TUGAS MAKALAH
BELAJAR
DAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
Oleh :
Kelompok 1 (2C)
EUNIKE FARISSA OKTAVIA
MELLA GISFA
MESHARA FEBRIANTY
NILAM SARI
TRI APRILAWATI NST
DOSEN
PENGAMPU : MARHAMAH, S.Pd, M.Ed
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
JURUSAN
PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
ISLAM RIAU
PEKANBARU
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang mana
dengan rahmat, taufik dan hidayat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan pembuatan
Makalah Perkembangan Peserta Didik sesuai dengan ketentuan dan waktu yang telah
ditentukan.
Pada kesempatan ini dengan segala
kerendahan hati, penyusun mengucapkan terima kasih dan penghargaan atas segala
bimbingan, nasehat serta bantuan sehingga dapat menunjang penyelesaian Makalah
Belajar dan Pembelajaran, terutama kepada dosen pengampu pada mata kuliah
Belajar dan Pembelajaran yang telah memberi pengarahan kepada penyusun dalam
menyelesaikan makalah ini.
Penyusun juga menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih banyak memiliki kekurangan, untuk itu diharapkan
kritik dan saran yang membangun penyusun khususnya dan pembaca yang umumnya.
Akhir kata, semoga ini bermanfaat
bagi penyusun pribadi dan terlebih bagi para pembaca.
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB
I PENDAHULUAN
1.
1 Latar Belakang
1.
2 Rumusan Masalah
1.
3 Tujuan
BAB
II PEMBAHASAN
2.
1 Pengertian belajar dan pembelajaran
2.
2 Prinsip belajar dan Pembelajaran
2.
3 Tujuan belajar
2.
4 Unsur-unsur belajar
2.
5 Hasil belajar
2.
6 Gaya belajar
BAB
III PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
3. 2 Saran
BAB
I
PENDAHULUAN
1.
1 Latar belakang
Di era globalisasi
yang serba modern menuntut setiap negara untuk menghasilkan sumber daya manusia
dengan kesiapan yang lebih matang dalam segala hal. Bidang pendidikan merupakan
salah satu bidang yang sangat berpengaruh untuk mempersiapkan sumber daya
manusia yang dibutuhkan untuk menghadapi tuntutan zaman. Namun,
mendidik anak sejak dini hingga menjadi individu yang berkualitas, dan
mempertahankan kualitas tersebut bukan hal yang mudah. Perlu proses yang
panjang untuk membentuk individu yang mampu mengikuti alur era globalisasi.
Untuk mewujudkan hal tersebut, tentu individu harus melakukan suatu proses yang
disebut belajar.
Dalam pendidikan,
belajar merupakan kata kunci yang paling penting. Jika tidak ada belajar maka
tidak akan ada pendidikan. Dan didalam pendidikan akan terjadi suatu
pembelajaran yang akan membentuk individu yang berkualitas.
1. 2 Rumusan masalah
1.
Apakah pengertian belajar dan pembelajaran?
2.
Apakah prinsip belajar dan pembelajaran?
3.
Apakah tujuan belajar dan pembelajaran?
4.
Apakah unsure unsure belajar?
5.
Apakah yang dimaksud dengan hasil belajar?
6.
Apakah yang dimaksud
dengan gaya belajar?
1. 3 Tujuan
1.
Mengetahui pengertian belajar dan pembelajaran
2.
Mengetahui prinsip belajar dan pembelajaran
3.
Mengetahui tujuan belajar dan pembelajaran
4.
Mengetahi unsure unsure belajar
5.
Mengetahui yang dimaksud hasil belajar
6.
Mengetahui yang dimaksud gaya belaja
BAB
II
PEMBAHASAN
2.
1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Belajar Merupakan Tindakan dan Perilaku siswa yang kompleks,
sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah
penentu terjadi atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi
karena siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang
dipelajari oleh siswa adalah keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan,
manusia atau hal-hal yang akan dijadikan bahan belajar.
Belajar adalah proses mencari,
memahami, menganalisis suatu keadaan sehingga terjadi perubahan perilaku, dan
perubahan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai hasil belajar jika disebabkan
oleh karena pertumbuhan atau keadaan sementara. (Syaifuddin Iskandar : 2008 :
1.
Sedangkan pembelajaran/ instruksional adalah usaha
mengorganisasikan lingkungan belajar sehingga memungkinkan siswa melakukan
kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan menggunakan berbagai
media dan sumber belajar tertentu yang akan mendukung pembelajaran itu
nantinya.
2. 2 Prinsip
Belajar dan pembelajaran
a
Prinsip persiapan
Proses
belajar dipengaruhi kesiapan murid, yang dimaksud dengan kesiapan atau readinessialah
kondisi individu yang memungkinkan ia dapat belajar. Berkenaan dengan hal itu
terdapat berbagai macam taraf kesiapan belajar untuk suatu tugas khusus.
Seseorang siswa yang belum siap untuk melaksanakan suatu tugas dalam belajar
akan mengalami kesulitan atau malah putus asa. Yang termasuk kesiapan ini ialah
kematangan dan pertumbuhan fisik, intelegensi latar belakang pengalaman, hasil
belajar yang baku, motivasi, persepsi dan faktor-faktor lain yang memungkinkan
seseorang dapat belajar.
Berdasarkan
dengan prinsip kesiapan ini dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut:
1. Seorang
individu akan dapat belajar dengan sebaik-baiknya bila tugas-tugas yang
diberikan kepadanya erat hubungannya dengan kemampuan, minat dan latar
belakangnya.
2. Kesiapan
untuk belajar harus dikaji bahkan diduga. Hal ini mengandung arti bila seseorang
guru ingin mendapat gambaran kesiapan muridnya untuk mempelajari sesuatu, ia
harus melakukan pengetesan kesiapan.
3. Jika
seseorang individu kurang memiliki kesiapan untuk sesuatu tugas, kemudian tugas
itu seyogianya ditunda sampai dapat dikembangkannya kesiapan itu atau guru
sengaja menata tugas itu sesuai dengan kesiapan siswa.
4. Kesiapan
untuk belajar mencerminkan jenis dan taraf kesiapan, misalnya dua orang siswa
yang memiliki kecerdasan yang sama mungkin amat berbeda dalam pola kemampuan
mentalnya.
5. Bahan-bahan,
kegiatan dan tugas seyogianya divariasikan sesuai dengan faktor kesiapan
kognitif, afektif dan psikomotor dari berbagai individu.
b
Prinsip Motivasi (Motivation)
Tujuan
dalam belajar diperlukan untuk suatu proses yang terarah. Motivasi adalah suatu
kondisi dari pelajar untuk memprakarsai kegiatan, mengatur arah kegiatan itu
dan memelihara kesungguhan. Secara alami anak-anak selalu ingin tahu dan
melakukan kegiatan penjajagan dalam lingkungannya. Rasa ingin tahu ini
seyogianya didorong dan bukan dihambat dengan memberikan aturan yang sama untuk
semua anak.
Berkenaan
dengan motivasi ini ada beberapa prinsip yang seyogianya kita perhatikan.
- Individu bukan hanya didorong oleh kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan biologi, soaial dan emosional. Tetapi disamping itu ia dapat diberi dorongan untuk mencapai sesuatu yang lebih dari yang dimiliki saat ini.
- Pengetahuan tentang kemajuan yang dicapai dalam memenuhi tujuan mendorong terjadinya peningkatan usaha. Pengalaman tentang kegagalan yang tidak merusak citra diri siswa dapat memperkuat kemampuan memelihara kesungguhannya dalam belajar.
- Dorongan yang mengatur perilaku tidak selalu jelas bagi para siswa. Contohnya seorang murid yang mengharapkan bantuan dari gurunya bisa berubah lebih dari itu, karena kebutuhan emosi terpenuhi daripada karena keinginan untuk mencapai seauatu.
- Motivasi dipengaruhi oleh unsur-unsur kepribadian seperti rasa rendah diri, atau keyakinan diri. Seorang anak yang temasuk pandai atau kurang juga bisa menghadapi masalah.
- Rasa aman dan keberhasilan dalam mencapai tujuan cenderung meningkatkan motivasi belajar. Kegagalan dapat meningkatkan atau menurunkan motivasi tergantung pada berbagai faktor. Tidak bisa setiap siswa diberi dorongan yang sama untuk melakukan sesuatu.
- Motivasi bertambah bila para pelajar memiliki alasan untuk percaya bahwa sebagian besar dari kebutuhannya dapat dipenuhi.
- Kajian dan penguatan guru, orang tua dan teman seusia berpengaruh terhadap motivasi dan perilaku.
- Insentif dan hadiah material kadang-kadang berguna dalam situasi kelas, memang ada bahayanya bila anak bekerja karena ingin mendapat hadiah dan bukan karena ingin belajar.
- Kompetisi dan insentif bisa efektif dalam memberi motivasi, tapi bila kesempatan untuk menang begitu kecil kompetisi dapat mengurangi motivasi dalam mencapai tujuan.
- Sikap yang baik untuk belajar dapat dicapai oleh kebanyakan individu dalam suasana belajar yang memuaskan.
- Proses belajar dan kegiatan yang dikaitkan kepada minat pelajar saat itu dapat mempertinggi motivasi.
c
Prinsip Persepsi
“ Seseorang
cenderung untuk percaya sesuai dengan bagaimana ia memahami situasi”. Persepsi
adalah interpretasi tentang situasi yang hidup. Setiap individu melihat dunia
dengan caranya sendiri yang berbeda dari yang lain. Persepsi ini mempengaruhi perilaku
individu. Seseorang guru akan dapat memahami murid-muridnya lebih baik bila ia
peka terhadap bagaimana cara seseorang melihat suatu situasi tertentu.
Berkenaan dengan persepsi ini ada beberapa
hal-hal penting yang harus kita perhatikan:
1. Setiap pelajar
melihat dunia berbeda satu dari yang lainnya karena setiap pelajar memiliki
lingkungan yang berbeda. Semua
siswa tidak dapat melihat lingkungan yang sama dengan cara yang sama.
2. Seseorang
menafsirkan lingkungan sesuai dengan tujuan, sikap, alasan, pengalaman,
kesehatan, perasaan dan kemampuannya.
3. Cara
bagaimana seseorang melihat dirinya berpengaruh terhadap perilakunya. Dalam
sesuatu situais seorang pelajar
cenderung bertindak sesuai dengan cara ia melihat dirinya sendiri..
4. Para
pelajar dapat dibantu dengan cara memberi kesempatan menilai dirinya sendiri.
Guru dapat menjadi contoh hidup. Perilaku yang baik bergantung pada persepsi
yang cermat dan nyata mengenai suatu situasi. Guru dan pihak lain dapat
membantu pelajar menilai persepsinya.
5. Persepsi
dapat berlanjut dengan memberi para pelajar pandangan bagaimana hal itu dapat
dilihat .
6. Kecermatan
persepsi harus sering dicek. Diskusi kelompok dapat dijadikan sarana untuk
mengklasifikasi persepsi mereka.
7. Tingkat
perkembangan dan pertumbuhan para pelajar akan mempengaruhi pandangannya
terhadap dirinya.
d
Prinsip Tujuan
“ Tujuan harus tergambar jelas dalam
pikiran dan diterima oleh para pelajar pada saat proses belajar terjadi”.
Tujuan ialah sasaran khusus yang hendak dicapai oleh seseorang dan mengenai
tujuan ini ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan:
1. Tujuan
seyogianya mewadahi kemampuan yang harus dicapai.
2. Dalam
menetapkan tujuan seyogianya mempertimbangkan kebutuhan individu dan masyarakat
3. Pelajar
akan dapat menerima tujuan yang dirasakan akan dapat memenuhi kebutuhannya.
4. Tujuan
guru dan murid seyogianya sesuai
5. Aturan-aturan
atau ukuran-ukuran yang ditetapkan oleh masyarakat dan pemerintah biasanya akan
mempengaruhi perilaku.
6. Tingkat
keterlibatan pelajar secara aktif mempengaruhi tujuan yang dicanangkannya dan
yang dapat ia capai.
7. Perasaan
pelajar mengenai manfaat dan kemampuannya dapat mempengaruhi perilaku. Jika ia
gagal mencapai tujuan ia akan merasa rendah diri atau prestasinya menurun.
8. Tujuan
harus ditetapkan dalam rangka memenuhi tujuan yang nampak untuk para pelajar.
Karena guru harus dapat merumuskan tujuan dengan jelas dan dapat diterima para
pelajar.
e
Prinsip Perbedaan
Individual
“Proses belajar bercorak ragam bagi setiap
orang”
Proses pengajaran seyogianya memperhatikan perbedaan
indiviadual dalam kelas sehingga dapat memberi kemudahan pencapaian tujuan
belajar yang setinggi-tingginya. Pengajaran yang hanya memperhatikan satu
tingkatan sasaran akan gagal memenuhi kebutuhan seluruh siswa. Karena itu seorang guru
perlu memperhatikan latar belakang, emosi, dorongan dan kemampuan individu dan menyesuaikan materi
pelajaran dan tugas-tugas belajar kepada aspek-aspek tersebut.
Berkenaan dengan perbedaan individual ada beberapa hal
yang perlu diingat:
1.
Para pelajar harus dapat dibantu dalam memahami kekuatan
dan kelemahan dirinya dan selanjutnya mendapat perlakuan dan pelayanan
kegiatan, tugas belajar dan pemenuhan kebutuhan yang berbeda-beda.
2.
Para pelajar perlu mengenal potensinya dan seyogianya
dibantu untuk merenncanakan dan melaksanakan kegiatannya sendiri.
3.
Para pelajar membutuhkan variasi tugas, bahan dan metode
yang sesuai dengan tujuan , minat dan latarbelakangnya.
4.
Pelajar cenderung memilih pengalaman belajar yang sesuai
dengan pengalamannya masa lampau yang ia rasakan bermakna untuknya. Setiap
pelajar biasanya memberi respon yang
berbeda-beda karena memang setiap orang memiliki persepsi yang berbeda mengenai
pengalamannya.
5.
Kesempatan-kesempatan yang tersedia untuk belajar lebih
diperkuat bila individu tidak merasa terancam lingkungannya, sehingga ia merasa
merdeka untuk turut ambil bagian secara aktifdalam kegiatan belajar. Manakala
para pelajar memiliki kemerdekaan untuk berpikir dan berbuat sebagai individu,
upaya untuk memecahkan masalah motivasi dan kreativitas akan lebih meningkat.
Pelajar yang didorong untuk mengembangkan kekuatannya
akan mau belajar lebih giat dan sungguh-sungguh. Tetapi sebaliknya bila
kelemahannya yang lebih ditekankan maka ia akan menunjukkan ketidakpuasannya
terhadap belajar.
f
Prinsip Transfer dan
Retensi
“Belajar dianggap bermanfaat bila seseorang
dapat menyimpan dan menerapkan hasil belajar dalam situasi baru”.
Apa pun yang dipelajari dalam suatu situasi
pada akhirnya akan digunakan dalam situasi yang lain. Prosesa tersebut dikenal dengan
proses transfer, kemampuan seseorang untuk menggunakan
lagi hasil belajar disebut retensi. Bahan-bahan yang dipelajari dan diserap
dapat digunakan oleh para pelajar dalam situasi baru.
Berkenaan dengan proses transfer dan
retensi ada beberapa prinsip yang harus kita ingat.
- Tujuan belajar dan daya ingat dapat memperkuat retensi. Usaha yang aktif untuk mengingat atau menugaskan sesuatu latuhan untuk dipelajari dapat meningkatkan retensi.
- Bahan yang bermakna bagi pelajar dapat diserap lebih baik.
- Retensi seseorang dipengaruhi oleh kondisi fisik dan psikis dimana proses belajar itu terjadi. Karena itu latihan seyogianya dilakukan dalam suasana yang nyata.
- Latihan yang terbagi-bagi memungkinkan retensi yang baik. Suasana belajar yang dibagi ke dalam unit-unit kecil waktu dapat menghasilkan proses belajar dengan retensi yang lebih baik daripada proses belajar yang berkepanjangan. Waktu belajar dapat ditentukan oleh struktur-struktur logis dari materi dan kebutuhan para pelajar.
- Penelaahan bahan-bahan yang faktual, keterampilan dan konsep dapat meningkatkan retensi dan nilai transfer.
- Proses belajar cenderung terjadi bila kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat memberikan hasil yang memuaskan.
- Sikap pribadi, perasaan atau suasana emosi para pelajar dapat menghasilkan proses pelupaan hal-hal tertentu. Karena itu bahan-bahan yang tidak disepakati tidak akan dapat diserap sebaik bahan-bahan yang menyenangkan.
- Proses saling mempengaruhi dalam belajar akan terjadi bila bahan baru yang sama dipelajari mengikuti bahan yang lalu. Kemungkinan lupa terhadap bahan yang lama dapat terjadi bila bahan baru yang sama yang dituntut.
- Pengetahuan tentang konsep, prinsip dan generalisasi dapat diserap dengan baik dan dapat diterapkan lebih berhasil dengan cara menghubung-hubungkan penerapan prinsip yang dipelajari dan dengan memberikan illustrasi unsur-unsur yang serupa.
- Transfer hasil belajar dalam situasi baru dapat lebih mendapat kemudahan bila hubungan-hubungan yang bermanfaat dalam situasi yang khas dan dalam situasi yang agak sama dibuat.
- Tahap akhir proses seyogyanya memasukkan usaha untuk menarik generalisasi, yang pada gilirannya nanti dapat lebih memperkuat retensi dan transfer.
g
Prinsip Belajar Kognitif
“Belajar kognitif melibatkan proses pengenalan dan atau
penemuan”.
Belajar kognitif mencakup asosiasi antar
unsur, pembentukan konsep, penemuan masalah, dan keterampilan memecahkan
masalah yang selanjutnya membentuk perilaku baru, berpikir, menalar, menilai
dan berimajinasi merupakan aktivitas mental yang berkaitan dengan proses
belajar kognitif. Proses belajar itu dapat terjadi pada berbagai tingkat
kesukaran dan menuntut berbagai aktivitas mental.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam belajar
kognitif.
1. Perhatian harus dipusatkan kepada
aspek-aspek lingkungan yang relevan sebelum proses-proses belajar kognitif
terjadi. Dalam hubungan ini pelajar perlu mengarahkan perhatian yang penuh agar
proses belajar kognitif benar-benar terjadi.
2. Hasil belajar kognitif akan bercariasi
sesuai dengan taraf dan jenis perbedaan individual yang ada.
3. Bentuk-bentuk kesiapan perbendaharaan kata,
kemampuan membaca, kecakapan dan pengalaman berpengaruh langsung terhadap
proses belajar kognitif.
4. Pengalaman belajar harus diorganisasikan ke
dalam satuan-satauan atau unit-unit yang sesuai.
5. Bila menyajikan konsep, kebermaknaan dari
konsep amatlah penting . Perilaku mencari, penerapan, pendefinisian resmi dan
penilaian sangat diperlukan untuk menguji bahwa suatu konsep benar-benar
bermakna.
6. Dalam pemecahan masalah para pelajar harus
dibantu untuk mendefinisikan dan
membatasi lingkup masalah, menemukan informasi yang sesuai, menafsirkan dan
menganalisis masalah dan
memungkinkan berpikir menyebar (divergent thinking).
7. Perhatian terhadap proses mental yang lebih
daripada terhadap hasil kognitif dan afektif akan lebih memungkinkan terjadimya
proses pemecahan masalah, analisis, sintesis dan penalaran.
h
Prinsip Belajar Afektif
“ Proses belajar afektif seseorang
menentukn bagaimana ia menghubungkan dirinya dengan pengalaman baru”.
Belajar afektif mencakup nilai emosi,
dorongan, minat dan sikap. Dalam banyak hal pelajar mungkin tidak menyadari
belajar afektif. Sesungguhnya proses belajar afektif meliputi dasar yang asli untuk dan
merupakan bentuk dari sikap, emosi dorongan, minat dan sikap individu.
Berkenaan dengan hal-hal tersebut diatas,
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses belajar afektif.
- Hampir semua aspek kehidupan mengandung aspek afektif.
- Hal bagaimana para pelajar menyesuaikan diri dan memberi reaksi terhadap situasi akan memberi dampak dan pengaruh terhadap proses belajar afektif.
- Suatu waktu, nilai-nilai yang penting yang diperoleh pada masa kanak-kanak akan melekat sepanjang hayat. Nilai, sikap dan perasaan yang tidak berubah akan tetap melekat pada keseluruhan proses perkembangan.
- Sikap dan nilai sering diperoleh melalui proses identifikasi dari orang lain dan bukan hasil dari belajar langsung.
- Sikap lebih mudah dibentuk karena pengalaman yang menyenangkan.
- Nilai-nilai yang ada pada diri individu dipengaruhi oleh standar perilaku kelompok.
- Proses belajar di sekolah dan kesehatan mental memiliki hubungan yang erat. Pelajar yang memiliki kesehatan mental yang baik akan dapat belajar lebih mudah daripada yang memiliki masalah.
- Belajar afektif dapat dikembangkan atau diubah melalui interaksi guru dengan kelas.
- Pelajar dapat dibantu agar lebih matang dengan cara membantu mereka mengenal dan memahami sikap, peranan dan emosi. Penghargaan terhadap sikap, perasaan dan frustasi sangat perlu untuk membantu pelajar memperoleh pengertian diri dan kematangannya.
i
Proses Belajar Psikomotor
Proses belajar psikomotor individu
menentukan bagaimana ia mampu mengendalikan aktivitas ragawinya.
Belajar psikomotor mengandung aspek mental
dan fisik. Berkenaan dengan hal itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
- Didalam tugas suatu kelompok akan menunjukkan variasi dalam kemampuan dasar psikomotor.
- Perkembangan psikomotor anak tertentu terjadi tidak beraturan.
- Struktur ragawi dan sistem syaraf individu membantu menentukan taraf penampilan psikomotor.
- Melalui bermain dan aktivitas nonformal para pelajar akan memperoleh kemampuan mengontrol gerakannya lebih baik.
- Dengan kematangan fisik dan mental kemampuan pelajar untuk memadukan dan memperhalus gerakannya akan lebih dapat diperkuat.
- Faktor lingkungan memberi pengaruh terhadap bentuk dan cdakupan penampilan psikomotor individu.
- Penjelasan yang baik, demonstrasi dan partisipasi aktif pelajar dapat menambah efisiensi belajar psikomotor.
- Latihan yang cukup yang diberi dalam rentan waktu tertentu dapat membantu proses belajar psikomotor. Latihan yang bermakna seyogianya mencakup semua urutan lengkap aktivitas psikomotor dan tempo tidak bisa hanya didasarkan pada faktor waktu semata-mata.
- Tugas-tugas psikomotor yang terlalu sukar bagi pelajar dapat menimbulkan frustasi (keputusasaan) dan kelelahan yang lebih cepat.
j
Prinsip Evaluasi
Jenis cakupan dan validitas evaluasi dapat
mempengaruhi proses belajar saat ini dan selanjutnya.
Pelaksanaan latihan evaluasi memungkinkan
bagi individu untuk menguji kemajuan dalam pencapaian tujuan. Penilaian
individu terhadap proses belajarnya dipengaruhi oleh kebebasan untuk menilai.
Evaluasi mencakup kesadaran individu mengenai penampilan, motivasi belajar dan
kesiapan untuk belajar. Individu yang berinteraksi dengan yang lain pada
dasarnya ia mengkaji pengalaman belajarnya dan hal ini pada gilirannya akan
dapat meningkatkan kemampuannya untuk menilai pengalamannya.
Berkenaan dengan evaluasi ini ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan.
- Evaluasi memberi arti pada proses belajar dan memberi arah baru pada pelajar.
- Bila tujuan dikaitkan dengan evaluasi maka peran evaluasi begitu penting bagi pelajar.
- Latihan penilaian guru dapat mempengaruhi bagaimana pelajar terlibat dalam evaluasi dan belajar.
- Evaluasi terhadap kemajuan pencapaian tujuan akan lebih mantap bila guru dan murid saling bertukar dan menerima pikiran, perasaan dan pengamatan.
- Kekurangan atau ketidaklengkapan evaluasi dapat mengurangi kemampuan guru dalam melayani muridnya. Sebaliknya evaluasi yang menyeluruh dapat memperkuat kemampuan pelajar untuk menilai dirinya.
- Jika tekanan evaluasi guru diberikan terus menerus terhadap penampilan siswa, pola ketergantungan penghindaran dan kekerasan akan berkembang.
- Kelompok teman sebaya berguna dalam evaluasi.
2. 3 Tujuan Belajar
dan pembelajaran
a
Tujuan
Belajar
Tujuan
belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah
melakukan tugas belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan,keterampilan dan
sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa. tujuan belajar
adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh
siswa setelah berlangsungnya proses belajar.
Komponen
tujuan belajar:
Tujuan
belajar terdiri dari tiga komponen yaitu: Tingkah laku terminal,
kondisi-kondisi tes, standar perilaku.
Tingkah laku terminal adalah komponen tujuan belajar yang menentukan tingkah laku siswa setelah belajar. tingkah laku itu merupakan bagian tujuan yang menunjuk pada hasil yang diharapkan dalam belajar.
kondisi-kondisi tes, komponen ini menentukan situasi dimana siswa dituntut untuk mempertunjukkan tingkah laku terminal. kondisi-kondisi tersebut perlu disiapkan oleh guru, karena sering terjadi ulangan/ ujian yang diberikan oleh guru tidak sesuai dengan materi pelajaran yang telah diberikan sebelumnya.
Ada tiga kondisi yang dapat mempengaruhi perilaku saat tes. pertama, alat dan sumber yang harus digunakan oleh siswa dalam upaya mempersiapkan diri untuk menempuh suatu tes, misalnya buku sumber. kedua, tantangan yanng disediakan terhadap siswa, misalnya pembatasan waktu untuk mengerjakan tes. ketiga, cara menyajikan informasi, misalnya dengan tulisan atau dengan rekaman dll. tujuan-tujuan belajar yang lengkap seharusnya memuat kondisi-kondisi di mana perilaku akan diuji.
Ukuran-ukuran perilaku,komponen ini merupakan suatu pernyataan tentang ukuran yang digunakan untuk membuat pertimbangan mengenai perilaku siswa. suatu ukuran menentukan tingkat minimal perilaku yang dapat diterima sebagai bukti, bahwa siswa telah mencapai tujuan, misalnya: siswa telah dapat memecah suatu masalah dalam waktu 10 menit. Ukuran-ukuran perilaku tersebut dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang harus dikerjakan sebagai lambang tertentu, atau ketepatan tingkah laku, atau jumlah kesalahan, atau kedapatan melakukan tindakan, atau kesesuainya dengan teori tertentu.
Tingkah laku terminal adalah komponen tujuan belajar yang menentukan tingkah laku siswa setelah belajar. tingkah laku itu merupakan bagian tujuan yang menunjuk pada hasil yang diharapkan dalam belajar.
kondisi-kondisi tes, komponen ini menentukan situasi dimana siswa dituntut untuk mempertunjukkan tingkah laku terminal. kondisi-kondisi tersebut perlu disiapkan oleh guru, karena sering terjadi ulangan/ ujian yang diberikan oleh guru tidak sesuai dengan materi pelajaran yang telah diberikan sebelumnya.
Ada tiga kondisi yang dapat mempengaruhi perilaku saat tes. pertama, alat dan sumber yang harus digunakan oleh siswa dalam upaya mempersiapkan diri untuk menempuh suatu tes, misalnya buku sumber. kedua, tantangan yanng disediakan terhadap siswa, misalnya pembatasan waktu untuk mengerjakan tes. ketiga, cara menyajikan informasi, misalnya dengan tulisan atau dengan rekaman dll. tujuan-tujuan belajar yang lengkap seharusnya memuat kondisi-kondisi di mana perilaku akan diuji.
Ukuran-ukuran perilaku,komponen ini merupakan suatu pernyataan tentang ukuran yang digunakan untuk membuat pertimbangan mengenai perilaku siswa. suatu ukuran menentukan tingkat minimal perilaku yang dapat diterima sebagai bukti, bahwa siswa telah mencapai tujuan, misalnya: siswa telah dapat memecah suatu masalah dalam waktu 10 menit. Ukuran-ukuran perilaku tersebut dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang harus dikerjakan sebagai lambang tertentu, atau ketepatan tingkah laku, atau jumlah kesalahan, atau kedapatan melakukan tindakan, atau kesesuainya dengan teori tertentu.
b
TUJUAN
PEMBELAJARAN
Yang menjadi kunci dalam rangka menentukan tujuaqn pembelajaran adalah kebutuhan siswa,mata ajaran, dan guru itu sendiri. berdasarkan kebutuhan siswa dapat ditetapkan apa yan hendak dicapai dan dikembangkan dan diapresiasikan. berdasarkan mata ajaran yang ada dalam petunjuk kurikulum dapat ditentukan hasil-hasil pendidikan yang diinginkan. guru sendiri adalah sumber utama tujuan bagi para siswa dan dia harus mampu menulis dan memilih tujuan pendidikan yang bermakna dan dapat diukur.
Suatu tujuan pembelajaran seyogyanya memenuhi kriteria sebagai berikut:
Yang menjadi kunci dalam rangka menentukan tujuaqn pembelajaran adalah kebutuhan siswa,mata ajaran, dan guru itu sendiri. berdasarkan kebutuhan siswa dapat ditetapkan apa yan hendak dicapai dan dikembangkan dan diapresiasikan. berdasarkan mata ajaran yang ada dalam petunjuk kurikulum dapat ditentukan hasil-hasil pendidikan yang diinginkan. guru sendiri adalah sumber utama tujuan bagi para siswa dan dia harus mampu menulis dan memilih tujuan pendidikan yang bermakna dan dapat diukur.
Suatu tujuan pembelajaran seyogyanya memenuhi kriteria sebagai berikut:
Tujuan
itu menyediakan situasi atau kondisi untuk belajar, misalnya: dalam situasi
bermain peran.
Tujuan mendefinisikan
tingkah laku siswa dalam bentuk dapat diukur dan dapat diamati.
Tujuan
menyatakan tingkat minimal perilaku yang dikehendaki, misalnya pada peta pulau
jawa, siswa dapat mewarnai dan memberi label pada sekurang-kurangnya tiga
gunung utama.
2. 4 Unsur-unsur Belajar
a.
Tujuan. Belajar dimulai karena adanya sesuatu tujuan yang ingin
dicapai. Tujuan ini muncul untuk memenuhi suatu kebutuhan.
b.
Kesiapan. Untuk dapat melakukan perbuatan belajar dengan baik, anak atau
individu perlu memiliki kesiapan, baik kesiapan fisik dan psikis, kesiapan yang
berupa kematangan untuk melakukan sesuatu, maupun penguasaan pengetahuan dan
kecakapan-kecakapan yang mendasarinya.
c.
Situasi. Kegiatan belajar berlangsung dalam suatu
situasi belajar. Dalam situasi belajar ini terlihat tempat, lingkungan sekitar,
alat dan bahan yang dipelajari, orang-orang yang turut bersangkut dalam
kegiatan belajar, serta kondisi siswa yang belajar.
d.
Interpretasi. Dalam menghadapi situasi, individu mengadakan interpretasi,
yaitu melihat hubungan di antara komponen-komponen situasi belajar, melihat
makna dari hubungan tersebut dan menghubungkannya dengan kemungkinan pencapaian
tujuan.
e.
Respons. Berpegang kepada hasil dari interpretasi apakah individu
mungkin atau tidak mungkin mencapai tujuan yang diharapkan maka ia memberikan
respon
f.
Konsekuensi. Setiap usaha akan membawa hasil, akibat atau konsekuensi,
entah itu keberhasilan ataupun kegagalan, demikian juga dengan respons atau
usaha belajar siswa. Apabila siswa berhasil dalam belajarnya ia akan merasa senang,
puas, dan akan lebih meningkatkan semangatnya untuk melakukan usaha-usaha
belajar berikutnya.
g.
Reaksi terhadap kegagalan. Selain keberhasilan, kemungkinan yang lain
diperoleh siswa dalam belajar adalah kegagalan. Peristiwa ini akan menimbulkan
perasaan sedih dan kecewa. Reaksi siswa terhadap kegagalan dalam belajar bisa
bermacam-macam. Kegagalan bisa menurunkan semangat, tetapi bisa juga
sebaliknya, kegagalan membangkitkan semangat yang berlipat ganda untuk menembus
dan menutupi kegagalan tersebut.
2. 5 Hasil Belajar
Masalah belajar adalah
masalah bagi setiap manusia, dengan belajar manusia memperoleh keterampilan,
kemampuan sehingga terbentuklah sikap dan bertambahlah ilmu pengetahuan.
Jadi hasil belajar itu adalah suatu hasil nyata yang dicapai oleh
siswa dalam usaha menguasai kecakapan jasmani dan rohani di sekolah yang
diwujudkan dalam bentuk raport pada setiap semester.
Untuk mengetahui
perkembangan sampai di mana hasil yang telah dicapai oleh seseorang dalam
belajar, maka harus dilakukan evaluasi. Untuk menentukan kemajuan yang dicapai
maka harus ada kriteria (patokan) yang mengacu pada tujuan yang telah
ditentukan sehingga dapat diketahui seberapa besar pengaruh strategi belajar
mengajar terhadap keberhasilan belajar siswa. Hasil belajar siswa menurut
W. Winkel (dalam buku Psikologi Pengajaran 1989:82) adalah
keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar siswa di sekolah
yang mewujudkan dalam bentuk angka.
Menurut Winarno
Surakhmad (dalam buku, Interaksi Belajar Mengajar, (Bandung: Jemmars,
1980:25) hasil belajar siswa bagi kebanyakan orang berarti
ulangan, ujian atau tes. Maksud ulangan tersebut ialah untuk memperoleh suatu
indek dalam menentukan keberhasilan siswa.
Dari definisi di atas,
maka dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah prestasi
belajar yang dicapai siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan
membawa suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang. Untuk
menyatakan bahwa suatu proses belajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru
memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya. Namun untuk
menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat
ini yang telah disempurnakan, antara lain bahwa suatu proses belajar mengajar
tentang suatu bahan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan
pembelajaran khususnya dapat dicapai.
Untuk mengetahui
tercapai tidaknya tujuan pembelajaran khusus, guru perlu mengadakan tes
formatif pada setiap menyajikan suatu bahasan kepada siswa. Penilaian formatif
ini untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai tujuan pembelajaran
khusus yang ingin dicapai. Fungsi penelitian ini adalah untuk memberikan umpan
balik pada guru dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar dan
melaksanakan program remedial bagi siswa yang belum berhasil. Karena itulah,
suatu proses belajar mengajar dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi
tujuan pembelajaran khusus dari bahan tersebut.
2. 6 Gaya Belajar
a.
VISUAL (Visual Learners)
Gaya
Belajar Visual (Visual Learners) menitikberatkan pada
ketajaman penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan
terlebih dahulu agar mereka paham Gaya belajar seperti ini mengandalkan
penglihatan atau melihat dulu buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya. Ada
beberapa karakteristik yang khas bagai
orang-orang yang menyukai gaya belajar visual ini. Pertama adalah
kebutuhan melihat sesuatu (informasi/pelajaran) secara visual untuk
mengetahuinya atau memahaminya, kedua memiliki kepekaan
yang kuat terhadap warna, ketiga memiliki pemahaman yang
cukup terhadap masalah artistik, keempat memiliki kesulitan dalam berdialog
secara langsung,kelima terlalu reaktif terhadap suara, keenam sulit
mengikuti anjuran secara lisan, ketujuh seringkali
salah menginterpretasikan kata atau ucapan.
2.
Bukan pendengar yang baik saat berkomunikasi
3.
Saat mendapat petunjuk untuk melakukan sesuatu, biasanya akan
melihat teman-teman lainnya baru kemudian dia sendiri yang bertindak
4.
Tak suka bicara didepan kelompok dan tak suka pula mendengarkan
orang lain. Terlihat pasif dalam kegiatan diskusi.
5.
Kurang mampu mengingat informasi yang diberikan secara lisan
6.
Lebih suka peragaan daripada penjelasan lisan
7.
Dapat duduk tenang ditengah situasi yang rebut dan ramai tanpa
terganggu
b.
AUDITORI (Auditory Learners )
Gaya
belajar Auditori (Auditory Learners) mengandalkan pada
pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Karakteristik model
belajar seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat
utama menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya, kita harus mendengar, baru
kemudian kita bisa mengingat dan memahami informasi itu. Karakter pertama orang yang
memiliki gaya belajar ini adalah semua informasi hanya bisa diserap melalui
pendengaran, kedua memiliki kesulitan untuk menyerap
informasi dalam bentuk tulisan secara langsung, ketiga memiliki kesulitan menulis ataupun
membaca.
Ciri-ciri gaya belajar
Auditori yaitu :
1.
Mampu mengingat dengan baik penjelasan guru di depan kelas, atau
materi yang didiskusikan dalam kelompok/ kelas
2.
Pendengar ulung: anak mudah menguasai materi iklan/ lagu di
televise/ radio
3.
Cenderung banyak omong
4.
Tak suka membaca dan umumnya memang bukan pembaca yang baik karena
kurang dapat mengingat dengan baik apa yang baru saja dibacanya
5.
Kurang cakap dalm mengerjakan tugas mengarang/ menulis
6.
Senang berdiskusi dan berkomunikasi dengan orang lain
7.
Kurang tertarik memperhatikan hal-hal baru dilingkungan
sekitarnya, seperti hadirnya anak baru, adanya papan pengumuman di pojok
kelas, dll
c.
KINESTETIK (Kinesthetic Learners)
Gaya
belajar Kinestetik (Kinesthetic Learners) mengharuskan individu
yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar ia
bisa mengingatnya. Tentu saja ada beberapa karakteristik model belajar
seperti ini yang tak semua orang bisa melakukannya. Karakter pertama adalah menempatkan tangan sebagai
alat penerima informasi utama agar bisa terus mengingatnya. Hanya dengan
memegangnya saja, seseorang yang memiliki gaya ini bisa menyerap
informasi tanpa harus membaca penjelasannya.
Ciri-ciri gaya belajar
Kinestetik yaitu :
2.
Sulit berdiam diri atau duduk manis, selalu ingin bergerak
3.
Mengerjakan segala sesuatu yang memungkinkan tangannya aktif. Contoh:
saat guru menerangkan pelajaran, dia mendengarkan sambil tangannya asyik
menggambar
4.
Suka menggunakan objek nyata sebagai alat bantu belajar
5.
Sulit menguasai hal-hal abstrak seperti peta, symbol dan lambing
6.
Menyukai praktek/ percobaan
7.
Menyukai permainan dan aktivitas fisik
BAB
III
PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan
sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pada hakikatnya belajar
merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang berlangsung sejak lahir
hingga akhir hayat, dalam belajar terjadi adanya perubahan tingkah laku yang
bersifat relatif permanen, hasil belajar ditunjukan dengan tingkah laku,dalam
belajar ada aspek yang berperan yaitu motivasi, emosional, sikap,dan yang
lainnya.belajar adalah perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu. Belajar
dapat menjadi cara untuk menggali potensi lebih dalam, bakat-bakat yang
terpendam dapat dimunculkan dengan belajar.
Pembelajaran pada
hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan,
sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dan tugas guru
adalah mengkoordinasikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan
perilaku bagi peserta didik. Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai usaha
sadar pendidik untuk membantu peserta didik agar mereka dapat belajar sesuai
dengan kebutuhan dan minatnya. Pendidik berperan sebagai fasilitator yang
menyediakan fasilitas dan menciptakan situasi yang mendukung peningkatan
kemampuan belajar peserta didik.
Belajar dan
pembelajaran memiliki hubungan yang sangat erat dan keduanya tidak dapat
dipisahkan dari dunia pendidikan. Belajar merupakan proses yang dilakukan
manusia untuk mendapatkan aneka ragam kemampuan (competencies),
keterampilan (skills), dan sikap (attitudes). Sedangkan
pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memfalitasi dan mendukung
guna meningkatkan intensitas dan kualitas belajar peserta didik. Dengan kata
lain, kegiatan pembelajaran bertujuan untuk mengoptimalkan potensi pada siswa.
Dan belajar merupakan proses yang dilakukan untuk mengoptimalkan potensi
tersebut.
3. 2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, hingga penulis merasa masih perlu belajar lagi dalam
membuat makalah. Dengan demikian, penulis berharap kepada pembaca mau
memberikan saran dan kritik terhadap makalah ini. Penulis juga meminta maaf
jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan dalam penulisan makalah ini.
Selain itu, penulis berharap makalah ini dapat menjadi referensi dan membantu
pembaca dalam menyelesaikan tugasnya tentang “Belajar dan Pembelajaran”
DAFTAR
PUSTAKA
http://aidas07.blogspot.co.id/2014/10/makalah-mata-kuliah-belajar-dan.html
http://ainamulyana.blogspot.co.id/2012/01/pengertian-hasil-belajar-dan-faktor.html
http://belajarpsikologi.com/macam-macam-gaya-belajar
1 comment:
Thanks....
Post a Comment