Video Kooperatif Learning
Friday, April 29, 2016
Thursday, April 28, 2016
CONTOH MINI RESEARCH
TUGAS UNTUK PERTEMUAN TGL 13 MEI 2016
INSTRUKSI:
1. PAHAMI CONTOH MINI RESERACH BERIKUT
2. BUATLAH MINI RESEARCH ANDA
3. PD TGL 13 MEI 2016 AKAN DIPRESENTASIKAN DIDEPAN KELAS DG MENYERAHKAN SEBELUMNYA POWER POINT DAN MINI RESEARCH NYA PD KETUA KELAS DALAM SATU FOLDER
4. DIBERIKAN WAKTU UTK BERTANYA BAGI YANG INGIN BERTANYA TTG HAL INI SEBELUM TANGGAL 12 MEI 2016 VIA TELP
Abstrak
Penerapan Pemberian Tugas dan Metode Tanggapan untuk meningkatkan
prestasi siswa dalam belajar bahasa Inggris siswa Otomasi Departemen Perindustrian kelas XI
SMKN 1 Batam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap
apakah penerapan Memberikan Tugas dan Tanggapan Metode dapat
meningkatkan prestasi siswa, motivasi, dan aktivitas siswa. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus, setiap siklus
terdiri dari empat langkah ada, perencanaan,
tindakan, observasi dan
refleksi. Penelitian ini dilakukan di SMKN 1
Batam, subjek 30 siswa kelas XI
Jurusan Otomasi Industri, pelajaran bahasa Inggris. Data dikumpulkan melalui dengan
memberikan tes dan observasi dan data dianalisis deskriptif.
Kesimpulan adalah sebagai berikut: (a) Penerapan Pemberian Tugas dan
Tanggapan Metode
dapat meningkatkan prestasi siswa, motivasi, dan kegiatan siswa
Abstract
The
Application of Giving Assignment and
Feedback Method to improve student’s achievement in learning
English of the student’s of Automation Industrial Department the
Eleventh grade of SMKN 1 Batam. The aim of this research was to
uncover whether the application of Giving Assignment and
Feedback Method could improve student’s achievement, motivation,
and student’s activities. This research was a classroom action
research conducted in two cycles, every cycle consists of four steps
there were; planning, action, observation and reflection. This research was conducted at SMKN 1 Batam,
the subjects were 30 student’s of
the eleventh grade Automation Industrial Department, English
subject. Data were collected using by giving test and
observation and data were analyzed descriptive.
The conclusions were as follows: (a)The application of Giving Assignment and Feedback Method could
improve student’s achievement, motivation, and student’s activities.
Keywords : student’s achievement,
motivation, activities
1
PENDAHULUAN
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam
mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan
pendidikan nasional. Standar Nasional Pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan,
sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan Standar Nasional
Pendidikan tersebut, yaitu Standar
Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi
satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 (PP
19/2005) tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan kurikulum pada KTSP
jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun
oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada
SI dan SKL serta berpedoman pada panduan yang disusun
oleh Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP).
Selain dari itu, penyusunan KTSP juga
harus mengikuti ketentuan lain yang menyangkut kurikulum dalam UU 20/2003 dan PP 19/2005. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) yang diberlakukan berdasarkan
Permendiknas 22, 23,
24 Tahun 2006 dan Permendiknas No. 6 Tahun 2007
menerapkan sistem pembelajaran berbasis kompetensi, sistem
belajar tuntas, dan sistem pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual
peserta didik.
Sistem dimaksud
ditandai dengan dirumuskannya secara
jelas standar
kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang harus
dikuasai peserta didik. Penguasaan SK
dan KD setiap peserta didik
diukur menggunakan sistem penilaian acuan kriteria. Demikian juga pendapat
Sudrajat (Mei, 2008) yang menyatakan dalam pelaksanan kurikulum berbasis kompetensi,
pendekatan penilaian yang digunakan adalah yang mengacu pada kriteria
atau patokan, dalam hal ini prestasi peserta didik ditentukan oleh kriteria yang
telah ditetapkan untuk penguasaan suatu kompetensi.
Pada kenyataanya banyak siswa yang menunjukkan hasil belajar yang memuaskan
karena beberapa faktor: siswa kurang
aktif dalam proses pembelajaran, siswa kurang berpartisipasi
dalam proses pembelajaran, model pembelajaran yang diterapkan oleh guru
kurang tepat, dimana kerja kelompok yang diterapkan membuat siswa cenderung
pasif, kurang tersedia media pengajaran dan bahan ajar yang relevan,
siswa kurang berani tampil didepan kelas untuk menyampaikan apa yang telah ditugaskan oleh guru siswa takut salah dan tidak
percaya diri dalam menjawab pertanyaan yang diajukan guru., kurangnya
pemberian tugas kepada siswa, tidak adanya umpan balik, kurangnya komunikasi antar guru dan siswa dan metode yang
dipakai kurang bervariasi.
Dalam upaya untuk mendapatkan hasil belajar dilakukan proses penilaian
dengan menggunakan alat penilaian berupa tes. Sudjana (2008:35) “tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa,
terutama hasil belajar kognitif
berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran”.
Didalam Permen Diknas no 41. Tahun 2007
bab IV tentang
penilaian hasil belajar,
menyebutkan, “penilaian
dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram
dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk
tertulis atau lisan,
penilaian hasil karya berupa tugas, proyek
dan atau produk portofolio dan penilaian diri”. Kegiatan belajar mengajar harus
selalu ditingkatkan efektifitas dan efisiensinya.
Sering kali guru merasa sulit mengatur waktu agar semua konsep tersampaikan.
Untuk mengatasi keadaan tersebut, guru perlu memberikan tugas- tugas diluar jam
pelajaran. Metode pembelajaran penugasan atau sering disebut dengan resitasi
atau juga pekerjaan rumah merupakan
metode dimana siswa diberi tugas
diluar jam pelajaran. Metode
pembelajaran atau resitasi ini merupakan metode yang
memberikan kebebasan kepada siswa untuk memahami suatu konsep dengan mencari atau menggali informasi dari
tugas-tugas yang diberikan oleh guru.
Dalam memberikan tugas keadaan siswa, guru harus memperhatikan hal-hal berikut
ini: memberikan penjelasan mengenai:
(1) Tujuan penugasan. (2) Bentuk pelaksanaan tugas (3) Manfaat tugas (4)
Bentuk Pekerjaan (5) Tempat dan waktu penyelesaian tugas (6) Memberikan bimbingan
dan dorongan (7) Memberikan penilaian.
Adapun jenis-jenis tugas yang dapat diberikan kepada siswa yang dapat membantu
berlangsungnya proses belajar mengajar: (1) Tugas membuat rangkuman, (2)
Tugas membuat makalah, (3) Menyelesaikan soal, (4) Tugas mengadakan
observasi, (5) Tugas mempraktekkan sesuatu, (6) Tugas mendemonstrasikan observasi.
Tugas dapat diberikan dalam bentuk daftar sejumlah
pertanyaan mengenai
daftar pelajaran tertentu
atau suatu perintah
yang harus dibahas
dengan diskusi atau bisa juga membuat suatu ringkasan atau
melakukan kegiatan tertentu. Tugas ini biasanya diberikan dengan tujuan agar
siswa memiliki waktu lebih banyak, sehingga
pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu lebih terintegrasi. Disamping itu melalui penugasan ini siswa mendapat pengetahuan
yang lebih luas dari pada hanya mendapat informasi dari gurunya. Siswa juga jauh
lebih aktif dalam belajar baik secara individu maupun kelompok dan merasa
lebih terangsang untuk meningkatkan frekuensi belajarnya
serta berani bertanggung jawab.
Pentingnya metode pemberian tugas mempunyai keunggulan (http://www.kompasiana.com/wijayalabs)
sebagai berikut: 1) Dapat memupuk rasa percaya diri sendiri, 2) Dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari mengolah
menginformasikan dan mengkomunikasikan sendiri, 3). Dapat mendorong belajar,
sehingga tidak cepat bosan, 4) Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa, 5). Dapat mengembangkan kreativitas
siswa, 6) Dapat mengembangkan pola berfikir dan ketrampilan
siswa. Selama ini umpan balik yang terjadi tidak terstruktur, tidak
terarah, tidak direncanakan, tidak terjadwal dengan baik dan frekuensinya belum memadai.
Dalam kegiatan belajar, maka motivasi
dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar
dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki
oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman:2000). Motivasi paling tidak
memuat tiga unsur esensial, yakni: (1) faktor
pendorong atau pembangkit
motif, baik internal
maupun eksternal, (2)
tujuan
yang ingin dicapai, (3) strategi yang diperlukan oleh individu atau kelompok
untuk mencapai tujuan tersebut.
Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas.
Itulah mengapa aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi
belajar mengajar (Sardiman, 2001:93). Dalam aktivitas belajar ada beberapa
prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu
jiwa, yaitu pandangan ilmu jiwa
lama dan modern. Menurut pandangan ilmu
jiwa lama, aktivitas didominasi oleh guru sedangkan menurut
pandangan ilmu jiwa modern, aktivitas didominasi oleh siswa.
Kegiatan belajar/aktifitas belajar sebagi proses terdiri atas enam unsur yaitu tujuan
belajar, peserta didik yang termotivasi, tingkat kesulitan belajar, stimulus
dari lingkungan, pesrta didik yang memahami situasi, dan pola respons peserta didik (Sudjana,2005:105).
Banyak macam- macam kegiatan (aktivitas belajar) yang dapat dilakukan anak- anak di kelas, tidak hanya mendengarkan atau mencatat. Paul B. Diedrich
(dalam Nasution, 2004:9), Membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan (aktifitas
siswa), antara lain: 1) Visual activities (13) seperti membaca, memperhatikan
gambar, demonstrasi, percobaab, pekerjaan orang lain dan sebagainya, 2) Oral activities (43) seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya,
member saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interviu, diskusi, interupsi dan sebagainya, 3) Listening
activities (11) seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, music, pidato dan
sebagainya, 4) Writing activities (22)
seperti menulis cerita,
karangan, laporan, tes, angket, menyalin,
dan sebagainya,
5) Drawing
activities (8) seperti menggambar, membuat grafik, peta diagram, pola,
dan sebagainya, 6) Motor activities (47)
seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi,
bermain, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya, 7) Mental activities (23) seperti
menanggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat
hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya, 8) Emotional activities (23) seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira,
berani, tenang, gugup, dan sebagainya.
Tentu saja kegiatan
itu tidak terpisah
satu sama lain. Dalam suatu kegiatan motoris terkandung kegiatan mental dan disertai oleh perasaan tertentu. Dalam tiap pelajaran
dapat dilakukan bermacam-macam kegiatan (Nasution, 1982:94-95. http:
//edukasi. kompasiana.com /2010/ 04/11/aktivitas-belajar/).
Metode
Metode penelitian yang dilaksanakan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Menurut
Depdiknas (2001:5) Classroom Action Research adalah
action research yang
dilaksanakan oleh guru dalam kelas. Action research pada hakekatnya merupakan rangkaian “riset-tindakan-riset-tindakan...” yang dilakukan secara siklik dalam
rangka memecahkan masalah, sampai masalah itu
terpecahkan.
Suharsimi Arikunto (129) menyatakan bahwa Penelitian Tindakan adalah salah
satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam proses
pengembangan inovatif yang “dicoba sambil jalan” dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam prosesnya,
pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan
tersebut dapat saling mendukung
satu sama lain. David Hopkins yang
dikutip
Kunandar (2008:45) pengertiannya adalah:
“a form of self-reflective inquiry undertaken
by participants in a social (including
educational ) situation in order to improve the rationality and justice of : (a) their own social or educational practices; (b) their understanding of these practices; and (c) the situations
in which
practices are carried out”.
1. Hasil belajar siswa.
Hasil belajar siswa dilakukan dengan menganalisis hasil tes siswa pada setiap
siklus dan dikategorikan tuntas/tidak tuntas. Ada 2 jenis ketuntasan belajar siswa yaitu:
a)
Ketuntasan individu
Kriteria tuntas adalah sesuai dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) untuk
SK dan KD 3 kelas XI adalah 70
sesuai dengan kesepakatan Kelompok Kerja Guru Bahasa Inggris SMKNI Batam.
b) Ketuntasan klasikal
Ketuntasan klasikal dinyatakan tercapai apabila sekurang-kurangnya 75% dari
jumlah siswa dalam kelas tersebut telah memenuhi kriteria ketuntasan individu.
2.
Motivasi Belajar
Pemberian skor motivasi belajar siswa berdasarkan skala Likert yang telah dimodifikasi menggunakan 4 pilihan
jawaban: Sangat Setuju
(SS), Setuju (S), Tidak
Setuju (TS) dan STS (Sangat Tidak Setuju ) untuk setiap pernyataan positif maupun
negatif diberi skor.
3.
Aktifitas Siswa
Hasil Pengamatan aktifitas siswa melalui observasi terhadap siswa selama proses
belajar mengajar berlangsung. Adapun aktitas siswa yang diamati adalah kesiapan
mengikuti pelajaran, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, mendengarkan
pertanyaan guru, membuat tugas, mengerjaan tugas, mengerjakan tugas,
melakukan dialog, menjelaskan tentang gambar yang diberikan,berani menanggapi
pendapat atau pertanyaan, bersemangat dalam
pembelajaran.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Hasil Penelitian
a)
Hasil Belajar
Hasil
belajar pada siklus I menunjukkan nilai mean (rata- rata) 76,80, median
(nilai tengah) 72, mode 72, standar deviasi 8,495 dengan skor nilai tertinggi
96 dan skor nilai terendah 60. Sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan
sebagaimana tabel berikut:
|
Test Value =
0
|
|||||
T
|
Df
|
Sig. (2-tailed)
|
Mean Difference
|
95% Confidence Interval of the Difference
|
||
Lower
|
Upper
|
|||||
Hasil Belajar Siklus 1
Hasil Belajar siklus 2
|
49.517
78.987
|
29
29
|
.000
.000
|
76.800
86.933
|
73.63
84.68
|
79.97
89.18
|
b) Motivasi Belajar
Hasil angket yang dikerjakan oleh siswa didapat rata-rata skor motivasi
siswa 81,27, median
8,50, mode 81 dan standar
deviasi 6,726, dengan
skor tertinggi 98 dan skor terendah 68 dan mengalami peningkatan sebagai mana hasil
berikut ini:
Tabel: Hasil Analisis Uji t Motivasi Belajar Siswa
One-Sample Test
|
Test Value =
0
|
|||||
T
|
Df
|
Sig. (2-tailed)
|
Mean Difference
|
95% Confidence Interval of the Difference
|
||
Lower
|
Upper
|
|||||
Motivasi Siklus 1
Motivasi Siklus 2
|
66.180
107.881
|
29
29
|
.000
.000
|
81.267
95.600
|
78.76
93.79
|
83.78
97.41
|
c) Aktifitas Belajar
Aktifitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi
(guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan
belajar. Aktifitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah
pada siswa, sebab dengan adanya aktifitas siswa dalam proses
pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif, seperti yang dikemukakan oleh Rochman
Natawijaya dalam Depdiknas (2005:31), belajar aktif adalah “Suatu
sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik,
mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa
perpaduan antara aspek koqnitif, afektif dan psikomotor”.
Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku
seperti: sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang
diberikan guru, mampu menjawab
pertanyaan, senang diberi tugas belajar,
dan lain sebagainya.
2. Pembahasan
a)
Hasil belajar
Dalam upaya untuk mendapatkan hasil belajar dilakukan proses penilaian
dengan menggunakan alat penilaian berupa tes. Sudjana (2008:35) “tes pada umumnya
digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama
hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan
tujuan pendidikan dan pengajaran”. Didalam Permen Diknas no 41. Tahun 2007 bab IV tentang penilaian hasil
belajar, menyebutkan, “penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan
terprogram dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis atau lisan, penilaian hasil karya berupa tugas,
proyek dan atau produk portofolio
dan penilaian diri”.
Depdikbud (1994) proses pembelajaran bertujuan agar materi yang dipelajari
dapat dikuasai oleh siswa. Tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai ketuntasan dari tes hasil
belajarnya. Pengukuran hasil belajar dinyatakan melalui skor yang diperoleh siswa, semakin baik
penguasaan materi siswa menunjukkan ketuntasan belajar telah tercapai.
Secara umum tindakan yang dilaksanakan siswa pada siklus II sudah menunjukkan
hasil yang signifikan karena hasil ujian
t
hitung = 49.517 siklus
I mengalami
peningkatan yaitu : 78.987.
b)
Motivasi belajar
Ada beberapa hal yang menjadi faktor yang
dapat mempengaruhi motivasi belajar yaitu: 1) cita-cita atau
aspirasi siswa, 2) kemampuan siswa, 3) kondisi siswa 4) kondisi lingkungan siswa, 5) unsur-unsur dinamis, 6) upaya guru
dalam membelajarkan siswa. Dimyati dan Mudjiono ( 1994:970).
Dengan masih kurangnya pencapaian nilai motivasi pada Siklus I maka dilanjutkan
dengan pelaksanaan pada Siklus II, Pada Siklus II siswa sudah diberikan
rangsangan berupa pemberian hadiah untuk nilai terbaik yang didapatkan pada
hasil belajar, diberikan pujian atas hal positif yang dilakukan oleh siswa dan
pada Siklus II ini siswa sudah bisa memahami tujuan belajar yang di
informasikan secara lebih detail pada siklus yang dilaksanakan. Setelah beberapa
perlakuan dilaksanakan pada Siklus II motivasi belajar siswa diperoleh derajat
pencapaian motivasi belajar siswa adalah 70%
(kategori cukup) pada siklus I
dengan rata- rata skor 81,27. Pada siklus II derajat pencapaian
motivasi belajar siswa adalah 82 % (kategori baik) dengan rata-rata skor 96,60.
Hasil Analisis Uji t Motivasi
Belajar Siswa Siklus II, t hitung = 107.881 dan t hitung
pada Siklus I = 66.180 menunjukan pencapaian
yang signifikan.
Ada dua hal penting yang menjadi perhatian dalam motivasi belajar yaitu: mengetahui apa yang akan dipelajari
dan mengapa hal tersebut layak atau patut untuk dipelajari. Sebab tanpa motivasi
(mengetahui apa yang akan
dipelajari dan mengapa hal tersebut layak atau patut
untuk dipelajari) kegiatan belajar mengajar akan sangat sulit untuk mendapatkan keberhasilan. Hasil Analisis
Uji t Motivasi Belajar Siswa Siklus II , t
hitung = 107.881 dan t hitung pada Siklus I = 66.180 menunjukan pencapaian
yang signifikan. Ada dua hal penting
yang menjadi perhatian dalam motivasi belajar yaitu: mengetahui apa yang
akan dipelajari dan mengapa hal tersebut layak atau
patut untuk dipelajari. Sebab tanpa motivasi (mengetahui
apa yang akan dipelajari dan mengapa
hal tersebut layak atau patut untuk dipelajari) kegiatan belajar mengajar akan
sangat sulit untuk mendapatkan keberhasilan.
c)
Aktifitas siswa
Aktifitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi
(guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan
belajar. Aktifitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah
pada siswa, sebab dengan adanya aktifitas siswa dalam proses pembelajaran
terciptalah situasi belajar aktif, seperti yang dikemukakan oleh Rochman
Natawijaya dalam Depdiknas (2005:31), belajar aktif adalah “Suatu
sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik,
mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa
perpaduan antara aspek koqnitif, afektif dan psikomotor”.
Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku
seperti; sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas
yang
diberikan guru, mampu menjawab
pertanyaan, senang diberi tugas belajar,
dan lain sebagainya.
Hasil aktifitas siswa pada siklus I masih tergolong rendah dengan presentase tertingi yang dicapai siswa 66,66% pada aktifitas bersemangat dalam
pembelajaran sedangkan kesiapan mengikuti pelajaran hanya mencapai 13,33%.
Hal ini disebabkan proses pembelajaran belum berlangsung optimal karena kesiapan
mengikuti pelajaran siswa belum maksimal, mendengar penjelasan guru kurang fokus, kurang
bersemangat dalam membuat tugas, mengerjakan soal maupun melakukan dialog.
Pada siklus II aktifitas siswa sudah meningkat. Hal ini terlihat
terutama pada frekuensi
aktifitas tertinggi yaitu; menjawab pertanyaan
(83%) mengajukan pertanyaan
(80%) dan melakukan dialog (76,66%).
Simpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pengolahan data yang dilakukan dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
a)
Penerapan metode pemberian tugas dan umpan
balik dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari
hasil belajar siswa yang menjadi tujuan penelitian
ini, dengan pencapaian hasil belajar siswa yang memenuhi
KKM adalah 100%.
b)
Motivasi siswa meningkat dengan
derajat pencapaian kategori “Baik”.
c)
Aktifitas siswa meningkat dengan aktifnya siswa
selama pelajaran berlangsung dari 31,67% menjadi 67%.
2.
Saran
a)
Untuk guru agar menerapkan metode pemberian
tugas dan umpan balik sebagai salah satu solusi dalam mengalami
permasalahan dalam pembelajaran. Pemberian tugas kepada siswa
hendaknya diberikan penilaian.
b)
Untuk siswa agar mempertahan kondisi
belajar-mengajarkan yang menyenangkan, mengerjakan tugas dengan
serius, membaca perintah tugas dengan teliti sehinggga mendapat nilai
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
c)
Untuk sekolah agar menjadikan hasil penelitian
ini sebagai tolak ukur dan kebijakan agar penerapan metode pemberian
tugas dan umpan balik dijadikan alternatif untuk diterapkan
sebagai metode pembelajaran pada masa yang
akan datang.
Daftar Rujukan
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta.Rineka Cipta.
A.M,
Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Depdikbud.
1994. Kurikulum Pendidikan Dasar (GBPP).
Jakarta. Depdikbud. Depdikbud.
2001. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta:
Pusat Kurikulum
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kurikulum Depdiknas.
Hamalik, Oemar. 1991, Pendekatan Baru Strategi Belajar
Mengajarkan berdasarkan CBSA. Bandung:
Sinar Baru.
. 1990. Metode Belajar dan
Kesulitan-kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito Bandung.
Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan profesi Guru Jakarta:
PT Raja Wali Press.
.
2007. Guru Profesional Implementasi KTSP
dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Lubis, Syahron. 2011. Metologi Penelitian Pendidikan Padang: Sukabina Press. Nana Sudjana.
2006. Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja
Rosdakarya.
Nasution. 2010. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta:
Bumi Aksara.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2005 (PP 19/2005) tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta.
Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No. 22, 23, 24 Tahun 2006.
Jakarta. Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional RI No. 16 Tahun 2007. Tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Jakarta: BSNP.
Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007.
Jakarta. Roestiyah, N.K. 1998. Strategi Belajar Mengajar.Jakarta.Rineka Cipta.
Ririn Kurniawati. 2010. Aktifitas
Belajar (versi elektronik) diakses dari: http://id.shvoong.com/social-sciences/1961162-aktifitas belajar/#ixzz25N6 NanTd.
Sudjana. 1992. Teknik Analisis
regresi dan Korelasi. Bandung: Tarsito.
Persantunan: Artikel ini diolah dari tesis
Hasinah dengan judul Penerapan Pembelajaran
Konstruktivisme Modul Fisika Untuk Meningkatkan Konsep Diri dan Hasil Belajar
Siswa Kelas X Otomasi Industri SMK Negeri 1
Batam. Selanjutnya penulis
mengucapkan terima kasih kepada Pembimbing I Prof. Drs. Syahron Lubis,
M.Ed, Ph.D dan Pembimbing II Dr. Ambiyar, M.Pd yang telah berkenan
meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam penyelesaian artikel ini.
Subscribe to:
Posts (Atom)