Ada banyak ilmuan
yang memberikan definisi sebagai berikut (Naim dan Sauqi, 2008 : 121-122).
a. Elizabeth
B. Taylor dan L.H Morgan
Sebuah
budaya yang universal bagi manusia dalam berbagai macam tingkatan.
b. Emile
Durkheim dan Marcel Maus
Adalah
sekolompok masyarakat yang menganut simbol yang mengikat.
c. Franz
Boas dan A.L Kroeber
Adalah
hasil sebuah sejarah khusus umat manusia yang melewati secara bersama-sama.
2.
Tujuan
Pendidikan Berbasis Multikultural
Menurut Banks, tujuan pendidikan
berbasis multukultural yaitu :
a. Memfungsikan
peranan sekolah dalam memandang keberadaan siswa yang beraneka ragam.
b. Membantu
membangun perlakuan yang positif terhadap perbedaan kultural, ras, etnik dan
kelompok beragama.
c. Memberikan
ketahanan siswa dalam mengambil keputusan dan keterampilan sosialnya.
d. Membantu
membangun ketergantungan lintas budaya dan memberi gambaran positif mengenai
perbedaan kelompok.
Menurut Dickerson dan Banks konsep
pendidikan untuk kebebasan bertujuan untuk :
a. Mengembangkan
pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk berpartisipasi didalam demkorasi dan
kebebasan masyarakat.
b. Memajukan
kebebasan, kecakapan dan keterampilan terhadap lintas batas etnik dan budaya.
A. Pembelajaran Berwawasan Lingkungan
1.
Pengertian
dan Latar Belakang
Sartain (psikologi Amerika) lingkungan (environment) meliputi semua kondisi
dalam dunia ini, memengaruhi tingkah laku, pertumbuhan, dan perkembangan atau life process manusia kecuali gen
(Purwanto, 2009 : 72).
Pendidikan lingkungan harus berdasarkan
konsep dasar makna lingkungan hidup untuk mengajarkan, membina, memberi teladan
dan dorongan sikap dan perilaku untuk melaksanakan pengelolaan ekosistem secara
bermakna. Pengelolaan lingkungan hidup makna sebenarnya adalah pengelolaan
perilaku makhluk hidup, sikap, kelakuan dan berbagai serasi dengan tatanan
alam.
2.
Ruang
Lingkup
Sartain (dalam Purwanto, 2009 : 72)
membagi lingkungan menjadi tiga bagian yaitu :
a. Lingkungan
Alam atau Luar (External or Physical
Environtment)
Yang
bukan manusia. Seperti rumah, tumbuh-tumbuhan, air, iklim dan hewan.
b. Lingkungan
Terdalam (Internal Environment)
Sesuatu
yang termasuk dalam diri kita, yang dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik.
c. Lingkungan
Sosial (Social Environment)
B. Pembelajaran Berwawasan Entrepreneurship
1.
Pengertian
dan Latar Belakang
Entrepreneurship merupakan
istilah bahasa Prancis memiliki arti between
taker atau go-between. Pengertian
go-between atau “perantara” adalah
pada saat Marcopolo yang mencoba merintis jalur pelayaran dagang ketimur jauh,
Marcopolo tidak menjula barangnya sendiri, dia hanya membawa pengusaha
penandatanganan kontrak. Dalam kontrak ini dinyatakan bahwa si pengusaha
memberi pinjaman dagang kepada Marcopolo, dari penjualan barang tersebut
Marcopolo mendapat bagain 25% termasuk asuransi, sedangkan si pengusaha
memperoleh keuntungan lebih dari 75%, segala resiko ditanggung oleh pedagang.
Menurut Schumpeter seorang Entrepreneur tidak selalu pedagang (businessman). Istilah
“kewirausahaan” mulai dipopulerkan tahun 1990-an. Pengertian secara harfiah
kewirausahaan berasal dari kata wirausaha diberi awalan ke- dan akhiran –an yang
bersifat membuat kata benda. Bila wira diartikan
sebagai berani dan usaha diartikan
sebagai kegiatan bisnis yang komersial maupun non-bisnis dan non-komersial,
kewirausahaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan
keberanian seseorang untuk melaksanakan sesuatu kegiatan bisnis atau non-bisnis
atau non-bisnis (mandiri).
Menurut hasil Simposium
Nasional Kewirausahaan 7-8 Februari 1995 diJakarta kewirausahaan adalah
kesatuan terpadu dari semangat, nilai prinsip sikap, kiat seni dan tindakan
nyata. Dalam Inpres No.4 Tahun 1995 tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan
dan Membudayakan Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan
dalam menangani usaha atau kegiatan.
Pengertian Entrepreneur dan Entrepreneurship
diantaranya :
a. Orang
yang menanggung resiko.
b. Orang
yang memobilisasi dan mengalokasikan modal.
c. Orang
yang menciptakan barang.
d. Orang
yang mengurus perusahaan.
e. Kewirausahaan
adalah mental dan sikap jiwa yang selalu efektif berusaha meningkatkan hasil
karyanya dalam arti meningkatkan penghasilan.
f. Kewirausahaan
adalah proses seseorang guna mengejar pelunag memenuhi kebutuhan dan keinginan
melalui inovasi tanpa memerhatiakn sumber daya yang mereka kendalikan.
g. Kewirausahaan
adalah proses dinamis untuk menciptakan tambahan kemakmuran.
h. Kewirausahaan
adalah proses menciptakan sesuatu lain dengan menggunakan waktu dan kegiatan
disertai modal jasa dan risiko serta menerima balas jasa, kepuasan dan
kebebasan pribadi.
Adapun yang dimaksud dengan wirausaha
adalah sebagai berikut :
a. Wirausaha
adalah mereka yang berhasil mendapatkan perbaikan pribadi, keluarga,
masyarakat, dan bangsanya.
b. Wirausaha
adalah seseorang pakar tentang dirinya sendiri. Orang yang mendobrak sistem
ekonomi dengan memperkenalkan barang dan jasa dengan menciptakan organisasi
baru atau mengelola bahan baku baru. Wirausaha adalah orang yang berani memaksa
diri untuk menjadi pelayan bagi orang lain (Gede Prama).
c. Menurut
businessman, wirausaha adalah ancaman
pesaing baru (rekan, pemasok, konsumen atau seseorang yang bisa diajak
kerjasama).
d. Menurut
pemodal, wirausaha adalah seseorang yang menciptakan kesejahteraan buat
oranglain yang menemukan cara baru untuk menggunakan resouces, mengurangi pemborosan, dan membuka lapangan kerja yang
disenangi oleh masyarakat.
e. Menurut
ekonom, wirausaha adalah seseorang
atau sekelompok orang yang mengorganisasi faktor-faktor produksi, alam, tenaga,
modal, dan keterampilan untuk tujuan berproduksi.
f. Menurut
psikologis, wirausaha adalah
seseorang yang memiliki dorongan kekuatan dari dalam untuk memperoleh sesuatu
tujuan, suka mengadakan eksperimen untuk menampilkan kebebasan dirinya diluar
kekuasaan oranglain.
2.
Ciri-Ciri
Entrepreneur
Ciri-ciri seseorang Entrepreneur menurut Edvardson adalah :
a. Internal locus of control (memiliki
sikap/ketetapan hati)
b. High energy level (bersemangat
tinggi)
c. High need for achievemant (motivasi
berprestasi tinggi)
d. Tolerance for ambiguity (dapat
memahami perbedaan pendapat)
e. Self confidence (percaya
diri)
f. Action oriented (berorientasi
tindakan)
3.
Mengembangkan
Jiwa Entrepreneurship
· Kesediaan
bekerja keras dan bertanggung jawab untuk mencapai tujuan.
· Mampu
berdiri sendiri dalam menjalankan usaha guna mencapai tujuan pribadi, keluarga,
bangsa dan negara.
· Mengetahui
dan mengerti bahwa wirausaha merupakan pejuang kemajuan.
· Memperkuat
perekonomian.
· Memahami
jiwa dan semangat wirausahaan.
4. Tujuan Mengembangkan Jiwa Entrepreneurship
a. Meningkatkan
jumlah para wirausaha yang berkualitas.
b. Mewujudkan
kemampuan dan kemantapan para wirausaha untuk menghasilkan kemajuan dan
kesejahteraan masyarakat.
c. Membudayakan
semangat sikap, perilaku dan kemampuan kewirausahaan di kalangan pelajar dan
masyarakat yang mampu, handal, dan unggul.
d. Menumbuhkembangkan
kesadaran dan orientasi kewirausahaan yang tangguh dan kuat terhadap siswa dan
masyarakat.
5.
Ruang
Lingkup Entrepreneurship
a. Lapangan
agraris, seperti pertanian, perkebunan dan kehutanan.
b. Lapangan
perikanan, seperti pemeliharaan ikan, penetasan ikan, makanan ikan dan
pengangkutan ikan.
c. Lapangan
peternakan, seperti burung atau ungas, binatang menyusui.
d. Lapangan
perindustrian dan kerajinan, seperti industri besar, industri menengah,
industri kecil, pengrajin, pengelolaan hasil pertanian, pengelolaan hasil
perkebunan, hasil perikanan, peternakan dan kehutanan.
e. Lapangan
pertambangan dan energi.
f. Lapangan perdagangan, seperti pedagang besar,
menengah dan kecil.
g. Lapangan
pemberi jasa, seperti pedagang perantara, pemberi kredit dan perbankan, sebagai
pengusaha angkutan, pengusaha hotel dan restauran, sebagai biro jasa travel
pariwisata, pengusaha asuransi, pergudangan, perbengkelan, koperasi, tata
busana, dan sebagainya.
6.
Praktik
a. Mengundang
tokoh Entrepreneur terkemuka sebagai
pembicara seminar tentang Entrepreneurship
yang diadakan di sekolah.
b. Berjualan
kecil-kecilan sambil bersekolah.
c. Dapat
dipercaya saat menjadi bendahara kelas atau sebagai pengatur uang kas kelas.
d. Menggunakan
uang jajan dari orangtua dengan bijak dan tepat guna.
e. Selalu
disiplin masuk sekolah, mengerjakan PR tepat waktu, dan sesuai perintah.
f. Menghargai
pendapat dan hasil orang lain.
g. Memiliki
semangat belajar tanpa imbalan.
h. Selalu
muncul motivasi baru saat melihat teman berprestasi.
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Prof.Dr.Oemar.2001.Proses Belajar Mengajar.Bandung:Bumi
Aksara
Hatimah, Ihat, dkk. 2007. Pembelajaran
Berwawasan Kemasyarakatan. Jakarta:Universitas Terbuka
Wahyuni, Niniek Sri dan Yuniarti. 2007. Manusia
dan Masyarakat. Jakarta: Ganeca Exact
Zubaedi M.Ag, M.Pd.2009.Pembelajaran Berbasis
Masyarakat.Yogyakarta:pustaka pelajar
http://sdnlombang03.wordpress.com/2011/01/17/contoh-laporan-pembelajaran-berwawasan
kemasyarakatan/file:///G:/pendekatan-pembelajaran-dalam-berbagai.html
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI
Nomor : 045/U/2002 tanggal 2 April 2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan
Tinggi. Dirjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Penjaminan Mutu
(Quality Assurance) Pendidikan Tinggi, 2003. Dirjen Dikti Departemen Pendidikan
nasional, Higher Education Long Term Strategy 2003- 2010, 1 April 2003. Buku
Referensi Gerson Richard F (2004), Mengukur kepuasan pelanggan, PPM Jakarta
Buku karya M.Thobroni
Contoh Soal
1.
Jelaskan
dan berikan contoh yang dimaksud dengan teori belajar dan pembelajaran?
2.
Siapa
saja yang termasuk kedalam pemikiran pembelajaran dalam negri?
3.
Jelaskan
pemikiran pembelajaran menurut Ki Hajar Dewantara!
4.
Jelaskan
apa yang dimaksud pembelajaran berwawasan multicultural?
5. Lima
komponen utama dalam pembelajaran berwawasan dalam negri, yaitu pembelajaran
berwawasan multicultural, lingkungan, enterpreunership, gender, anti korupsi.
Jelaskan makna 5 hal tersebut?
6.
Apa
tujuan belajar dan pembelajaran?
7.
Buatlah
peta konsep mengenai teori belajar dan pembelajaran?
8.
Sebutkan
teori belajar dan pembelajaran menurut para ahli?
9.
Mengapa
RPP diperlukan dalam konsep teori belajar dan pembelajaran?
10. Apa
perbedaan pembelajaran dalam negri dan pembelajaran berwawasan dalam negri?
No comments:
Post a Comment