MAKALAH
BELAJAR
PEMBELAJARAN
Dosen Pembimbing: Marhamah S.pd, M.ed
Disusun oleh kelompok IV
Kelas 2 C:
1. Livya (156310419)
2. Nurlela
Audiana (156310306)
3. Sarmi
Devi (156311231)
4. Selly Astika (156311040)
Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Islam Riau
Pekanbaru
T.P. 2015/2016
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas
kehadiran Allah SWT yang telah memberikan kekuatan lahir dan batin. Serta
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.
Shalawat beriring salam semoga tercurahkan kepada Baginda Rasulullah Saw, yang telah menunjukkan jalan kebenaran kepada
umatnya dari alam tidak berilmu pengetahuan sampai ke alam yang berilmu
pengetahuan seperti yang kita rasakan saat sekarang ini.
Makalah ini membahas tentang “Belajar
pembelajaran”. Yang bertujuan agar semua
lebih mengerti dan memahaminya. Walaupun makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan,untuk itu kami mohon maaf.
Pekanbaru,
01 Maret 2016
penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Teori deskriptive dan perskriptive................................................................................2
2.2 Belajar revolusi
sosiokultural.......................................................................................5
2.3 Kecerdasan majemuk...................................................................................................14
2.4 Pengertian,teori belajar menurut para ahli ..................................................................19
2.5 Kelebihan dan kekurangan..........................................................................................21
2.6 Aplikasi dan contoh
kasus..........................................................................................29
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan................................................................................................................ 32
3.2
Saran................................................................................................ ......................... 32
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 33
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Banyak negara mengakui bahwa
persoalan pendidikan merupakan persoalan yang pelik, namun semuanya merasakan
bahwa pendidikan merupakan tugas negara yang amat penting. Bangsa yang ingin
maju, membangun, berusaha memperbaiki keadaan masyarakat dan dunia, tentu
mengatakan bahwa pendidikan merupakan kunci, dan tanpa kunci itu usaha mereka
akan gagal. Namun, di negara-negara berkembang adopsi sistem pendidikan dari luar
sering kali mengalami kesulitan untuk berkembang. Cara dan sistem pendidikan
yang ada sering menjadi sasaran kritik dan kecaman karena seluruh daya guna
pendidikan tersebut diragukan. Generasi muda banyak yang memberontak terhadap
metode-metode dan sistem pendidikan yang ada.
1.2
Rumusan Masalah
- Teori deskriptive dan perskriptive
- Belajar revolusi sosiokultural
- Kecerdasan majemuk
- Pengertian,teori belajar menurut para ahli
- Kelebihan dan kekurangan
- Aplikasi dan contoh kasus
1.3
Manfaat Penulisan
1.3.1 Untuk memenuhi tugas mata kuliah belajar
pembelajaran pendidikan bahasa inggris.
1.3.2
Untuk menambah wawasan mengenai teori deskriptive dan perskriptive.
1.3.3
Untuk menambah wawasan mengenai revolusi sosiokultual.
|
1.3.4 Untuk menambah wawasan
mengenai kecerdasan majemuk.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep teori deskriptive dan perskriptive
A. Teori Deskriptif dan Teori Preskriptif
Teori belajar adalah deskriptif karena tujuan utamanya menjelaskan proses belajar, sedangkan teori pembelajaran adalah preskriptif karena tujuan utamanya menetapkan metode pembelajaran yang optimal.
Adapun Teori pembelajaran preskriptif dimaksudkan untuk mencapai tujuan, sedangkan teori pembelajaran deskriptif dimaksudkan untuk memberikan hasil. Itulah sebabnya, variabel yang diamati dalam teori-teori pembelajaran yang preskriptif adalah metode yang optimal untuk mencapai tujuan.
Adapun contohnya yaitu agar dapat mengingat isi buku teks yang dibaca secara lebih baik, maka bacalah isi buku tersebut berulang-ulang dan buatlah rangkumannya.
Teori belajar adalah deskriptif karena tujuan utamanya menjelaskan proses belajar, sedangkan teori pembelajaran adalah preskriptif karena tujuan utamanya menetapkan metode pembelajaran yang optimal.
Adapun Teori pembelajaran preskriptif dimaksudkan untuk mencapai tujuan, sedangkan teori pembelajaran deskriptif dimaksudkan untuk memberikan hasil. Itulah sebabnya, variabel yang diamati dalam teori-teori pembelajaran yang preskriptif adalah metode yang optimal untuk mencapai tujuan.
Adapun contohnya yaitu agar dapat mengingat isi buku teks yang dibaca secara lebih baik, maka bacalah isi buku tersebut berulang-ulang dan buatlah rangkumannya.
Ada beberapa pendapat teori belajar deskriptif dan preskriptif menurut :
1. Menurut Bruner
Teori pembelajaran adalah preskriptif dan teori belajar adalah deskriptif. Preskriptif karena tujuan utama teori pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal, sedangkan deskriptif karena tujuan utama teori belajar adalah menjelaskan proses belajar.
2. Menurut Reigeluth
Teori preskriptif adalah goal oriented, sedangkan teori deskriptif adalah goal free. Maksudnya adalah bahwa teori pembelajaran preskriptif dimaksudkan untuk mencapai tujuan, sedangkan teori pembelajaran deskriptif dimaksudkan untk memberikan hasil.
Pembedaan teori belajar (deskriptif) dan pembelajaran (preskriptif) dikembangkan oleh Bruner, lebih lanjut oleh Reigeluth (1983), Gropper (1983), dan Landa (1983).
Menurut Reigeluth (Degeng, 1990) teori-teori dan prinsip pembelajaran yang deskriptif menempatkan variabel kondisi dan metode pembelajaran sebagai givens dan memberikan hasil pembelajaran sebagai variabel yang diamati. Dengan kata lain kondisi dan metode pembelajaran sebagai variabel bebas dan hasil pembelajaran sebagai variabel tergantung.
Sebaliknya dalam teori-teori dan prinsip-prinsip pembelajaran yang preskriptif menempatkan kondisi dan hasil sebagai givens sedangkan metode yang optimal ditetapkan sebagai variabel yang bisa diamati. Jadi metode pembelajaran sebagai variabel tergantung. Menurut Reigeluth bahwa Teori preskriptif adalah goal oriented, sedangkan teori deskriptif adalah goal free (Budiningsih, 2005: 11). Artinya teori pembelajaran preskriptif adalah untuk mencapai tujuan, sedangkan teori pembelajaran deskriptif dimaksudkan untuk memerikan hasil.
Bruner (Budiningsih, 2005: 11) mengemukakan bahwa teori pembelajaran adalah perspektif dan teori belajar adalah deskriptif. Perspektif karena tujuan utama teori pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal, sedangkan teori belajar bersifat deskritif karena tujuan utama teori belajar adalah menjelaskan proses belajar. Teori belajar menaruh perhatian pada hubungan aantara variable-variabel yang menentukan hasil belajar. Sedangkan teori pembelajaran sebaliknya teori ini menaruh perhatian pada bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain agar terjadi proses belajar. Dengan kata lain teori pembelajaran berurusan dengan upaya mengontrol variable yang dispesifikasikan dalam teori belajar agar dapat memudahkan belajar. Dengan kata lain, kondisi dan metode pembelajaran sebagai variable bebas dan hasil pembelajaran sebagai variable tergantung. Maksudnya adalah bahwa teori pembelajaran perspektif dimaksudkan untuk mencapai tujuan, sedangkan teori belajar deskriptif dimaksudkan untuk memberikan hasil. Itulah sebabnya variable yang diamati dalam mengembangkan teori belajar yang perspektif adalah metode yang optimal untuk mencapai tujuan, sedangkan dalam pengembangan teori pem,belajaran deskriptif, variable yang diamati adalah hasil belajar sebagai akibat dari interaksi antara metode dan kondisi. Dengan kata lain teori pembelajaran mengungkapkan hubungan antara kegiatan pembelajaran dengan proses psikologis dalam diri siswa, sedangkan teori belajar mengungkapkan hubungan antara kegiatan siswa dengan proses psikologi dalam diri siswa.
Teori pembelajaran harus memasukkan variable metode pembelajaran. Bila tidak, maka teori itu bukanlah teori pembelajaran. Hal ini penting sebab banyak yang terjadi apa yang dianggap sebagai teori pembelajaran yang sebenarnya adalah teori belajar. Teori pembelajaran selalu menyebutkan metode pembelajaran sedangkan teori belajar sama sekali tidak berurusan dengan metode pembelajaran.
B. Proposisi Teori Deskriptif Dan Preskriptif
Perbedaan teori deskriptif dan teori preskriptif di atas membawa konsukuensi pada perbedaan proporsisi untuk kedua teori tersebut. Proporsisi untuk perbandingan teori tersebut contohnya adalah:
Teori deskriptif:
Bila isi/materi pelajaran (kondisi) diorganisasi dengan menggunakan metode elaborasi (metode), maka perolehan belajar dan retensi (hasil) akan meningkat.
Jika membuat rangkuman tentang isi buku teks yang dibaca, maka retensi
terhadap isi buku teks itu akan lebih baik.
Teori preskriptif:
Agar perolehan belajar dan retensi (hasil) meningkat, organisasilah isi/materi pelajaran (kondisi) dengan menggunakan model elaborasi (metode).
Agar perolehan belajar dan retensi (hasil) meningkat, organisasilah isi/materi pelajaran (kondisi) dengan menggunakan model elaborasi (metode).
Agar dapat
mengingat isi buku teks yang dibaca secara lebih baik, maka bacalah isi buku teks itu berulang-ulang dan buatlah
rangkumannya.
2.2 Belajar revolusi sosiokultural
A. DASAR TERBENTUKNYA TEORI
SOSIO-KULTURAL
Ada 2 tokoh yang mendasari terbentuknya teori belajar sosio-kultural:
1.Piaget
Piaget berpendapat bahwa belajar ditentukan karena adanya karsa individu artinya pengetahuan berasal dari individu. Siswa berinteraksi dengan lingkungan sosial yaitu teman sebayanya dibanding orang-orang yang lebih dewasa. Penentu utama terjadinya belajar adalah individu yang bersangkutan (siswa) sedangkan lingkungan sosial menjadi faktor sekunder.
Keaktifan siswa menjadi penentu utama dan jaminan kesuksesan belajar, sedangkan penataan kondisi hanya sekedar memudahkan belajar. Perkembangan kognitif merupakan proses genetik yang diikuti adaptasi biologis dengan lingkungan sehingga terjadi ekuilibrasi. Untuk mencapai ekuilibrasi dibutuhkan proses adaptasi (asimilasi dan akomodasi).
Pendekatan kognitif dalam belajar dan pembelajaran yang ditokohi oleh Piaget yang kemudian berkembang dalam aliran kontruktivistik juga masih dirasakan kelemahannya. Teori ini bila dicermati ada beberapa aspek yang dipandang dapat menimbulkan implikasi kotraproduktif dalam kegiatan pembelajaran, karena lebih mencerminkan idiologi individualisme dan gaya belajar sokratik yang lazim dikaitkan dengan budaya barat. pendekatan ini kurang sesuai denga tuntutan revolusi-sosiokultural yang berkembang akhir-akhir ini.
Ada 2 tokoh yang mendasari terbentuknya teori belajar sosio-kultural:
1.Piaget
Piaget berpendapat bahwa belajar ditentukan karena adanya karsa individu artinya pengetahuan berasal dari individu. Siswa berinteraksi dengan lingkungan sosial yaitu teman sebayanya dibanding orang-orang yang lebih dewasa. Penentu utama terjadinya belajar adalah individu yang bersangkutan (siswa) sedangkan lingkungan sosial menjadi faktor sekunder.
Keaktifan siswa menjadi penentu utama dan jaminan kesuksesan belajar, sedangkan penataan kondisi hanya sekedar memudahkan belajar. Perkembangan kognitif merupakan proses genetik yang diikuti adaptasi biologis dengan lingkungan sehingga terjadi ekuilibrasi. Untuk mencapai ekuilibrasi dibutuhkan proses adaptasi (asimilasi dan akomodasi).
Pendekatan kognitif dalam belajar dan pembelajaran yang ditokohi oleh Piaget yang kemudian berkembang dalam aliran kontruktivistik juga masih dirasakan kelemahannya. Teori ini bila dicermati ada beberapa aspek yang dipandang dapat menimbulkan implikasi kotraproduktif dalam kegiatan pembelajaran, karena lebih mencerminkan idiologi individualisme dan gaya belajar sokratik yang lazim dikaitkan dengan budaya barat. pendekatan ini kurang sesuai denga tuntutan revolusi-sosiokultural yang berkembang akhir-akhir ini.
2.Vygotsky
Jalan pikiran seseorang dapat dimengerti dengan cara menelusuri asal usul tindakan sadarnya dari interaksi sosial (aktivitas dan bahasa yang digunakan) yang dilatari sejarah hidupnya. Peningkatan fungsi-fungsi mental bukan berasal dari individu itu sendiri melainkan berasal dari kehidupan sosial atau kelompoknya.
Kondisi sosial sebagai tempat penyebaran dan pertukaran pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai sosial budaya. Anak-anak memperoleh berbagai pengetahuan dan keterampilan melalui interaksi sehari-hari baik lingkungan sekolah maupun keluarganya secara aktif. Perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif sesuai dengan teori sosiogenesis yaitu kesadaran berinteraksi dengan lingkungan dimensi sosial yang bersifat primer dan demensi individual bersifat derivatif atau turunan dan sekunder, sehingga teori belajar Vygotsky disebut dengan pendekatan Co-Konstruktivisme artinya perkembangan kognitif seseorang disamping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga ditentukan oleh lingkungan sosial yang aktif pula.
Menurut Vygotsky perkembangan kognisi seorang anak dapat terjadi melalui kolaborasi antar anggota dari satu generasi keluarga dengan yang lainnya. Perkembangan anak terjadi dalam budaya dan terus berkembang sepanjang hidupnya dengan berkolaborasi dengan yang lain. Dari perspektif ini para penganut aliran sosiokultural berpendapat bahwa sangatlah tidak mungkin menilai seseorang tanpa mempertimbangkan orang-orang penting di lingkungannya.
Banyak ahli psikologi perkembangan yang sepaham denga konsep yang diajukan Vygotsky. Teorinya yang menjelaskan tentang potret perkembangan manusia sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial dan budaya. Ia menekankan bahwa proses-proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan pembelajaran dengan orang–orang yang ada di lingkungan sosialnya. Selain itu ia juga menekankan bagaimana anak-anak dibantu berkembang dengan bimbingan dari orang-orang yang sudah terampil di dalam bidang-bidang tersebut.
Jalan pikiran seseorang dapat dimengerti dengan cara menelusuri asal usul tindakan sadarnya dari interaksi sosial (aktivitas dan bahasa yang digunakan) yang dilatari sejarah hidupnya. Peningkatan fungsi-fungsi mental bukan berasal dari individu itu sendiri melainkan berasal dari kehidupan sosial atau kelompoknya.
Kondisi sosial sebagai tempat penyebaran dan pertukaran pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai sosial budaya. Anak-anak memperoleh berbagai pengetahuan dan keterampilan melalui interaksi sehari-hari baik lingkungan sekolah maupun keluarganya secara aktif. Perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif sesuai dengan teori sosiogenesis yaitu kesadaran berinteraksi dengan lingkungan dimensi sosial yang bersifat primer dan demensi individual bersifat derivatif atau turunan dan sekunder, sehingga teori belajar Vygotsky disebut dengan pendekatan Co-Konstruktivisme artinya perkembangan kognitif seseorang disamping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga ditentukan oleh lingkungan sosial yang aktif pula.
Menurut Vygotsky perkembangan kognisi seorang anak dapat terjadi melalui kolaborasi antar anggota dari satu generasi keluarga dengan yang lainnya. Perkembangan anak terjadi dalam budaya dan terus berkembang sepanjang hidupnya dengan berkolaborasi dengan yang lain. Dari perspektif ini para penganut aliran sosiokultural berpendapat bahwa sangatlah tidak mungkin menilai seseorang tanpa mempertimbangkan orang-orang penting di lingkungannya.
Banyak ahli psikologi perkembangan yang sepaham denga konsep yang diajukan Vygotsky. Teorinya yang menjelaskan tentang potret perkembangan manusia sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial dan budaya. Ia menekankan bahwa proses-proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan pembelajaran dengan orang–orang yang ada di lingkungan sosialnya. Selain itu ia juga menekankan bagaimana anak-anak dibantu berkembang dengan bimbingan dari orang-orang yang sudah terampil di dalam bidang-bidang tersebut.
B. KONSEP
TEORI SOSIO-KULTURAL
Ada 3 konsep penting dalam teori sosiogenesis Vygotsky tentang perkembangan kognitif sesuai dengan revolusi sosiokoltural dalam teori belajar dan pembelajaran yaitu genetic law of development, zona of proximal development dan mediasi.
a.Hukum genetik tentang perkembangan (genetic law of development)
Menurut Vygotsky, setiap kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang melewati dua tataran, yaitu interpsikologis atau intermental dan intrapsikologis atau intramental. Pandangan teori ini menempatkan intermental atau lingkungan sosial sebagai faktor primer dan konstitutif terhadap pembentukan pengetahuan serta perkembangan kognitif seseorang. Sedangkan fungsi intramental dipandang sebagai derivasi atau keturunan yang tumbuh atau terbentuk melalui penguasaan dan internalisasi terhadap proses-proses sosial tersebut.
b.Zona perkembangan proksimal (zone of proximal development)
Vygotsky membagi perkembangan proksimal (zone of proximal development) ke dalam dua tingkat:
(1) Tingkat perkembangan aktual yang tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan berbagai masalah secara mandiri (intramental).
(2) Tingkat perkembangan potensial tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas dan memecahkan masalah ketika dibawah bimbingan orang dewasa atau ketika berkolaborasi dengan teman sebaya yang lebih kompeten (intermental).
Jarak antara keduanya, yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial ini disebut zona perkembangan proksimal. Zona perkembangan proksimal diartikan sebagai fungsi-fungsi atau kemampuan-kemampuan yang belum matang yang masih berada dalam proses pematangan.
c.Mediasi
Menurut Vygotsky, semua perbuatan atau proses psikologis yang khas manusiawi dimediasikan dengan psychologis tools atau alat-alat psikologis berupa bahasa, tanda dan lambang, atau semiotika.
Ada dua jenis mediasi, yaitu:
(1) Mediasi metakognitif adalah penggunaan alat-alat semiotik yang bertujuan untuk melakukan self- regulation yang meliputi: self planning, self monitoring, self checking, dan self evaluating. Mediasi metakognitif ini berkembang dalam komunikasi antar pribadi.
(2) Mediasi kognitif adalah penggunaan alat-alat kognitif untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan pengetahuan tertentu atau subject-domain problem. Mediasi kognitif bisa berkaitan dengan konsep spontan (yang bisa salah) dan konsep ilmiah (yang lebih terjamin kebenarannya).
Ada 3 konsep penting dalam teori sosiogenesis Vygotsky tentang perkembangan kognitif sesuai dengan revolusi sosiokoltural dalam teori belajar dan pembelajaran yaitu genetic law of development, zona of proximal development dan mediasi.
a.Hukum genetik tentang perkembangan (genetic law of development)
Menurut Vygotsky, setiap kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang melewati dua tataran, yaitu interpsikologis atau intermental dan intrapsikologis atau intramental. Pandangan teori ini menempatkan intermental atau lingkungan sosial sebagai faktor primer dan konstitutif terhadap pembentukan pengetahuan serta perkembangan kognitif seseorang. Sedangkan fungsi intramental dipandang sebagai derivasi atau keturunan yang tumbuh atau terbentuk melalui penguasaan dan internalisasi terhadap proses-proses sosial tersebut.
b.Zona perkembangan proksimal (zone of proximal development)
Vygotsky membagi perkembangan proksimal (zone of proximal development) ke dalam dua tingkat:
(1) Tingkat perkembangan aktual yang tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan berbagai masalah secara mandiri (intramental).
(2) Tingkat perkembangan potensial tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas dan memecahkan masalah ketika dibawah bimbingan orang dewasa atau ketika berkolaborasi dengan teman sebaya yang lebih kompeten (intermental).
Jarak antara keduanya, yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial ini disebut zona perkembangan proksimal. Zona perkembangan proksimal diartikan sebagai fungsi-fungsi atau kemampuan-kemampuan yang belum matang yang masih berada dalam proses pematangan.
c.Mediasi
Menurut Vygotsky, semua perbuatan atau proses psikologis yang khas manusiawi dimediasikan dengan psychologis tools atau alat-alat psikologis berupa bahasa, tanda dan lambang, atau semiotika.
Ada dua jenis mediasi, yaitu:
(1) Mediasi metakognitif adalah penggunaan alat-alat semiotik yang bertujuan untuk melakukan self- regulation yang meliputi: self planning, self monitoring, self checking, dan self evaluating. Mediasi metakognitif ini berkembang dalam komunikasi antar pribadi.
(2) Mediasi kognitif adalah penggunaan alat-alat kognitif untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan pengetahuan tertentu atau subject-domain problem. Mediasi kognitif bisa berkaitan dengan konsep spontan (yang bisa salah) dan konsep ilmiah (yang lebih terjamin kebenarannya).
C.
PENGARUH SOSIO-KULTURAL PADA PERKEMBANGAN KOGNISI
a.Pengaruh sosial pada perkembangan kognisi
Menurut Vygotsky, anak adalah seorang eksplorer yang mempunyai rasa ingin tahu tinggi, sangat aktif dalam pembelajaran, selalu ingin menemukan sendiri, dan mengembangkan pemahaman baru. Namun demikian Vygostky lebih menekankan pada kontribusi sosial dalam proses perkembangan dan tidak melihat peranan besar dalam penemuan sendiri. Perkembangan pertama dalam lingkup sosial muncul dalam individu sebagai kategori interpsikological dan kemudian pada anak sebagai kategori intrapsikologikal. Contohnya adalah voluntary attention (perhatian otomatis), logical memory (memori logis), pembentukan konsep, dan perkembangan kemampuan memilih.
Vygostky berpendapat bahwa, pembelajaran pada anak terjadi melalui interaksi sosial dengan tutor yang lebih berpengalaman, Tutor ini menjadi model dalam berperilaku atau menyediakan instruksi verbal untuk anak. Model inilah yang disebut dengan dialog kooperatif atau kolaboratif. Anak mencari pemahaman perilaku atau instruksi dari tutor, menginternalisasi informasi dan menggunakannya untuk memformulasikan perilaku mereka.
b.Pengaruh Budaya pada perkembangan kognisi
Vygotsky berpendapat bahwa perkembangan harus dilihat dari perspektif 4 tahap yang saling berhubungan dalam interaksi anak dengan lingkungan:
1) Perkembangan Ontogenic, adalah perkembangan individu sepanjang hayat, digunakan oleh hampir semua ahli psikologi dalam menganalisa perkembangan.
2) Perkembangan Microgenic, mengacu pada perubahan yang terjadi pada waktu yang relatif singkat, misalnya perubahan yang dapat dilihat pada saat anak memecahkan masalah penjumlahan pada setiap minggunya selama 11 minggu (Siegler & Jenkins, 1989).
3) Perkembangan Phylogenic adalah perubahan yang berskala evolusi, diukur dalam ribuan dan bahkan jutaan tahun. Vygostsky sendiri berpendapat bahwa untuk pemahaman sejarah spesies dapat memberikan masukan pada perkembangan anak.
4) Perkembangan Sociohistorical, mengacu pada perubahan yang terjadi pada budaya, kepercayaan, norma, dan teknologi.
a.Pengaruh sosial pada perkembangan kognisi
Menurut Vygotsky, anak adalah seorang eksplorer yang mempunyai rasa ingin tahu tinggi, sangat aktif dalam pembelajaran, selalu ingin menemukan sendiri, dan mengembangkan pemahaman baru. Namun demikian Vygostky lebih menekankan pada kontribusi sosial dalam proses perkembangan dan tidak melihat peranan besar dalam penemuan sendiri. Perkembangan pertama dalam lingkup sosial muncul dalam individu sebagai kategori interpsikological dan kemudian pada anak sebagai kategori intrapsikologikal. Contohnya adalah voluntary attention (perhatian otomatis), logical memory (memori logis), pembentukan konsep, dan perkembangan kemampuan memilih.
Vygostky berpendapat bahwa, pembelajaran pada anak terjadi melalui interaksi sosial dengan tutor yang lebih berpengalaman, Tutor ini menjadi model dalam berperilaku atau menyediakan instruksi verbal untuk anak. Model inilah yang disebut dengan dialog kooperatif atau kolaboratif. Anak mencari pemahaman perilaku atau instruksi dari tutor, menginternalisasi informasi dan menggunakannya untuk memformulasikan perilaku mereka.
b.Pengaruh Budaya pada perkembangan kognisi
Vygotsky berpendapat bahwa perkembangan harus dilihat dari perspektif 4 tahap yang saling berhubungan dalam interaksi anak dengan lingkungan:
1) Perkembangan Ontogenic, adalah perkembangan individu sepanjang hayat, digunakan oleh hampir semua ahli psikologi dalam menganalisa perkembangan.
2) Perkembangan Microgenic, mengacu pada perubahan yang terjadi pada waktu yang relatif singkat, misalnya perubahan yang dapat dilihat pada saat anak memecahkan masalah penjumlahan pada setiap minggunya selama 11 minggu (Siegler & Jenkins, 1989).
3) Perkembangan Phylogenic adalah perubahan yang berskala evolusi, diukur dalam ribuan dan bahkan jutaan tahun. Vygostsky sendiri berpendapat bahwa untuk pemahaman sejarah spesies dapat memberikan masukan pada perkembangan anak.
4) Perkembangan Sociohistorical, mengacu pada perubahan yang terjadi pada budaya, kepercayaan, norma, dan teknologi.
Dasar
terbentuknya teori belajar revolusi sosiokultural
Ada 2 tokoh yang mendasari
terbentuknya teori belajar revolusi sosiokultural :
2.1.1 Piaget
Piaget berpendapat bahwa belajar
ditentukan karena adanya karsa individu artinya pengetahuan berasal
dari individu. Siswa berinteraksi dengan lingkungan sosial yaitu teman
sebayanya dibanding orang-orang yang lebih dewasa. Penentu utama terjadinya
belajar adalah individu yang bersangkutan (siswa) sedangkan lingkungan sosial
menjadi faktor sekunder.
Keaktifan
siswa menjadi penentu utama dan jaminan kesuksesan belajar, sedangkan penataan
kondisi hanya sekedar memudahkan belajar. Perkembangan kognitif merupakan
proses genetik yang diikuti adaptasi biologis dengan lingkungan sehingga
terjadi ekuilibrasi. Untuk mencapai ekuilibrasi dibutuhkan proses adaptasi
(asimilasi dan akomodasi).
Pendekatan kognitif dalam belajar dan
pembelajaran yang ditokohi oleh Piaget yang kemudian berkembang dalam aliran
kontruktivistik juga masih dirasakan kelemahannya. Teori ini bila dicermati ada
beberapa aspek yang dipandang dapat menimbulkan implikasi kotraproduktif dalam
kegiatan pembelajaran, karena lebih mencerminkan idiologi individualisme dan
gaya belajar sokratik yang lazim dikaitkan dengan budaya barat. pendekatan ini
kurang sesuai denga tuntutan revolusi-sosiokultural yang berkembang akhir-akhir
ini.
2.1.2 Vygotsky
Jalan pikiran seseorang dapat
dimengerti dengan cara menelusuri asal usul tindakan sadarnya dari interaksi
sosial (aktivitas dan bahasa yang digunakan) yang dilatari sejarah hidupnya.
Peningkatan fungsi-fungsi mental bukan berasal dari individu itu sendiri
melainkan berasal dari kehidupan sosial atau kelompoknya. Kondisi sosial
sebagai tempat penyebaran dan pertukaran pengetahuan, keterampilan dan
nilai-nilai sosial budaya. Anak-anak memperoleh berbagai pengetahuan dan
keterampilan melalui interaksi sehari-hari baik lingkungan sekolah maupun
keluarganya secara aktif. Perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif sesuai
dengan teori sosiogenesis yaitu kesadaran berinteraksi dengan lingkungan
dimensi sosial yang bersifat primer dan demensi individual bersifat derivatif
atau turunan dan sekunder, sehingga teori belajar Vygotsky disebut dengan
pendekatan Co-Konstruktivisme artinya perkembangan kognitif seseorang disamping
ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga ditentukan oleh lingkungan
sosial yang aktif pula.
Menurut Vygotsky perkembangan kognisi seorang anak dapat terjadi melalui
kolaborasi antar anggota dari satu generasi keluarga dengan yang lainnya.
Perkembangan anak terjadi dalam budaya dan terus berkembang sepanjang hidupnya
dengan berkolaborasi dengan yang lain. Dari perspektif ini para penganut aliran
sosiokultural berpendapat bahwa sangatlah tidak mungkin menilai seseorang tanpa
mempertimbangkan orang-orang penting di lingkungannya. Banyak ahli psikologi
perkembangan yang sepaham dengan konsep yang diajukan Vygotsky. Teorinya yang
menjelaskan tentang potret perkembangan manusia sebagai sesuatu yang tidak
terpisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial dan budaya. Ia menekankan bahwa
proses-proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran
melibatkan pembelajaran dengan orang–orang yang ada di lingkungan sosialnya.
Selain itu ia juga menekankan bagaimana anak-anak dibantu berkembang dengan
bimbingan dari orang-orang yang sudah terampil di dalam bidang-bidang tersebut.
2.2
Konsep teori belajar revolusi sosiokultural
Ada 3 konsep penting dalam teori
sosiogenesis Vygotsky tentang perkembangan kognitif sesuai dengan revolusi
sosiokoltural dalam teori belajar dan pembelajaran yaitu genetic law of
development, zona of proximal development dan mediasi.
2.2.1 Hukum genetik tentang
perkembangan (genetic law of development).
Menurut Vygotsky, setiap
kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang melewati dua tataran, yaitu
interpsikologis atau intermental dan intrapsikologis atau intramental.
Pandangan teori ini menempatkan intermental atau lingkungan sosial sebagai
faktor primer dan konstitutif terhadap pembentukan pengetahuan serta
perkembangan kognitif seseorang. Sedangkan fungsi intramental dipandang sebagai
derivasi atau keturunan yang tumbuh atau terbentuk melalui penguasaan dan
internalisasi terhadap proses-proses sosial tersebut.
2.2.2 Zona perkembangan proksimal
(zone of proximal development)
Vygotsky membagi perkembangan
proksimal (zone of proximal development) ke dalam dua tingkat:
a.
Tingkat perkembangan aktual yang tampak dari kemampuan seseorang untuk
menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan berbagai masalah secara mandiri
(intramental).
b.
Tingkat perkembangan potensial tampak dari kemampuan seseorang untuk
menyelesaikan tugas-tugas dan memecahkan masalah ketika dibawah bimbingan orang
dewasa atau ketika berkolaborasi dengan teman sebaya yang lebih kompeten
(intermental).
Jarak antara keduanya, yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat
perkembangan potensial ini disebut zona perkembangan proksimal. Zona perkembangan
proksimal diartikan sebagai fungsi-fungsi atau kemampuan-kemampuan yang belum
matang yang masih berada dalam proses pematangan.
2.2.3 Mediasi
Menurut Vygotsky, kunci utama
untuk memahami proses-proses sosial dan psikologis adalah tanda-tanda atau
lambang-lambang yang berfungsi sebagai mediator. Tanda-tanda atau
lkambang-lambang tersebut merupakan produk dari lingkungan sosio-kultural di
mana seseorang berada. Semua perbuatan atau proses psikoogis yang khas
manusiawi dimediasikan dengan psychological tools atau
alat-alat psikologis berupa bahasa, tanda dan lambang, atau semiotika.
Dalam kegiatan pembelajaran, anak
dibimbing oleh orang dewasa atau oleh teman sebaya yang lebih kompeten untuk
memahami alat-alat semiotik ini. Anak mengalami proses internalisasi yang
selanjutnya alat-alat ini berfungsi sebagai mediator bagi roses-proses
psikologis lebih lanjut dalam diri anak. Mekanisme hubungan antara pendekatan
sosio-kultural dan fungsi-fungsi mental didasari oleh tema mediasi semiotik,
artinya tanda-tanda atau lambang-lambang beserta makna yang terkandung di
dalamnya berfungsi sebagai penghubung antara rasionalitas sosio-kultural
(intermental) dengan individu sebagai tempat berlangsungnya proses mental
(intramental) (Wertsc, 1990). Ada beberapa elemen yang dikemukakan oleh Bakhtin
untuk memperluas pendapat Vygotsky. Elemen-elemen tersebut terdiri dari ucapan,
bunyi suara, tipe percakapan sosial dan dialog, dimana seara kontekstual
elemen-elemen tersebut berada dalam batasan sejarah, kelembagaan, budaya dan
faktor-faktor individu.
Ada dua jenis mediasi, yaitu
mediasi metakognitif dan mediasi kognitif (Supratiknya,2002). Mediasi
metakognitif adalah penggunaan alat-alat semiotik yang bertujuan untuk
melakukan self-regulation atau regulasi diri, meliputi self-planning,self-monitoring,
self-checking, dan self-evaluating.
Mediai metakognitif ini berkembang dalam komunikasi antar pribadi. Selama
menajlani kegiatan bersama, orang dewasa atau teman sebaya yang lebih kompeten
biasa menggunakan alat-alat semiotik tertentu untuk membantu mengatur tingkah
laku anak. Selanjutnya anak akan menginternalisasikan alat-alat semiotik ini
untuk dijadikan sarana regulasi diri.
Mediasi kognitif adalah
penggunaan alat-alat kognitif untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan
pengetahuan tertentu atau subjeck-domain proble. Mediasi
kognitif bisa berkaitan dengan konsep spontan (yang bisa salah) dan konsep
ilmiah (yang lebih terjamin kebenarannya). Konsep-konsepilmiah yang berhasil
diinternalisasikan anak akan berfungsi sebagai mediator dalam pemecahan
masalah. Konsep-konsep ilmiah dapat berbentuk pengetahuan deklaratif (declara-tive
knowledge) yang kurang memadai untuk memecahkan berbagai persoalan, dan
pengetahuan prosedural (procedural knowledge) berupa metode atau strategi untuk
memecahkan masalah. Menurut Vygotsky, untuk membantu anak mengembangkan
pengetahuan yang sungguh-sungguh bermakna, dngan cara memadukan anatar
konsep-konsep dan prosedur melalui demonstrasi dan praktek.
Berdasarkan pada teori Vygotsky di atas, maka akan diperoleh keuntungan
jika:
a.
Anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan
proksimalnya atau potensinya melalui belajar dan berkembang.
b.
Pembelajaran perlu lebh dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensialnya dari
pada tingkat perkembangan aktualnya.
c.
Pembelajaran lebih diarahkan pada penggunaan strategi untuk mengembangkan
kemampuan intermentalnya dari kemampuan intermentalnya.
d.
Anak diberi kesempatan yang luas untuk mengitegrasikan pengetahuan deklaratif
yang telah dipelajarinya dengan pengetahuan prosedural yang dapat digunakan
untuk melakukan tugas-tugas dan memecahkan masalah.
e.
Proses belajar dan pembelajaran tidak sekedar bersifat trasferal tetapi lebih
merupakan kokonstruksi, yaitu suatu proses mengontruksi
pengetahuan atau makna baru secara bersama-sama antara semua pihak yang
terlibat didalamnya.
2.3 Kecerdasan Majemuk
" Konsep Kecerdasan Majemuk Menurut Gardner "
Teori kecerdasan majemuk (Multiple Intelligence atau MI) merupakan istilah
yang relatif baru yang dikenalkan oleh Howard Gardner. Jasmine (2007: 5)
menjelaskan bahwa “Teori tentang Kecerdasan Majemuk (KM) adalah salah satu
perkembangan paling penting dan paling menjanjikan dalam pendidikan dewasa
ini”. Teori KM didasarkan atas karya Howard Gardner, pakar psikologi
perkembangan, yang berupaya menciptakan teori baru tentang pengetahuan sebagai
bagian dari karyanya di Universitas Harvard. Gardner berkenaan dengan teori
tersebut, yaitu Frame of Mind (1983) menjelaskan ada delapan macam [sekarang
sembilan] kecerdasan manusia yang meliputi bahasa (linguistic), musik
(musical), logika-matematika (logical-mathematical), spasial (spatial),
kinestetis-tubuh (bodily-kinesthetic), intrapersonal (intrapersonal),
interpersonal (interpersonal), dan naturalis (naturalits). Berikut ini
dijelaskan secara ringkas satu persatu dari bentuk-bentuk kecerdasan yang
dimaksud oleh Gardner.
1) Kecerdasan Bahasa (Linguistic Intelligence)
Kecerdasan bahasa erat hubungannya dengan keterampilan orang dalam menguasai bahasa tulisan dan lisan. Shearer (2004: 4) menjelaskan bahwa “Ciri utama dari kecerdasan bahasa meliputi kemampuan menggunakan kata-kata secara efektif dalam membaca, menulis, dan berbicara. Keterampilan berbahasa penting sekali untuk memberikan berbagai penjelasan, deskripsi, dan ungkapan ekspresif”. Banyak orang dengan kecerdasan bahasa yang menonjol mempunyai kemampuan dalam bersyair, atau gaya menulis yang kaya ekspresi (Gardner, 2003). Gardner percaya para penyair dan penulis berbakat mempunyai pemahaman yang kuat tentang semantik (arti kata-kata), fonologi (bunyi bahasa), pragmatik (penggunaan bahasa), dan sintaksis (kaidah bahasa) dalam menggunakan kata-kata dan gagasan uniknya.
Komponen lain dari kecerdasan bahasa adalah memori lisan (verbal memory). Gardner (2003) menjelaskan bahwa “Kemampuan untuk mengingat informasi seperti daftar-daftar lisan yang panjang merupakan bentuk lain dari kecerdasan bahasa”. Oleh karena kekuatan memori lisan, maka mengingat dan mengulangi kata-kata yang panjang menjadi mudah bagi orang dengan kecerdasan bahasa yang menonjol. Bagi orang yang kuat memori lisannya maka gagasan mengalir dengan konstan hal ini disebabkan mereka mempunyai banyak kata-kata di dalam memori lisannya. Tanpa menghiraukan bagian khusus dari kekuatan memori lisan, penekanan terjadi baik pada bahasa tulis maupun bahasa lisan dalam kecerdasan bahasa (Gardner, 2003).
2) Kecerdasan Musik (Musical Intelligence)
Kecerdasan yang muncul lebih awal pada manusia dibanding kecerdasan lain adalah bakat musik. Shearer (2004 : 4) menjelaskan bahwa “Kecerdasan musikal meliputi kepekaan terhadap tangga nada, irama, dan warna bunyi (kualitas suara) serta aspek emosional akan bunyi yang berhubungan dengan bagian fungsional dari apresiasi musik, bernyanyi, dan memainkan alat musik”. Agar dapat dikatakan menonjol pada kecerdasan musik maka seseorang harus mempunyai kemampuan auditorial dengan baik (Gardner, 2003). Kemampuan auditorial tidak hanya menjadikan seseorang mampu mendengar dan merangkai musik saja, juga seseorang mampu mengingat pengalaman bermusik. Gardner (2003 : 102) juga menjelaskan bahwa “Kemampuan bermusik berhubungan dengan memori suara. Sekian persen dari apa yang didengar seseorang akan masuk dalam alam bawah sadarnya dan menjadi bagian pokok dari daya ingatnya”. Musik sering dimasukkan dalam ranah kecerdasan karena merupakan komponen memori. Pesinetron dan pengarang lagu adalah contoh orang-orang yang memiliki kecerdasan musik yang menonjol.
3) Kecerdasan Logika-Matematika (Logical-Mathematical Intelligence)
Bentuk lain dari kecerdasan manusia adalah kecerdasan logika-matematika. Shearer (2004: 4) menyatakan bahwa “Kecerdasan logika-matematika meliputi keterampilan berhitung juga berpikir logis dan keterampilan pemecahan masalah”. Matematikawan bukanlah satu-satunya ciri orang yang menonjol dalam kecerdasan logika-matematika. Siapapun yang dapat menunjukkan kemampuan berhitung dengan cepat, menaksir, melengkapi permasalahan aritmetika, memahami atau membuat alasan tentang hubungan-hubungan antar angka, menyelesaikan pola atau melengkapi irama bilangan, dan membaca penanggalan atau sistem notasi lain sudah merupakan ciri menonjol dari kecerdasan logika-matematika (Gardner, 2003).
4) Kecerdasan Visual-Spasial (Visual-Spatial Intelligence)
Kecerdasan ruang kadang-kadang disebut juga dengan kecerdasan visual-spasial. Kecerdasan ini meliputi kemampuan-kemampuan untuk merepresentasikan dunia melalui gambaran-gambaran mental dan ungkapan artistik (Shearer, 2004). Gardner (2003 : 173) mengakui bahwa “Pusat bagi kecerdasan ruang adalah kapasitas untuk merasakan dunia visual secara akurat, untuk melakukan transformasi dan modifikasi terhadap persepsi awal atas pengelihatan, dan mampu menciptakan kembali aspek dari pengalaman visual, bahkan sampai pada ketidakhadiran dari stimulus fisik yang berhubungan dengan pengalaman visualnya”. Ada banyak profesi atau ciri orang yang memerlukan kecerdasan ruang seperti, seorang pelaut memerlukan kemampuan untuk mengemudikan perahunya dengan bantuan peta; seorang arsitek dapat memanfaatkan sepetak ruang untuk membuat bangunan, dan seorang gelandang harus mampu memperkirakan seberapa jauh penyerang dapat menerima operan bola (Checkley, 1997). Kecerdasan visual-spasial berhubungan dengan objek dan ruang yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
5) Kecerdasan Kinestetik-Tubuh (Bodily-Kinesthetic Intelligence)
Suatu kecerdasan yang sangat aktif yang dianugrahkan pada manusia adalah kecerdasan kinestetik-tubuh. Shearer (2004: 5) menjelaskan bahwa “Kecerdasan kinestetik menyoroti kemampuan untuk menggunakan seluruh badan (atau bagian dari badan) dalam membedakan berbagai cara baik untuk ekspresi gerak (tarian, akting) maupun aktivitas bertujuan (atletik)”. Penari dan perenang merupakan contoh dalam mengembangkan penguasaan gerak badan mereka sesuai gerakan khusus. Ada juga kemampuan menggerakkan objek dengan gerakan kompleks, seperti pemain basebal dan pemain musik. Semua orang dengan kecerdasan kinestetik-tubuh yang menonjol mampu menggunakan otot-ototnya untuk mengendalikan gerak badannya, memiliki koordinasi tangan-mata, dan mampu menggerakkan objek untuk melengkapi sejumlah gerak kompleks atau mengatur sebuah pesan (Gardner, 1983).
6) Kecerdasan Intrapersonal (Intrapersonal Intelligence)
Ada dua kecerdasan yang berhubungan dengan perasaan diri sendiri. Pertama kecerdasan pribadi yang berhubungan dengan aspek internal dari seseorang. Hal itu disebut dengan kecerdasan intrapersonal. Shearer (2004: 6) menjelaskan bahwa “Fungsi penting dari kecerdasan intrapersonal ialah meliputi penilaian-diri yang akurat, penentuan tujuan, memahami-diri atau instropeksi, dan mengatur emosi diri. Jika seseorang sudah memiliki kecerdasan intrapersonal yang kuat maka ia mampu memahami dirinya sebagai pribadi, apakah menyangkut potensi dirinya, bagaimana ia mereaksi terhadap berbagai hal, dan apa yang menjadi cita-citanya (Checkley, 1997). Dengan kecerdasan intrapersonal yang baik diharapkan setiap orang mampu membuat keputusan dan menentukan perilakunya tanpa harus selalu diarahkan dari orang lain.
7) Kecerdasan Interpesonal (Interpersonal Intelligence)
Kecerdasan kedua yang berhubungan dengan orang dan pemahaman terhadap diri sendiri merupakan hubungan interpersonal. Kecerdasan interpersonal, sebagai sisi lain dari kecerdasan intrapersonal, sangat berhubungan dengan kemampuan untuk memahami orang lain. Shearer (2004: 6) menyatakan bahwa “Kecerdasan interpersonal mendorong keberhasilan seseorang dalam mengatur hubungan antar individu. Dua keterampilan pokok itu merupakan kemampuan untuk mengenali dan menerima perbedaan antar individu dan kemampuan untuk mengenali emosi, suasana hati, perspektif, dan motivasi orang”. Contoh profesi yang pekerjaan sehari-harinya berhadapan dengan orang, seperti guru, dokter, polisi, atau pedagang perlu lebih trampil dalam kecerdasan interpersonal supaya lebih berhasil di tempat kerja (Checkley, 1997). Namun hal itu jauh lebih sulit bagi beberapa orang yang bekerja bersama orang lain di mana mereka tidak bisa memahami atau dengan siapa mereka tidak bisa berhubungan.
8) Kecerdasan Naturalis (Naturalist Intelligence)
Lama sekali setelah Gardner menulis bukunya, Frames of Mind, ia menemukan bentuk kecerdasan yang lain. Bentuk kecerdasan kedelapan yang dimaksud oleh Gardner adalah kecerdasan naturalis. Shearer (2004: 6) menjelaskan bahwa “Orang yang menonjol dalam kecerdasan naturalis menunjukkan rasa empati, pengenalan, dan pemahaman tentang kehidupan dan alam (tanaman, hewan, geologi)”. Ada banyak bidang pekerjaan yang menghendaki bakat naturalis, seperti petani, ilmuwan, ahli tanah, dan orang yang berciri khas mengamati perilaku alam (Shearer, 2004). Walaupun ada banyak bidang pekerjaan yang memerlukan kekuatan kecerdasan naturalis, banyak orang dapat memiliki kekuatan kecerdasan naturalis dengan pemahaman sederhana dan memahami hakikat alam.
Sejak buku Gardner diterbitkan tahun 1983, para pendidik telah mendiskusikan dengan antusias cara mempertimbangkan pengunaan berbagai KM di dalam kelas (Osburg, 1995). Dengan mengadopsi penggunaan dari KM di dalam kelas, dan guru memiliki perspektif KM pada materi pelajaran, maka guru dapat melihat adanya satu perbedaan dalam gaya mengajar mereka, kurikulum sebagai suatu keseluruhan, dan organisasi kelas (Shearer, 2004). Ketika guru dapat benar-benar memandang perbedaan dalam intelektual manusia, mereka akan mempunyai cara-cara efektif untuk mendidik para siswa di dalam kelas (Gardner, 2003). Menggunakan KM dalam pembelajaran merupakan satu alat efektif yang dapat membantu mencapai tujuan pendidikan (Hopper dan Hurray, 2000). Karena ada delapan kompetensi intelektual di dalam otak, maka guru dapat menyertakan beberapa cara baru dan berbeda tentang pendekatan tugas yang menggunakan satu atau lebih dari kombinasi KM.
http://www.talentcoach.co.id/talent_coach.php?tc=detail_artikel&kd_artikel=5
1) Kecerdasan Bahasa (Linguistic Intelligence)
Kecerdasan bahasa erat hubungannya dengan keterampilan orang dalam menguasai bahasa tulisan dan lisan. Shearer (2004: 4) menjelaskan bahwa “Ciri utama dari kecerdasan bahasa meliputi kemampuan menggunakan kata-kata secara efektif dalam membaca, menulis, dan berbicara. Keterampilan berbahasa penting sekali untuk memberikan berbagai penjelasan, deskripsi, dan ungkapan ekspresif”. Banyak orang dengan kecerdasan bahasa yang menonjol mempunyai kemampuan dalam bersyair, atau gaya menulis yang kaya ekspresi (Gardner, 2003). Gardner percaya para penyair dan penulis berbakat mempunyai pemahaman yang kuat tentang semantik (arti kata-kata), fonologi (bunyi bahasa), pragmatik (penggunaan bahasa), dan sintaksis (kaidah bahasa) dalam menggunakan kata-kata dan gagasan uniknya.
Komponen lain dari kecerdasan bahasa adalah memori lisan (verbal memory). Gardner (2003) menjelaskan bahwa “Kemampuan untuk mengingat informasi seperti daftar-daftar lisan yang panjang merupakan bentuk lain dari kecerdasan bahasa”. Oleh karena kekuatan memori lisan, maka mengingat dan mengulangi kata-kata yang panjang menjadi mudah bagi orang dengan kecerdasan bahasa yang menonjol. Bagi orang yang kuat memori lisannya maka gagasan mengalir dengan konstan hal ini disebabkan mereka mempunyai banyak kata-kata di dalam memori lisannya. Tanpa menghiraukan bagian khusus dari kekuatan memori lisan, penekanan terjadi baik pada bahasa tulis maupun bahasa lisan dalam kecerdasan bahasa (Gardner, 2003).
2) Kecerdasan Musik (Musical Intelligence)
Kecerdasan yang muncul lebih awal pada manusia dibanding kecerdasan lain adalah bakat musik. Shearer (2004 : 4) menjelaskan bahwa “Kecerdasan musikal meliputi kepekaan terhadap tangga nada, irama, dan warna bunyi (kualitas suara) serta aspek emosional akan bunyi yang berhubungan dengan bagian fungsional dari apresiasi musik, bernyanyi, dan memainkan alat musik”. Agar dapat dikatakan menonjol pada kecerdasan musik maka seseorang harus mempunyai kemampuan auditorial dengan baik (Gardner, 2003). Kemampuan auditorial tidak hanya menjadikan seseorang mampu mendengar dan merangkai musik saja, juga seseorang mampu mengingat pengalaman bermusik. Gardner (2003 : 102) juga menjelaskan bahwa “Kemampuan bermusik berhubungan dengan memori suara. Sekian persen dari apa yang didengar seseorang akan masuk dalam alam bawah sadarnya dan menjadi bagian pokok dari daya ingatnya”. Musik sering dimasukkan dalam ranah kecerdasan karena merupakan komponen memori. Pesinetron dan pengarang lagu adalah contoh orang-orang yang memiliki kecerdasan musik yang menonjol.
3) Kecerdasan Logika-Matematika (Logical-Mathematical Intelligence)
Bentuk lain dari kecerdasan manusia adalah kecerdasan logika-matematika. Shearer (2004: 4) menyatakan bahwa “Kecerdasan logika-matematika meliputi keterampilan berhitung juga berpikir logis dan keterampilan pemecahan masalah”. Matematikawan bukanlah satu-satunya ciri orang yang menonjol dalam kecerdasan logika-matematika. Siapapun yang dapat menunjukkan kemampuan berhitung dengan cepat, menaksir, melengkapi permasalahan aritmetika, memahami atau membuat alasan tentang hubungan-hubungan antar angka, menyelesaikan pola atau melengkapi irama bilangan, dan membaca penanggalan atau sistem notasi lain sudah merupakan ciri menonjol dari kecerdasan logika-matematika (Gardner, 2003).
4) Kecerdasan Visual-Spasial (Visual-Spatial Intelligence)
Kecerdasan ruang kadang-kadang disebut juga dengan kecerdasan visual-spasial. Kecerdasan ini meliputi kemampuan-kemampuan untuk merepresentasikan dunia melalui gambaran-gambaran mental dan ungkapan artistik (Shearer, 2004). Gardner (2003 : 173) mengakui bahwa “Pusat bagi kecerdasan ruang adalah kapasitas untuk merasakan dunia visual secara akurat, untuk melakukan transformasi dan modifikasi terhadap persepsi awal atas pengelihatan, dan mampu menciptakan kembali aspek dari pengalaman visual, bahkan sampai pada ketidakhadiran dari stimulus fisik yang berhubungan dengan pengalaman visualnya”. Ada banyak profesi atau ciri orang yang memerlukan kecerdasan ruang seperti, seorang pelaut memerlukan kemampuan untuk mengemudikan perahunya dengan bantuan peta; seorang arsitek dapat memanfaatkan sepetak ruang untuk membuat bangunan, dan seorang gelandang harus mampu memperkirakan seberapa jauh penyerang dapat menerima operan bola (Checkley, 1997). Kecerdasan visual-spasial berhubungan dengan objek dan ruang yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
5) Kecerdasan Kinestetik-Tubuh (Bodily-Kinesthetic Intelligence)
Suatu kecerdasan yang sangat aktif yang dianugrahkan pada manusia adalah kecerdasan kinestetik-tubuh. Shearer (2004: 5) menjelaskan bahwa “Kecerdasan kinestetik menyoroti kemampuan untuk menggunakan seluruh badan (atau bagian dari badan) dalam membedakan berbagai cara baik untuk ekspresi gerak (tarian, akting) maupun aktivitas bertujuan (atletik)”. Penari dan perenang merupakan contoh dalam mengembangkan penguasaan gerak badan mereka sesuai gerakan khusus. Ada juga kemampuan menggerakkan objek dengan gerakan kompleks, seperti pemain basebal dan pemain musik. Semua orang dengan kecerdasan kinestetik-tubuh yang menonjol mampu menggunakan otot-ototnya untuk mengendalikan gerak badannya, memiliki koordinasi tangan-mata, dan mampu menggerakkan objek untuk melengkapi sejumlah gerak kompleks atau mengatur sebuah pesan (Gardner, 1983).
6) Kecerdasan Intrapersonal (Intrapersonal Intelligence)
Ada dua kecerdasan yang berhubungan dengan perasaan diri sendiri. Pertama kecerdasan pribadi yang berhubungan dengan aspek internal dari seseorang. Hal itu disebut dengan kecerdasan intrapersonal. Shearer (2004: 6) menjelaskan bahwa “Fungsi penting dari kecerdasan intrapersonal ialah meliputi penilaian-diri yang akurat, penentuan tujuan, memahami-diri atau instropeksi, dan mengatur emosi diri. Jika seseorang sudah memiliki kecerdasan intrapersonal yang kuat maka ia mampu memahami dirinya sebagai pribadi, apakah menyangkut potensi dirinya, bagaimana ia mereaksi terhadap berbagai hal, dan apa yang menjadi cita-citanya (Checkley, 1997). Dengan kecerdasan intrapersonal yang baik diharapkan setiap orang mampu membuat keputusan dan menentukan perilakunya tanpa harus selalu diarahkan dari orang lain.
7) Kecerdasan Interpesonal (Interpersonal Intelligence)
Kecerdasan kedua yang berhubungan dengan orang dan pemahaman terhadap diri sendiri merupakan hubungan interpersonal. Kecerdasan interpersonal, sebagai sisi lain dari kecerdasan intrapersonal, sangat berhubungan dengan kemampuan untuk memahami orang lain. Shearer (2004: 6) menyatakan bahwa “Kecerdasan interpersonal mendorong keberhasilan seseorang dalam mengatur hubungan antar individu. Dua keterampilan pokok itu merupakan kemampuan untuk mengenali dan menerima perbedaan antar individu dan kemampuan untuk mengenali emosi, suasana hati, perspektif, dan motivasi orang”. Contoh profesi yang pekerjaan sehari-harinya berhadapan dengan orang, seperti guru, dokter, polisi, atau pedagang perlu lebih trampil dalam kecerdasan interpersonal supaya lebih berhasil di tempat kerja (Checkley, 1997). Namun hal itu jauh lebih sulit bagi beberapa orang yang bekerja bersama orang lain di mana mereka tidak bisa memahami atau dengan siapa mereka tidak bisa berhubungan.
8) Kecerdasan Naturalis (Naturalist Intelligence)
Lama sekali setelah Gardner menulis bukunya, Frames of Mind, ia menemukan bentuk kecerdasan yang lain. Bentuk kecerdasan kedelapan yang dimaksud oleh Gardner adalah kecerdasan naturalis. Shearer (2004: 6) menjelaskan bahwa “Orang yang menonjol dalam kecerdasan naturalis menunjukkan rasa empati, pengenalan, dan pemahaman tentang kehidupan dan alam (tanaman, hewan, geologi)”. Ada banyak bidang pekerjaan yang menghendaki bakat naturalis, seperti petani, ilmuwan, ahli tanah, dan orang yang berciri khas mengamati perilaku alam (Shearer, 2004). Walaupun ada banyak bidang pekerjaan yang memerlukan kekuatan kecerdasan naturalis, banyak orang dapat memiliki kekuatan kecerdasan naturalis dengan pemahaman sederhana dan memahami hakikat alam.
Sejak buku Gardner diterbitkan tahun 1983, para pendidik telah mendiskusikan dengan antusias cara mempertimbangkan pengunaan berbagai KM di dalam kelas (Osburg, 1995). Dengan mengadopsi penggunaan dari KM di dalam kelas, dan guru memiliki perspektif KM pada materi pelajaran, maka guru dapat melihat adanya satu perbedaan dalam gaya mengajar mereka, kurikulum sebagai suatu keseluruhan, dan organisasi kelas (Shearer, 2004). Ketika guru dapat benar-benar memandang perbedaan dalam intelektual manusia, mereka akan mempunyai cara-cara efektif untuk mendidik para siswa di dalam kelas (Gardner, 2003). Menggunakan KM dalam pembelajaran merupakan satu alat efektif yang dapat membantu mencapai tujuan pendidikan (Hopper dan Hurray, 2000). Karena ada delapan kompetensi intelektual di dalam otak, maka guru dapat menyertakan beberapa cara baru dan berbeda tentang pendekatan tugas yang menggunakan satu atau lebih dari kombinasi KM.
http://www.talentcoach.co.id/talent_coach.php?tc=detail_artikel&kd_artikel=5
2.4 Pengertian,Teori belajar menurut Para Ahli
1. Menurut Bruner
Teori pembelajaran adalah preskriptif dan teori belajar adalah deskriptif. Preskriptif karena tujuan utama teori pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal, sedangkan deskriptif karena tujuan utama teori belajar adalah menjelaskan proses belajar.
2. Menurut Reigeluth
Teori preskriptif adalah goal oriented, sedangkan teori deskriptif adalah goal free. Maksudnya adalah bahwa teori pembelajaran preskriptif dimaksudkan untuk mencapai tujuan, sedangkan teori pembelajaran deskriptif dimaksudkan untk memberikan hasil.
Teori pembelajaran adalah preskriptif dan teori belajar adalah deskriptif. Preskriptif karena tujuan utama teori pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal, sedangkan deskriptif karena tujuan utama teori belajar adalah menjelaskan proses belajar.
2. Menurut Reigeluth
Teori preskriptif adalah goal oriented, sedangkan teori deskriptif adalah goal free. Maksudnya adalah bahwa teori pembelajaran preskriptif dimaksudkan untuk mencapai tujuan, sedangkan teori pembelajaran deskriptif dimaksudkan untk memberikan hasil.
Pembedaan teori belajar
(deskriptif) dan pembelajaran (preskriptif) dikembangkan oleh Bruner,
lebih lanjut oleh Reigeluth (1983), Gropper (1983), dan Landa (1983).
Menurut Reigeluth (Degeng, 1990) teori-teori dan prinsip pembelajaran yang deskriptif menempatkan variabel kondisi dan metode pembelajaran sebagai givens dan memberikan hasil pembelajaran sebagai variabel yang diamati. Dengan kata lain kondisi dan metode pembelajaran sebagai variabel bebas dan hasil pembelajaran sebagai variabel tergantung.
Menurut Reigeluth (Degeng, 1990) teori-teori dan prinsip pembelajaran yang deskriptif menempatkan variabel kondisi dan metode pembelajaran sebagai givens dan memberikan hasil pembelajaran sebagai variabel yang diamati. Dengan kata lain kondisi dan metode pembelajaran sebagai variabel bebas dan hasil pembelajaran sebagai variabel tergantung.
Sebaliknya dalam teori-teori dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
preskriptif menempatkan kondisi dan hasil sebagai givens sedangkan metode yang
optimal ditetapkan sebagai variabel yang bisa diamati. Jadi metode
pembelajaran sebagai variabel tergantung. Menurut Reigeluth bahwa Teori
preskriptif adalah goal oriented, sedangkan teori deskriptif adalah goal free
(Budiningsih, 2005: 11). Artinya teori pembelajaran
preskriptif adalah untuk mencapai tujuan, sedangkan teori pembelajaran
deskriptif dimaksudkan untuk memerikan hasil.
Bruner (Budiningsih, 2005: 11)
mengemukakan bahwa teori pembelajaran adalah perspektif dan teori belajar
adalah deskriptif. Perspektif karena tujuan utama teori pembelajaran adalah
menetapkan metode pembelajaran yang optimal, sedangkan teori belajar bersifat
deskritif karena tujuan utama teori belajar adalah menjelaskan proses belajar.
Teori belajar menaruh perhatian pada hubungan aantara variable-variabel yang
menentukan hasil belajar. Sedangkan teori pembelajaran sebaliknya teori ini
menaruh perhatian pada bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain agar terjadi
proses belajar. Dengan kata lain teori pembelajaran berurusan dengan upaya
mengontrol variable yang dispesifikasikan dalam teori belajar agar dapat
memudahkan belajar. Dengan kata lain, kondisi dan metode pembelajaran
sebagai variable bebas dan hasil pembelajaran sebagai variable
tergantung. Maksudnya adalah bahwa teori pembelajaran perspektif
dimaksudkan untuk mencapai tujuan, sedangkan teori belajar deskriptif
dimaksudkan untuk memberikan hasil. Itulah sebabnya variable yang diamati dalam
mengembangkan teori belajar yang perspektif adalah metode yang optimal untuk
mencapai tujuan, sedangkan dalam pengembangan teori pem,belajaran deskriptif,
variable yang diamati adalah hasil belajar sebagai akibat dari interaksi antara
metode dan kondisi. Dengan kata lain teori pembelajaran mengungkapkan hubungan
antara kegiatan pembelajaran dengan proses psikologis dalam diri siswa,
sedangkan teori belajar mengungkapkan hubungan antara kegiatan siswa dengan
proses psikologi dalam diri siswa.
Teori pembelajaran harus memasukkan variable metode pembelajaran.
Bila tidak, maka teori itu bukanlah teori pembelajaran. Hal ini penting sebab
banyak yang terjadi apa yang dianggap sebagai teori pembelajaran yang
sebenarnya adalah teori belajar. Teori pembelajaran selalu menyebutkan metode
pembelajaran sedangkan teori belajar sama sekali tidak berurusan dengan metode
pembelajaran.
2.5 Kelebihan dan Kekurangan
C. Kelebihan Dan Kekurangan
Teori Belajar Deskriptif Dan Prespektif
- kelebihan teori belajar deskriptif yaitu lebih terkonsep sehingga siswa lebih memahami materi yang akan disampaikan.mendorong siswa untuk mencari sumber pengetahuan sebanyak-banyaknya dalam mengerjakan suatu tugas.
- Kekuragan teori belajar deskiptif yaitu kurang memperhatikan sisi psikologis siswa dalam mendalami suatu materi.
- Kelebihan teori belajar prespektif yaitu lebih sistematis sehingga memiliki arah dan tujuan yang jelas. banyak member motivasi agar terjadi proses belajar mengoptimalisasikan kerja otak secara maksimal.
- Kekurangan teori belajar prespektif yaitu membutuhkan waktu cukup lama.
E. KELEBIHAN
DAN KEKURANGAN TEORI SOSIO-KULTURAL
Berdasarkan teori Vygotsky akan diperoleh beberapa keuntungan:
1.Anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan proximalnya atau potensinya melalui belajar dan berkembang;
2.Pembelajaran perlu lebih dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensialnya daripada tingkat perkembangan aktualnya;
3.Pembelajaran lebih diarahkan pada penggunaan strategi untuk mengembangkan kemampuan intermentalnya daripada kemampuan intramental;
4.Anak diberi kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan pengetahuan deklaratif yang telah dipelajarinya dengan pengetahuan prosedural yang dapat dilakukan untuk tugas-tugas atau pemecahan masalah;
5.Proses belajar dan pembelajaran tidak bersifat transferal tetapi lebih merupakan kokonstruksi, yaitu proses mengkonstruksi pengetahuan atau makna baru secara bersama-sama antara semua pihak yang terlibat di dalamnya.Kelemahan dari teori sosio-kultural yaitu terbatas pada perilaku yang tampak, proses-proses belajar yang kurang tampak seperti pembentukan konsep, belajar dari berbagai sumber belajar, pemecahan masalah dan kemampuan berpikir sukar diamati secara langsung oleh karena itu diteliti oleh para teoriwan perilaku.
Berdasarkan teori Vygotsky akan diperoleh beberapa keuntungan:
1.Anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan proximalnya atau potensinya melalui belajar dan berkembang;
2.Pembelajaran perlu lebih dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensialnya daripada tingkat perkembangan aktualnya;
3.Pembelajaran lebih diarahkan pada penggunaan strategi untuk mengembangkan kemampuan intermentalnya daripada kemampuan intramental;
4.Anak diberi kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan pengetahuan deklaratif yang telah dipelajarinya dengan pengetahuan prosedural yang dapat dilakukan untuk tugas-tugas atau pemecahan masalah;
5.Proses belajar dan pembelajaran tidak bersifat transferal tetapi lebih merupakan kokonstruksi, yaitu proses mengkonstruksi pengetahuan atau makna baru secara bersama-sama antara semua pihak yang terlibat di dalamnya.Kelemahan dari teori sosio-kultural yaitu terbatas pada perilaku yang tampak, proses-proses belajar yang kurang tampak seperti pembentukan konsep, belajar dari berbagai sumber belajar, pemecahan masalah dan kemampuan berpikir sukar diamati secara langsung oleh karena itu diteliti oleh para teoriwan perilaku.
Kelebihan dan kekurangan teori belajar revolusi
sosiokultural
Berdasarkan teori Vygotsky akan
diperoleh beberapa keuntungan:
Anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan
proximalnya atau potensinya melalui belajar dan berkembang;
Pembelajaran perlu lebih dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensialnya
daripada tingkat perkembangan aktualnya;
Pembelajaran lebih diarahkan pada penggunaan strategi untuk mengembangkan
kemampuan intermentalnya daripada kemampuan intramental;
Anak diberi kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan pengetahuan deklaratif
yang telah dipelajarinya dengan pengetahuan prosedural yang dapat dilakukan
untuk tugas-tugas atau pemecahan masalah;
Proses belajar dan pembelajaran tidak bersifat transferal tetapi lebih
merupakan kokonstruksi, yaitu proses mengkonstruksi pengetahuan atau makna baru
secara bersama-sama antara semua pihak yang terlibat di dalamnya.
Kelemahan dari teori belajar
revolusi sosiokultural yaitu terbatas pada perilaku yang tampak, proses-proses
belajar yang kurang tampak seperti pembentukan konsep, belajar dari berbagai
sumber belajar, pemecahan masalah dan kemampuan berpikir sukar diamati secara
langsung oleh karena itu diteliti oleh para teoriwan perilaku.
Kekurangan Dan Kelebihan Teori Humanistik
1. Kelebihan:
a.Bersifat pembentukan kepribadian,hati nurani,perubahan sikap,analisis
terhadapfenomena
social.
b.Siswa merasa senang,berinisiatif dalam belajar.
c.Guru menerima siswa apa adanya,memahami jalan pikiran siswa.
2. Kekurangan:
a.Bersifat individual.
b.Proses belajar tidak akan berhasil jika tidak ada motivasi dan lingkungan
yangmendukung.
c.Sulit diterapkan dalam konteks yang lebih praktis
· Kelemahan dan Kelebihan Teori Belajar Humanistik
Kekurangan :
Peserta didik kesulitan dalam mengenal diri dan potensi-potensi yang ada
pada diri mereka.
Kelebihan
Dalam pembelajaran pada teori ini, siswa dituntut untuk berusaha agar
lambat laun mampu
mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya.
Selain itu Teori humanistik mempunyai pengaruh yang signifikan pada ilmu
psikologi dan
budaya populer. Sekarang ini banyak psikolog yang menerima gagasan ini
ketika teori
tersebut membahas tentang kepribadian, pengalaman subjektif manusia
mempunyai bobot
yang lebih tinggi daripada relitas
· IV. Kelebihan dan kekurangan teori Humanistik
A. Kelebihan Teori Humanistik
1. selalu mengedepankan akan hal-hal yang bernuansa demokratis,
partisipatif-dialogis dan
humanis.
2. Suasana pembelajaran yang saling menghargai, adanya kebebasan
berpendapat, kebebasan
mengungkapkan gagasan.
3. keterlibatan peserta didik dalam berbagai aktivitas di sekolah, dan
lebih-lebih adalah
kemampuan hidup bersama (komunal-bermasyarakat) diantara peserta didik yang
tentunya
mempunyai pandangan yang berbeda-beda.
B. Kekurangan Teori Humanistik :
1. Teori humanistik tidak bisa diuji dengan mudah.
2. Banyak konsep dalam psikologi humanistik, seperti misalnya orang yang
telah berhasil
mengaktualisasikan dirinya, ini masih buram dan subjektif.
3. Psikologi humanistik mengalami pembiasan terhadap nilai individualisti
http://documents.tips/documents/kekurangan-dan-kelebihan-teori-humanistik.html
. Teori pembelajaran kognitif memiliki kelebihan sebagai berikut:
. Teori pembelajaran kognitif memiliki kelebihan sebagai berikut:
- Sebagian besar dalam kurikulum pendidikan negara Indonesia lebih menekankan pada teori kognitif yang mengutamakan pada pengembangan pengetahuan yang dimiliki pada setiap individu.
- Pada metode pembelajaran kognitif pendidik hanya perlu memeberikan dasar-dasar dari materi yang diajarkan unruk pengembangan dan kelanjutannya deserahkan pada peserta didik, dan pendidik hanya perlu memantau, dan menjelaskan dari alur pengembangan materi yang telah diberikan.
- Dengan menerapkan teori kognitif ini maka pendidik dapat memaksimalkan ingatan yang dimiliki oleh peserta didik untuk mengingat semua materi-materi yang diberikan karena pada pembelajaran kognitif salah satunya menekankan pada daya ingat peserta didik untuk selalu mengingat akan materi-materi yang telah diberikan.
- Menurut para ahli kognitif itu sama artinya dengan kreasi atau pembuatan satu hal baru atau membuat suatu yang baru dari hal yang sudah ada, maka dari itu dalam metode belajar kognitif peserta didik harus lebih bisa mengkreasikan hal-hal baru yang belum ada atau menginovasi hal yang yang sudah ada menjadi lebih baik lagi.
- Metode kognitif ini mudah untuk diterapkan dan juga telah banyak diterapkan pada pendidikan di Indonesia dalam segala tingkatan
- KELEMAHAN DARI METODE PEMBELAJARAN KOGNITIF
Selain meninjau dari segi kelebihan teori kognitif,
brikut adalah beberapa kelemahan dari metode pembelajaran kognitif:
- Pada dasarnya teori kognitif ini lebih menekankan pada kemampuan ingatan peserta didik, dan kemampuan ingatan masing-masing peserta didik, sehingga kelemahan yang terjadi di sini adalah selalu menganggap semua peserta didik itu mempunyai kemampuan daya ingat yang sama dan tidak dibeda-bedakan.
- Adakalanya juga dalam metode ini tidak memperhatikan cara peserta didik dalam mengeksplorasi atau mengembangkan pengetahuan dan cara-cara peserta didiknya dalam mencarinya, karena pada dasarnya masing-masing peserta didik memiliki cara yang berbeda-beda.
- Apabila dalam pengajaran hanya menggunakan metode kognitif, maka dipastikan peserta didik tidak akan mengerti sepenuhnya materi yang diberikan .
- Jika dalam sekolah kejuruan hanya menggunakan metode kognitif tanpa adanya metode pembelajaran lain maka peserta didik akan kesulitan dalam praktek kegiatan atau materi.
- Dalam menerapkan metode pembelajran kognitif perlu diperhatikan kemampuan peserta didik untuk mengembangkan suatu materi yang telah diterimanya.
Berikut adalah beberapa kelebihan dalam metode
pembelajarn konstrutivistik:
- Berfikir artinya, Dalam proses membina pengetahuan baru murid diajarkan berfikir untuk menyelesaikan masalah atau sebuah studi kasus dan dapat mengembangkanya menjadi sebuah ide atau membuat keputusan.
- Faham artinya, Dalam proses pembelajaran murid harus terlibat langsung dalam mengembangkan sebuah pengetahuan baru, sehingga peserta didik akan lebih faham dan boleh mengaplikasikanya dalam sebuah situasi.
- Daya ingat artintya, pada dasarnya dalam proses belajar murid harus terlibat secara langsung dengan aktif, sehingga mereka akan ingat lebih lama semua konsep yang ada yakni dengan cara murid melakukan pendekatan membina sendi kehafaman mereka. Dengan cara itu mereka akan yakin dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru.
- Kemahiran sosial artinya, dalam proses belajar kemahiran sosial diperoleh apabila seorang murid berinteraksi dengan guru dan rekan dalam membina pengetahuan baru.
- Seronok artinya, dalam proses belajar yang benar peserta didik pastinya akan terlibat secara terus menerus dan semakin lama mereka akan faham, ingat, dan lebih yakin dalam memutuskan sebuah pengetahuan baru. Apabila peserta didik melakukan interaksi secara sehat dengan guru atau rekan, maka mereka akan berasa seronok belajar dalam membina pengetahuan baru.
- KELEMAHAN DARI METODE PEMBELAJARAN KONSTRUTIVISTIK
Dalam bahasan mengenai kekurangan atau kelemahan metode pembelajaran
konstrutivistik ini kita bisa lihat dalam proses belajarnya dimana peran para
guru sebagai pendidik sepertinya kurang begitu mendukung. Ada beberapa
kelemahan yang perlu diperhatikan antara lain:
- Kadang guru itu tidak memperhatikan muridnya secara keseluruhan misalkan guru tidak pernah memberi kesempatan pada peserta didiknya untuk menyelesaikan suatu masalah atau berdiskusi sehingga peserta didik hanya mendapat pembelajaran yang itu-itu saja, jadi pola pikir peserta didik tidak berkembang.
- Tidak semua guru atau pendidik itu mempunyai karakter atau sifat yang sama, pada dasarnya guru hanya memberi penjelasan saja saat pembelajaran sehingga peserta didik dituntut untuk hanya memahami saja tanpa terlibar secara langsung dalam mengaplikasikan sebuah situasi baru.
- Membahas tentang sifat seorang guru, guru seharusnya tidak berperan sebagai orang yang kaku dan harus ditakuti, guru seharusnya berperan sebagai teman bagi peserta didiknya sehingga peserta didik dapat beriteraksi dengan baik dalam membina pengetahuan baru.
- Pada dasarnya guru itu dijadikan sebuah panutan bagi peserta didiknya maka dari itu guru tidak diwajibkan memberi contoh yang negativ kepada peserta didiknya, kadang ada guru yang memiliki sifat yang buruk yaitu sering berkata kotor atau kasar di depan peserta didiknya, itu sangat dilarang dalam aturan etika seorang guru, karena apabila itu dihadapkan pada anak usia sekolah dasar sangat tidak pantas untuk dilakukan.
- Apabila peserta didik tidak dilibatkan dalam pembelajaran praktik maka daya ingat dan pengetahuan peserta didik tidak akan berkembang dengan baik, dan apabila diberi materi baru pasti materi sebelumnya akan dilupakan.berikut adalah beberapa kelebihan dalam metode pembelajarn konstrutivistik:
- Berfikir artinya, Dalam proses membina pengetahuan baru murid diajarkan berfikir untuk menyelesaikan masalah atau sebuah studi kasus dan dapat mengembangkanya menjadi sebuah ide atau membuat keputusan.
- Faham artinya, Dalam proses pembelajaran murid harus terlibat langsung dalam mengembangkan sebuah pengetahuan baru, sehingga peserta didik akan lebih faham dan boleh mengaplikasikanya dalam sebuah situasi.
- Daya ingat artintya, pada dasarnya dalam proses belajar murid harus terlibat secara langsung dengan aktif, sehingga mereka akan ingat lebih lama semua konsep yang ada yakni dengan cara murid melakukan pendekatan membina sendi kehafaman mereka. Dengan cara itu mereka akan yakin dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru.
- Kemahiran sosial artinya, dalam proses belajar kemahiran sosial diperoleh apabila seorang murid berinteraksi dengan guru dan rekan dalam membina pengetahuan baru.
- Seronok artinya, dalam proses belajar yang benar peserta didik pastinya akan terlibat secara terus menerus dan semakin lama mereka akan faham, ingat, dan lebih yakin dalam memutuskan sebuah pengetahuan baru. Apabila peserta didik melakukan interaksi secara sehat dengan guru atau rekan, maka mereka akan berasa seronok belajar dalam membina pengetahuan baru.
- KELEMAHAN DARI METODE PEMBELAJARAN KONSTRUTIVISTIK
Dalam bahasan mengenai kekurangan atau kelemahan
metode pembelajaran konstrutivistik ini kita bisa lihat dalam proses belajarnya
dimana peran para guru sebagai pendidik sepertinya kurang begitu mendukung. Ada
beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan antara lain:
- Kadang guru itu tidak memperhatikan muridnya secara keseluruhan misalkan guru tidak pernah memberi kesempatan pada peserta didiknya untuk menyelesaikan suatu masalah atau berdiskusi sehingga peserta didik hanya mendapat pembelajaran yang itu-itu saja, jadi pola pikir peserta didik tidak berkembang.
- Tidak semua guru atau pendidik itu mempunyai karakter atau sifat yang sama, pada dasarnya guru hanya memberi penjelasan saja saat pembelajaran sehingga peserta didik dituntut untuk hanya memahami saja tanpa terlibar secara langsung dalam mengaplikasikan sebuah situasi baru.
- Membahas tentang sifat seorang guru, guru seharusnya tidak berperan sebagai orang yang kaku dan harus ditakuti, guru seharusnya berperan sebagai teman bagi peserta didiknya sehingga peserta didik dapat beriteraksi dengan baik dalam membina pengetahuan baru.
- Pada dasarnya guru itu dijadikan sebuah panutan bagi peserta didiknya maka dari itu guru tidak diwajibkan memberi contoh yang negativ kepada peserta didiknya, kadang ada guru yang memiliki sifat yang buruk yaitu sering berkata kotor atau kasar di depan peserta didiknya, itu sangat dilarang dalam aturan etika seorang guru, karena apabila itu dihadapkan pada anak usia sekolah dasar sangat tidak pantas untuk dilakukan.
- Apabila peserta didik tidak dilibatkan dalam pembelajaran praktik maka daya ingat dan pengetahuan peserta didik tidak akan berkembang dengan baik, dan apabila diberi materi baru pasti materi sebelumnya akan dilupakan2.6 Aplikasi dan contoh Kasus
D.
APLIKASI TEORI SOSIO-KULTURAL
Aplikasi teori sosio-kultural dalam pendidikan. Penerapan teori sosio-kultural dalam pendidikan dapat terjadi pada 3 jenis pendidikan yaitu:
a.Pendidikan informal (keluarga)
Pendidikan anak dimulai dari lingkungan keluarga, dimana anak pertama kali melihat, memahami, mendapatkan pengetahuan, sikap dari lingkungan keluarganya. Oleh karena itu perkembangan prilaku masing-masing anak akan berbeda manakala berasal dari keluarga yang berbeda, karena faktor yang mempengaruhi perkembangan anak dalam keluarga beragam, misalnya: tingkat pendidikan orang tua, faktor ekonomi keluarga, keharmonisan dalam keluarga dan sebagainya.
Aplikasi teori sosio-kultural dalam pendidikan. Penerapan teori sosio-kultural dalam pendidikan dapat terjadi pada 3 jenis pendidikan yaitu:
a.Pendidikan informal (keluarga)
Pendidikan anak dimulai dari lingkungan keluarga, dimana anak pertama kali melihat, memahami, mendapatkan pengetahuan, sikap dari lingkungan keluarganya. Oleh karena itu perkembangan prilaku masing-masing anak akan berbeda manakala berasal dari keluarga yang berbeda, karena faktor yang mempengaruhi perkembangan anak dalam keluarga beragam, misalnya: tingkat pendidikan orang tua, faktor ekonomi keluarga, keharmonisan dalam keluarga dan sebagainya.
b.Pendidikan
nonformal
Pendidikan nonformal yang berbasis budaya banyak bermunculan untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku pada anak, misalnya kursus membatik. Pendidikan ini diberikan untuk membekali anak hal-hal tradisi yang berkembang di lingkungan sosial masyarakatnya.
c.Pendidikan formal
Aplikasi teori sosio-kultural pada pendidikan formal dapat dilihat dari beberapa segi antara lain:
1). Kurikulum.
Khususnya untuk pendidikan di Indonesia pemberlakuan kurikulum pendidikan sesuai Peraturan Menteri nomor 24 tahun 2006 tentang pelaksanaan KTSP, Peraturan Menteri nomor 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi, dan Peraturan Menteri nomor 22 tahun 2006 tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar, jelas bahwa pendidikan di Indonesia memberikan pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap kepada anak untuk mempelajari sosio-kultural masyarakat Indonesia maupun masyarakat internasional melalui beberapa mata pelajaran yang telah ditetapkan, di antaranya: pendidikan kewarganegaraan, pengetahuan sosial, muatan lokal, kesenian, dan olah raga.
2). Siswa
Dalam pembelajaran KTSP anak mengalami pembelajaran secara langsung ataupun melalui rekaman. Oleh sebab itu pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap bukan sesuatu yang verbal tetapi anak mengalami pembelajaran secara langsung. Selain itu pembelajaran memberikan kebebasan anak untuk berkembang sesuai bakat, minat, dan lingkungannya pencapaiannya sesuai standar kompetensi yang telah ditetapkan.
3). Guru
Guru bukanlah narasumber segala-galanya, tetapi dalam pembelajaran lebih berperanan sebagai fasilitator, mediator, motivator, evaluator, desainer pembelajaran dan tutor. Masih banyak peran yang lain, oleh karenanya dalam pembelajaran ini peran aktif siswa sangat diharapkan, sedangkan guru membantu perilaku siswa yang belum muncul secara mandiri dalam bentuk pengayaan, remedial pembelajaran.
Pendidikan nonformal yang berbasis budaya banyak bermunculan untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku pada anak, misalnya kursus membatik. Pendidikan ini diberikan untuk membekali anak hal-hal tradisi yang berkembang di lingkungan sosial masyarakatnya.
c.Pendidikan formal
Aplikasi teori sosio-kultural pada pendidikan formal dapat dilihat dari beberapa segi antara lain:
1). Kurikulum.
Khususnya untuk pendidikan di Indonesia pemberlakuan kurikulum pendidikan sesuai Peraturan Menteri nomor 24 tahun 2006 tentang pelaksanaan KTSP, Peraturan Menteri nomor 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi, dan Peraturan Menteri nomor 22 tahun 2006 tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar, jelas bahwa pendidikan di Indonesia memberikan pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap kepada anak untuk mempelajari sosio-kultural masyarakat Indonesia maupun masyarakat internasional melalui beberapa mata pelajaran yang telah ditetapkan, di antaranya: pendidikan kewarganegaraan, pengetahuan sosial, muatan lokal, kesenian, dan olah raga.
2). Siswa
Dalam pembelajaran KTSP anak mengalami pembelajaran secara langsung ataupun melalui rekaman. Oleh sebab itu pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap bukan sesuatu yang verbal tetapi anak mengalami pembelajaran secara langsung. Selain itu pembelajaran memberikan kebebasan anak untuk berkembang sesuai bakat, minat, dan lingkungannya pencapaiannya sesuai standar kompetensi yang telah ditetapkan.
3). Guru
Guru bukanlah narasumber segala-galanya, tetapi dalam pembelajaran lebih berperanan sebagai fasilitator, mediator, motivator, evaluator, desainer pembelajaran dan tutor. Masih banyak peran yang lain, oleh karenanya dalam pembelajaran ini peran aktif siswa sangat diharapkan, sedangkan guru membantu perilaku siswa yang belum muncul secara mandiri dalam bentuk pengayaan, remedial pembelajaran.
Contoh kasus dari Teori
Sosiokultural.
Disini Vygotsky
menekankan bagaimana seseorang berkembang dalam lingkungan yang berubah. Dengan
berfokus pada individu atau pun pada lingkungan tidak cukup untuk menjelaskan
mengenai perkembangan seseorang. Untuk itu perkembangan sebaiknya dipelajari
dari konteks sosial dan budaya.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Setelah melalui proses yang telah
dijalani melalui teori Sosiokultural ini dapat disimpulkan bahwa pada
hakekatnya teori ini menempatkan intermental atau lingkungan sosial
sebagai faktor primer dan konstitutif terhadap pembentukan pengetahuan serta
perkembangan kognitif seseorang dikatakannya bahwa fungsi-fungsi mental yang
lebih tinggi dalam diri seseorang akan muncul dan berasal dari kehidupan
sosialnya. Sementara itu fungsi intramental dipandang sebagai derivasi
atau keturunan yang tumbuh atau terbentuk melalui penguasaan dan internalisasi
terhadap proses-proses sosial tersebut.
3.2. Saran
Kritikan dan saran pembaca sangat
diharapkan oleh penulis,untuk bias mengoreksi kekurangan yang terdapat dalam
penulisan makalah ini,sehingga untuk kedepannya penulis dapat memperbaiki
kekurangan yang terdapat dalam penulisan makalah yang selanjutnya. Semoga
makalah ini dapat menjadi bahan untuk digunakan sebagai mana yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Pertanyaan:
1. Apakah yang dimaksud dengan teori deskriptif dan prespektif?
2. Sebutkan kelebihan teori humanistik?
3. Jelaskan kelemahan teori sosio-kultural!
Jawaban:
1. Yang dimaksud dengan teori deskriptif dan prespektif
Teori belajar adalah deskriptif karena tujuan utamanya menjelaskan proses
belajar, sedangkan teori pembelajaran adalah preskriptif karena tujuan
utamanya menetapkan metode pembelajaran yang optimal.
Adapun Teori pembelajaran preskriptif dimaksudkan untuk mencapai tujuan, sedangkan teori pembelajaran deskriptif dimaksudkan untuk memberikan hasil. Itulah sebabnya, variabel yang diamati dalam teori-teori pembelajaran yang preskriptif adalah metode yang optimal untuk mencapai tujuan. Adapun contohnya yaitu agar dapat mengingat isi buku teks yang dibaca secara lebih baik, maka bacalah isi buku tersebut berulang-ulang dan buatlah rangkumannya.
2. Kelebihan teori humanistik:
a.Bersifat pembentukan kepribadian,hati nurani,perubahan sikap,analisis
terhadap fenomena social.
b.Siswa merasa senang,berinisiatif dalam belajar.
c.Guru menerima siswa apa adanya,memahami jalan pikiran siswa.
3.
Kelemahan dari teori belajar
revolusi sosiokultural yaitu terbatas pada perilaku yang tampak, proses-proses
belajar yang kurang tampak seperti pembentukan konsep, belajar dari berbagai
sumber belajar, pemecahan masalah dan kemampuan berpikir sukar diamati secara
langsung oleh karena itu diteliti oleh para teoriwan perilaku.
|
|
26 comments:
kelompok 3
Dari : Retno Tri Wulandari
Ke : Nurlela Audiana
Sejak tahun berapa teori deskriptif dan preskriptif ditemukan dan siapa penemunya?
Dari: Fitriani
Kepada: Nurlela
Sebutkan kelebihan dan kekurangan teori belajar revolusi sosio kultural
Dari Suci Mutiah
Ke Selly Astika
apa yang dimaksud dengan hukum genetik perkembangan?
Dari : Febrikawati
ke: Intan Livya
Di dalam teori belajar revolusi sosio kultural menurut Vigotsky
Dari : Febrikawati
ke: Intan Livya
Di dalam teori revolusi sosio kultural menurut Vigotsky teor belajar an pembelajran adalah mediasi. jelaskan pengertian mediasi dan contohnya
Dari : Riumniyata Ulya
Ke : Sarmi Devi
bagaimana pandangan pakar Jean Piaget mengenai teori belajar revolusi sosiokultural?
dari selvina riza
ke sarmi devi
sebutkan kekurangan dan kelebihan teori diskriptif?
Assalamu'alaikum wr wb
Saya Muhammad DWi Hartono 156310731 kelas 2c
bertanya ke kelompok 4
Apa kelemahan dan kelebihan dari teori Deskriptif dan Preskriptif
bertanya kepada Sarmi Defi
Assalammualaikum wr.wb
saya Muhammad Qordawi ingin bertaanya pada selly astika
Apa dasar para tokoh menyatakan teorinya ?
Muhammad Qordawi
156310784
2C
assalammualaikum wr.wb
Saya ingin bertanya kepada Sarmi devi
jelaskan teori belajar pembelajaran terkait teori ddeskriptif
m bayu baradika
2C
Jawaban untuk pertanyaan dari Riumniyata Ulya
Pandangan Jean Piaget tentang teori belajar revolusi sosiokultural (lingkungan sosial), dalam fenomena belajar lingkungan sosial hanya berfungsi sekunder. Sedangkan faktor utama yang menentukan terjadinya belajar tetap pada individu yang bersangkutan. Dalam revolusi sosiokultural seseorang harus beradaptasi dengan lingkungannya untuk memperoleh keseimbangan dengan cara asimilasi dan akomodasi. Piaget mementingkan interaksi antara siswa dan kelompoknya. Perkembangan kognitif akan terjadi dalam interaksi antara siswa dan kelompok sebayanya daripada daripada dengan irang yang lebih dewasa. Terimakasih
Jawaban dari pertanyaan Selvina Riza
Kelebihan dan kekurangan teori deskriptif:
Kelebihan teori belajar deskriptif lebih terkonsep sehingga siswa lebih memahami materi yang akan disampaikan dan juga mendorong siswa untuk mencari sumber pengetahuan sebanyak-banyaknya dalam mengerjakan suatu tugas. Sedangkan kekurangannya adalah kurang memerhatikan sisi psikologis siswa dalam mendalami suatu materi. Terimakasih
Jawaban dari pertanyaan fitriani
kelebihan dan kekurangan dari teori sosiokultural:
E. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI SOSIO-KULTURALBerdasarkan teori Vygotsky akan diperoleh beberapa keuntungan:1.Anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan proximalnya atau potensinya melalui belajar dan berkembang;2.Pembelajaran perlu lebih dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensialnya daripada tingkat perkembangan aktualnya;3.Pembelajaran lebih diarahkan pada penggunaan strategi untuk mengembangkan kemampuan intermentalnya daripada kemampuan intramental;4.Anak diberi kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan pengetahuan deklaratif yang telah dipelajarinya dengan pengetahuan prosedural yang dapat dilakukan untuk tugas-tugas atau pemecahan masalah;5.Proses belajar dan pembelajaran tidak bersifat transferal tetapi lebih merupakan kokonstruksi, yaitu proses mengkonstruksi pengetahuan atau makna baru secara bersama-sama antara semua pihak yang terlibat di dalamnya.Kelemahan dari teori sosio-kultural yaitu terbatas pada perilaku yang tampak, proses-proses belajar yang kurang tampak seperti pembentukan konsep, belajar dari berbagai sumber belajar, pemecahan masalah dan kemampuan berpikir sukar diamati secara langsung oleh karena itu diteliti oleh para teoriwan perilaku.
Jawaban dari pertanyan M. Dwi Hartono
Waalikumsalam dwi
Kelebihan beserta kekurangan teori deskriptif dan preskriptif:
A. Deskriptif
Kelebihan tepri ini adalah lebih terkonsep sehingga siswa lebih memahami materi yang akan disampaikan dan juga mendorong siswa untuk mencari sumber pengetahuan sebanyak-banyaknya dalam mengerjakan tugas. Sedangkan kekurangannya adalah kurang memerhatikan sisi psikologis siswa dalam mendalami suatu materi.
B. Preskriptif
Kelebihan teori ini adalah lebih sistematis sehingga memiliki arah dan tujuan yang jelas, banyak memberi motivasi agar terjadi proses belajar, serta mengoptimalkan kerja otak secara maksimal. Sedangkan kekurangannya adalah membutuhakan waktu cukup lama. Terimakasih
Jawaban dari pertanyaan M. Bayu Baradika
Waalaikumsalam bayu
Maksud dari teori belajar deskriptif dalam belajar pembelajaran menurut Bruner adalah teori deskriptif merupakan teori belajar, sedangkan pembelajaran termasuk dalam teori reskriptif. Teori belajar mendeskripsikan adanya proses belajar. Teori belajar menjelaskan dengan pasti apa yang terjadi, namun teori pembelajaran (preskriptif) hanya membimbing apa yang harus dilakukan untuk menghasilkan hal tersebut. Dan terdapat 4 hal yang terkait teori pembelajaran (preskriptif) yaitu:
A. Teori pembelajaran harus memerhatikan bahwa terdapat banyak kecenderungan cara belajar siswa
B. Terkait dengan adanya struktur pengetahuan
C. Permbelajaran juga terkait dengan hubungan yang optimal
D. Teori pembelajaran terkait dengan penghargaan dan hukuman
Terimakasih.
Jawaban dari pertanyaan suci mutiah
Hukum genetic tentang perkembangan (genetic law of developments) setiap kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang melewati dua aturan. Tataran sosial lingkungan dan tataran psikologis yang ada pada dirinya.
Terima kasih
dari mila septina ingin bertanya kepada selly astika beri tau tentang teori belajar kecerdasan majemuk menurut para ahli?
saya bernama rifki yolanda ingin bertanya kepada intan lyvia apa yang anda ketahui mengenai konsep teori kecerdasaan majemuk dalam materi kelompok anda ?
Jawaban dari pertanyaan Febrikawati
Mediasi adalah tanda-tanda atau lambang yang berfungsi sebagai mediator. Tanda atau lambang tersebut merupakan produk lingkungan sosio-kultural tempat seseorang berada. Semua perbuatan atau proses psikologis yang khas manusiawi dimediasikan dengan psychological tools atau alat-alat psikologis berupa bahas,tanda, dan lambang, atau semiotika.
Terima kasih
dari marnila susanti
kepada kelompok 4
ingin bertanya,bagaimana anda ketahui mengenai strategi pembelajaran kecerdasan mejemuk yang anda ketahui?
dari novia ulfa
kepada intan rizal
apa peran penting menurut kalian dalam teori kecerdasan majemuk ?
dari selvina riza
kepada kelompok 4
yaitu,apa peran penting dalam belajar sosial kultural deskriptif dan preskriptif ?
jawaban dari mila septina adalah
Kecerdasan Majemuk Menurut Gardner
Teori kecerdasan majemuk (Multiple Intelligence atau MI) merupakan istilah yang relatif baru yang dikenalkan oleh Howard Gardner. Jasmine (2007: 5) menjelaskan bahwa “Teori tentang Kecerdasan Majemuk (KM) adalah salah satu perkembangan paling penting dan paling menjanjikan dalam pendidikan dewasa ini”. Teori KM didasarkan atas karya Howard Gardner, pakar psikologi perkembangan, yang berupaya menciptakan teori baru tentang pengetahuan sebagai bagian dari karyanya di Universitas Harvard. Gardner berkenaan dengan teori tersebut, yaitu Frame of Mind (1983) menjelaskan ada delapan macam [sekarang sembilan] kecerdasan manusia yang meliputi bahasa (linguistic), musik (musical), logika-matematika (logical-mathematical), spasial (spatial), kinestetis-tubuh (bodily-kinesthetic), intrapersonal (intrapersonal), interpersonal (interpersonal), dan naturalis (naturalits).
terima kasih
jawaban dari pertanyaan qordawi adalah
Ada 2 tokoh yang mendasari terbentuknya teori belajar
1.Piaget
Piaget berpendapat bahwa belajar ditentukan karena adanya karsa individu artinya pengetahuan berasal dari individu. Siswa berinteraksi dengan lingkungan sosial yaitu teman sebayanya dibanding orang-orang yang lebih dewasa. Penentu utama terjadinya belajar adalah individu yang bersangkutan (siswa) sedangkan lingkungan sosial menjadi faktor sekunder.
Keaktifan siswa menjadi penentu utama dan jaminan kesuksesan belajar, sedangkan penataan kondisi hanya sekedar memudahkan belajar. Perkembangan kognitif merupakan proses genetik yang diikuti adaptasi biologis dengan lingkungan sehingga terjadi ekuilibrasi. Untuk mencapai ekuilibrasi dibutuhkan proses adaptasi (asimilasi dan akomodasi).
Pendekatan kognitif dalam belajar dan pembelajaran yang ditokohi oleh Piaget yang kemudian berkembang dalam aliran kontruktivistik juga masih dirasakan kelemahannya. Teori ini bila dicermati ada beberapa aspek yang dipandang dapat menimbulkan implikasi kotraproduktif dalam kegiatan pembelajaran, karena lebih mencerminkan idiologi individualisme dan gaya belajar sokratik yang lazim dikaitkan dengan budaya barat. pendekatan ini kurang sesuai denga tuntutan revolusi-sosiokultural yang berkembang akhir-akhir ini.
2.Vygotsky
Jalan pikiran seseorang dapat dimengerti dengan cara menelusuri asal usul tindakan sadarnya dari interaksi sosial (aktivitas dan bahasa yang digunakan) yang dilatari sejarah hidupnya. Peningkatan fungsi-fungsi mental bukan berasal dari individu itu sendiri melainkan berasal dari kehidupan sosial atau kelompoknya.
Kondisi sosial sebagai tempat penyebaran dan pertukaran pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai sosial budaya. Anak-anak memperoleh berbagai pengetahuan dan keterampilan melalui interaksi sehari-hari baik lingkungan sekolah maupun keluarganya secara aktif. Perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif sesuai dengan teori sosiogenesis yaitu kesadaran berinteraksi dengan lingkungan dimensi sosial yang bersifat primer dan demensi individual bersifat derivatif atau turunan dan sekunder, sehingga teori belajar Vygotsky disebut dengan pendekatan Co-Konstruktivisme artinya perkembangan kognitif seseorang disamping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga ditentukan oleh lingkungan sosial yang aktif pula.
terima kasih
Bagaimana cara menghilangkan rasa trauma yg terdapat pada psikologis anak muda bila melihat pasanganya jalan dengan orang lain yg sebenarnya dia adalah lawan kompetitifnya dalam sebuah institusi maupun diluar?
Petanyaan ditujukan kepada :
Intanlivya
Bagaimana cara menghilangkan rasa trauma yg terdapat pada psikologis anak muda bila melihat pasanganya jalan dengan orang lain yg sebenarnya dia adalah lawan kompetitifnya dalam sebuah institusi maupun diluar?
Petanyaan ditujukan kepada :
Intanlivya
Post a Comment