Thursday, April 28, 2016

CONTOH MINI RESEARCH



 TUGAS UNTUK PERTEMUAN TGL 13 MEI 2016
INSTRUKSI:
1. PAHAMI CONTOH MINI RESERACH BERIKUT
2. BUATLAH MINI RESEARCH ANDA
3. PD TGL 13 MEI 2016 AKAN DIPRESENTASIKAN DIDEPAN KELAS DG MENYERAHKAN SEBELUMNYA POWER POINT DAN MINI RESEARCH NYA PD KETUA KELAS DALAM SATU FOLDER
4. DIBERIKAN WAKTU UTK BERTANYA BAGI YANG INGIN BERTANYA TTG HAL INI SEBELUM TANGGAL 12 MEI 2016 VIA TELP

Abstrak

Penerapan Pemberian Tugas dan Metode Tanggapan untuk meningkatkan prestasi siswa dalam belajar bahasa Inggris siswa Otomasi Departemen Perindustrian kelas XI SMKN 1 Batam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap apakah penerapan Memberikan Tugas dan Tanggapan Metode dapat meningkatkan prestasi siswa, motivasi, dan aktivitas siswa. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari empat langkah ada, perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Penelitian ini dilakukan di SMKN 1 Batam, subjek 30 siswa kelas XI Jurusan Otomasi Industri, pelajaran bahasa Inggris. Data dikumpulkan melalui dengan memberikan tes dan observasi dan data dianalisis deskriptif. Kesimpulan adalah sebagai berikut: (a) Penerapan Pemberian Tugas dan Tanggapan  Metode dapat meningkatkan prestasi siswa, motivasi, dan kegiatan siswa

Abstract


The Application of Giving Assignment and Feedback Method to improve student’s achievement in learning English of the student’s of Automation Industrial Department the Eleventh grade of SMKN 1 Batam. The aim of this research was to uncover whether the application of Giving Assignment and Feedback Method could improve student’s achievement, motivation, and student’s activities. This research was a classroom action research conducted in two cycles, every cycle consists of four steps there were; planning, action, observation and reflection. This research was conducted at SMKN 1 Batam, the subjects were 30 student’s of the eleventh grade Automation Industrial Department, English subject. Data were collected using by giving test and observation and data were analyzed descriptive. The conclusions were as follows: (a)The application of Giving Assignment and Feedback Method could improve student’s achievement, motivation, and student’s activities.

Keywords : student’s achievement, motivation, activities


1






PENDAHULUAN


Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar Nasional Pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan Standar Nasional Pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah  Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 (PP 19/2005) tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan kurikulum pada KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada SI dan SKL serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Selain dari itu, penyusunan KTSP juga harus mengikuti ketentuan lain yang menyangkut kurikulum dalam UU 20/2003 dan PP 19/2005. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan berdasarkan Permendiknas 22,   23,
24 Tahun 2006 dan Permendiknas No. 6 Tahun 2007 menerapkan sistem pembelajaran berbasis kompetensi, sistem belajar tuntas, dan sistem pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual peserta didik.
Sistem  dimaksud   ditandai   dengan   dirumuskannya   secara   jelas standar






kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasai peserta didik. Penguasaan SK dan KD setiap peserta didik diukur menggunakan sistem penilaian acuan kriteria. Demikian juga pendapat Sudrajat (Mei, 2008) yang menyatakan dalam pelaksanan kurikulum berbasis kompetensi, pendekatan penilaian yang digunakan adalah yang mengacu pada kriteria atau patokan, dalam hal ini prestasi peserta didik ditentukan oleh kriteria yang telah ditetapkan  untuk penguasaan suatu kompetensi.
Pada kenyataanya banyak siswa yang menunjukkan hasil belajar yang memuaskan karena beberapa faktor: siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran, siswa kurang berpartisipasi dalam proses pembelajaran, model pembelajaran yang diterapkan oleh guru kurang tepat, dimana kerja kelompok yang diterapkan membuat siswa cenderung pasif, kurang tersedia media pengajaran dan bahan ajar yang relevan, siswa kurang berani tampil didepan kelas untuk menyampaikan apa yang telah ditugaskan oleh guru siswa takut salah dan tidak percaya diri dalam menjawab pertanyaan yang diajukan guru., kurangnya pemberian tugas kepada siswa, tidak adanya umpan balik, kurangnya komunikasi antar guru dan siswa dan metode yang dipakai kurang bervariasi.
Dalam upaya untuk mendapatkan hasil belajar dilakukan proses penilaian dengan menggunakan alat penilaian berupa tes. Sudjana (2008:35) “tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran”. Didalam Permen Diknas  no  41. Tahun  2007  bab  IV  tentang  penilaian  hasil  belajar,  menyebutkan,  “penilaian






dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis atau lisan, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan atau produk portofolio dan penilaian diri”. Kegiatan belajar mengajar harus selalu ditingkatkan efektifitas dan efisiensinya.
Sering kali guru merasa sulit mengatur waktu agar semua konsep tersampaikan. Untuk mengatasi keadaan tersebut, guru perlu memberikan tugas- tugas diluar jam pelajaran. Metode pembelajaran penugasan atau sering disebut dengan resitasi atau juga pekerjaan rumah merupakan metode dimana siswa diberi tugas diluar jam pelajaran. Metode pembelajaran atau resitasi ini merupakan metode yang memberikan kebebasan kepada siswa untuk memahami suatu konsep dengan mencari atau menggali informasi dari tugas-tugas yang  diberikan oleh guru.
Dalam memberikan tugas keadaan siswa, guru harus memperhatikan hal-hal berikut ini: memberikan penjelasan mengenai: (1) Tujuan penugasan. (2) Bentuk pelaksanaan tugas (3) Manfaat tugas (4) Bentuk Pekerjaan (5) Tempat dan waktu penyelesaian tugas (6) Memberikan bimbingan dan dorongan (7) Memberikan penilaian.
Adapun jenis-jenis tugas yang dapat diberikan kepada siswa yang dapat membantu berlangsungnya proses belajar mengajar: (1) Tugas membuat rangkuman, (2) Tugas membuat makalah, (3) Menyelesaikan soal, (4) Tugas mengadakan observasi, (5) Tugas mempraktekkan sesuatu, (6) Tugas mendemonstrasikan observasi.
Tugas dapat  diberikan dalam bentuk daftar sejumlah pertanyaan   mengenai






daftar pelajaran tertentu atau suatu perintah yang harus dibahas dengan diskusi atau bisa juga membuat suatu ringkasan atau melakukan kegiatan tertentu. Tugas ini biasanya diberikan dengan tujuan agar siswa memiliki waktu lebih banyak, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu lebih terintegrasi. Disamping itu melalui penugasan ini siswa mendapat pengetahuan yang lebih luas dari pada hanya mendapat informasi dari gurunya. Siswa juga jauh lebih aktif dalam belajar baik secara individu maupun kelompok dan merasa lebih terangsang untuk meningkatkan frekuensi belajarnya serta berani bertanggung jawab.
Pentingnya metode pemberian tugas mempunyai keunggulan (http://www.kompasiana.com/wijayalabs) sebagai berikut: 1) Dapat  memupuk rasa percaya diri sendiri, 2) Dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari mengolah menginformasikan dan mengkomunikasikan sendiri, 3). Dapat mendorong belajar, sehingga tidak cepat bosan, 4) Dapat membina  tanggung jawab dan disiplin siswa, 5). Dapat mengembangkan kreativitas siswa, 6) Dapat mengembangkan pola berfikir dan ketrampilan siswa. Selama ini umpan balik yang terjadi tidak terstruktur, tidak terarah, tidak direncanakan, tidak terjadwal dengan baik dan frekuensinya belum memadai.
Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman:2000). Motivasi paling tidak memuat tiga unsur esensial, yakni: (1) faktor  pendorong  atau  pembangkit  motif,  baik  internal  maupun  eksternal, (2)






tujuan yang ingin dicapai, (3) strategi yang diperlukan oleh individu atau kelompok untuk mencapai tujuan tersebut.
Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Itulah mengapa aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar (Sardiman, 2001:93). Dalam aktivitas belajar ada beberapa prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yaitu pandangan ilmu jiwa lama dan modern. Menurut pandangan ilmu jiwa lama, aktivitas didominasi oleh guru sedangkan menurut pandangan ilmu jiwa modern, aktivitas didominasi oleh siswa.
Kegiatan belajar/aktifitas belajar sebagi proses terdiri atas enam unsur yaitu tujuan belajar, peserta didik yang termotivasi, tingkat kesulitan belajar, stimulus dari lingkungan, pesrta didik yang memahami situasi, dan pola respons peserta didik (Sudjana,2005:105).
Banyak macam- macam kegiatan (aktivitas belajar) yang dapat dilakukan anak- anak di kelas, tidak hanya mendengarkan atau mencatat. Paul B. Diedrich (dalam Nasution, 2004:9), Membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan (aktifitas siswa), antara lain: 1) Visual activities (13) seperti membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaab, pekerjaan orang lain dan sebagainya, 2) Oral activities (43) seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, member saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interviu, diskusi, interupsi dan sebagainya, 3) Listening activities (11) seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, music, pidato dan sebagainya, 4) Writing activities (22) seperti menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket, menyalin, dan sebagainya,






5) Drawing activities (8) seperti menggambar, membuat grafik, peta diagram, pola, dan sebagainya, 6) Motor activities (47) seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya, 7) Mental activities (23) seperti menanggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya, 8) Emotional activities (23) seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup, dan sebagainya.
Tentu saja kegiatan itu tidak terpisah satu sama lain. Dalam suatu kegiatan motoris terkandung kegiatan mental dan disertai oleh perasaan tertentu. Dalam tiap pelajaran dapat dilakukan bermacam-macam kegiatan (Nasution, 1982:94-95. http: //edukasi. kompasiana.com /2010/ 04/11/aktivitas-belajar/).


Metode


Metode penelitian yang dilaksanakan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Menurut Depdiknas (2001:5) Classroom Action Research adalah action research yang dilaksanakan oleh guru dalam kelas. Action research pada hakekatnya merupakan rangkaian “riset-tindakan-riset-tindakan...” yang dilakukan secara siklik dalam rangka memecahkan masalah, sampai masalah itu terpecahkan.
Suharsimi Arikunto (129) menyatakan bahwa Penelitian Tindakan adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam proses pengembangan inovatif yang “dicoba sambil jalan” dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam prosesnya, pihak-pihak yang terlibat  dalam kegiatan tersebut  dapat saling  mendukung  satu sama  lain.  David  Hopkins yang






dikutip Kunandar  (2008:45) pengertiannya adalah:

a form of self-reflective inquiry undertaken by participants in a social (including educational ) situation in order to improve the rationality and justice of : (a) their own social or educational practices; (b) their understanding of these practices; and (c) the situations in  which practices are carried out”.


1.    Hasil belajar siswa.

Hasil belajar siswa dilakukan dengan menganalisis hasil tes siswa pada setiap siklus dan dikategorikan tuntas/tidak tuntas. Ada 2 jenis ketuntasan belajar siswa yaitu:
a)     Ketuntasan individu

Kriteria tuntas adalah sesuai dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) untuk SK dan KD 3 kelas XI adalah 70 sesuai dengan kesepakatan Kelompok Kerja Guru Bahasa Inggris SMKNI Batam.


b)    Ketuntasan klasikal

Ketuntasan klasikal dinyatakan tercapai apabila sekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa dalam kelas tersebut telah memenuhi kriteria ketuntasan individu.


2.    Motivasi Belajar

Pemberian skor motivasi belajar siswa berdasarkan skala Likert yang telah dimodifikasi menggunakan 4 pilihan jawaban: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan STS (Sangat Tidak Setuju ) untuk setiap pernyataan positif maupun negatif  diberi skor.






3.    Aktifitas Siswa

Hasil Pengamatan aktifitas siswa melalui observasi terhadap siswa selama proses belajar mengajar berlangsung. Adapun aktitas siswa yang diamati adalah kesiapan mengikuti pelajaran, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, mendengarkan pertanyaan guru, membuat tugas, mengerjaan tugas, mengerjakan tugas, melakukan dialog, menjelaskan tentang gambar yang diberikan,berani menanggapi pendapat atau pertanyaan, bersemangat dalam pembelajaran.


Hasil Penelitian dan Pembahasan


1.    Hasil Penelitian

a)    Hasil Belajar

Hasil belajar pada siklus I menunjukkan nilai mean (rata- rata) 76,80, median (nilai tengah) 72, mode 72, standar deviasi 8,495 dengan skor nilai tertinggi 96 dan skor nilai terendah 60. Sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan sebagaimana tabel berikut:

Test Value = 0




T




Df




Sig. (2-tailed)




Mean Difference
95% Confidence Interval of the Difference
Lower
Upper
Hasil Belajar Siklus 1
Hasil Belajar siklus 2

49.517



78.987

29



29

.000



.000

76.800



86.933

73.63



84.68

79.97



89.18








b)    Motivasi Belajar
Hasil angket yang dikerjakan oleh siswa didapat rata-rata skor motivasi siswa 81,27, median 8,50, mode 81 dan standar deviasi 6,726, dengan skor tertinggi 98 dan skor terendah 68 dan mengalami peningkatan sebagai mana hasil berikut ini:
Tabel: Hasil Analisis Uji t Motivasi Belajar Siswa

One-Sample Test


Test Value = 0




T




Df




Sig. (2-tailed)




Mean Difference
95% Confidence Interval of the Difference
Lower
Upper
Motivasi Siklus 1
Motivasi Siklus 2

66.180

107.881

29

29

.000

.000

81.267

95.600

78.76

93.79

83.78

97.41


c)    Aktifitas Belajar
Aktifitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan  belajar. Aktifitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktifitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif, seperti yang dikemukakan oleh Rochman Natawijaya dalam Depdiknas (2005:31), belajar aktif adalah “Suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek koqnitif, afektif dan psikomotor”.






Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti: sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang  diberi tugas belajar, dan lain sebagainya.


2.    Pembahasan


a)    Hasil belajar

Dalam upaya untuk mendapatkan hasil belajar dilakukan proses penilaian dengan menggunakan alat penilaian berupa tes. Sudjana (2008:35) “tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran”. Didalam Permen Diknas no 41. Tahun 2007 bab IV tentang penilaian hasil belajar, menyebutkan, “penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis atau lisan, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan atau produk portofolio dan penilaian diri”.
Depdikbud (1994) proses pembelajaran bertujuan agar materi yang dipelajari dapat dikuasai oleh siswa. Tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai ketuntasan dari tes hasil belajarnya. Pengukuran hasil belajar dinyatakan melalui skor yang diperoleh siswa, semakin baik penguasaan materi siswa menunjukkan ketuntasan belajar telah tercapai.
Secara umum tindakan yang dilaksanakan siswa pada siklus II sudah menunjukkan hasil yang signifikan karena hasil ujian  t  hitung = 49.517 siklus






I mengalami peningkatan yaitu : 78.987.



b)   Motivasi belajar

Ada beberapa hal yang menjadi faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar yaitu: 1) cita-cita atau aspirasi siswa, 2) kemampuan siswa, 3) kondisi siswa 4) kondisi lingkungan siswa, 5) unsur-unsur dinamis, 6) upaya guru dalam membelajarkan siswa. Dimyati dan Mudjiono ( 1994:970).
Dengan masih kurangnya pencapaian nilai motivasi pada Siklus I maka dilanjutkan dengan pelaksanaan pada Siklus II, Pada Siklus II siswa sudah diberikan rangsangan berupa pemberian hadiah untuk nilai terbaik yang didapatkan pada hasil belajar, diberikan pujian atas hal positif yang dilakukan oleh siswa dan pada Siklus II ini siswa sudah bisa memahami tujuan belajar yang di informasikan secara lebih detail pada siklus yang dilaksanakan. Setelah beberapa perlakuan dilaksanakan pada Siklus II motivasi belajar siswa diperoleh derajat pencapaian motivasi belajar siswa adalah 70% (kategori cukup) pada siklus I dengan rata- rata skor 81,27. Pada siklus II derajat pencapaian motivasi belajar siswa adalah 82 % (kategori baik) dengan rata-rata skor 96,60. Hasil Analisis Uji t Motivasi Belajar Siswa Siklus II, t hitung = 107.881 dan t hitung pada Siklus I = 66.180 menunjukan pencapaian yang signifikan.
Ada dua hal penting yang menjadi perhatian dalam motivasi  belajar yaitu: mengetahui apa yang akan dipelajari dan mengapa hal tersebut layak atau patut untuk dipelajari. Sebab tanpa motivasi (mengetahui apa yang akan






dipelajari dan mengapa hal tersebut layak atau patut untuk dipelajari) kegiatan belajar mengajar akan sangat sulit untuk mendapatkan keberhasilan. Hasil Analisis Uji t Motivasi Belajar Siswa Siklus II , t hitung = 107.881 dan t hitung pada Siklus I = 66.180 menunjukan pencapaian yang signifikan. Ada dua hal penting yang menjadi perhatian dalam motivasi belajar yaitu: mengetahui apa yang akan dipelajari dan mengapa hal tersebut layak  atau  patut untuk dipelajari. Sebab tanpa motivasi (mengetahui apa yang akan dipelajari dan mengapa hal tersebut layak atau patut untuk dipelajari) kegiatan belajar mengajar akan sangat sulit untuk mendapatkan keberhasilan.


c)    Aktifitas siswa

Aktifitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan  belajar. Aktifitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktifitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif, seperti yang dikemukakan oleh Rochman Natawijaya dalam Depdiknas (2005:31), belajar aktif adalah “Suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek koqnitif, afektif dan psikomotor”.
Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti; sering bertanya kepada guru atau siswa lain,  mau  mengerjakan    tugas






yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang  diberi tugas belajar, dan lain sebagainya.
Hasil aktifitas siswa pada siklus I masih tergolong rendah dengan presentase tertingi yang dicapai siswa 66,66% pada aktifitas  bersemangat dalam pembelajaran sedangkan kesiapan mengikuti pelajaran hanya mencapai 13,33%. Hal ini disebabkan proses pembelajaran belum berlangsung optimal karena kesiapan mengikuti pelajaran siswa belum maksimal, mendengar penjelasan guru kurang fokus, kurang bersemangat dalam membuat tugas, mengerjakan soal maupun melakukan dialog.
Pada siklus II aktifitas siswa sudah meningkat. Hal ini terlihat terutama pada frekuensi aktifitas tertinggi yaitu; menjawab pertanyaan (83%) mengajukan pertanyaan (80%) dan melakukan dialog (76,66%).


Simpulan dan Saran


1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
a)     Penerapan metode pemberian tugas dan umpan balik dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang menjadi tujuan penelitian ini, dengan pencapaian hasil belajar siswa yang memenuhi KKM adalah 100%.
b)    Motivasi siswa meningkat dengan derajat pencapaian kategori “Baik”.

c)     Aktifitas siswa meningkat dengan aktifnya siswa selama pelajaran berlangsung dari 31,67% menjadi 67%.






2.    Saran

a)     Untuk guru agar menerapkan metode pemberian tugas dan umpan balik sebagai salah satu solusi dalam mengalami permasalahan dalam pembelajaran. Pemberian tugas kepada siswa hendaknya diberikan penilaian.
b)     Untuk siswa agar mempertahan kondisi belajar-mengajarkan yang menyenangkan, mengerjakan tugas dengan serius, membaca perintah tugas dengan teliti sehinggga mendapat nilai sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
c)     Untuk sekolah agar menjadikan hasil penelitian ini sebagai tolak ukur dan kebijakan agar penerapan metode pemberian tugas dan umpan balik dijadikan alternatif untuk diterapkan sebagai metode pembelajaran pada masa yang akan datang.


Daftar Rujukan


Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta.Rineka Cipta.

A.M, Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Depdikbud. 1994. Kurikulum Pendidikan Dasar (GBPP). Jakarta. Depdikbud. Depdikbud.  2001.  Kurikulum  Berbasis  Kompetensi.  Jakarta:  Pusat  Kurikulum
Badan Penelitian dan Pengembangan Kurikulum Depdiknas.

Hamalik,    Oemar.    1991,     Pendekatan    Baru    Strategi    Belajar   Mengajarkan berdasarkan CBSA. Bandung: Sinar Baru.

              . 1990. Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito Bandung.






Kunandar.      2011.     Langkah    Mudah    Penelitian    Tindakan    Kelas    Sebagai Pengembangan profesi Guru Jakarta: PT Raja Wali Press.

              .   2007.   Guru   Profesional   Implementasi   KTSP   dan   Sukses  dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Lubis, Syahron. 2011. Metologi Penelitian Pendidikan Padang: Sukabina Press. Nana   Sudjana.   2006.   Penilaian   Hasil   Proses   Belajar  Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

Nasution. 2010. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 (PP 19/2005) tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22, 23, 24 Tahun 2006. Jakarta. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 16 Tahun 2007. Tentang   Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Jakarta: BSNP.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007. Jakarta. Roestiyah, N.K. 1998. Strategi Belajar Mengajar.Jakarta.Rineka Cipta.
Ririn Kurniawati. 2010. Aktifitas Belajar (versi elektronik) diakses dari: http://id.shvoong.com/social-sciences/1961162-aktifitas belajar/#ixzz25N6 NanTd.

Sudjana. 1992. Teknik Analisis regresi dan Korelasi. Bandung: Tarsito.


Persantunan: Artikel ini diolah dari tesis Hasinah dengan judul Penerapan Pembelajaran Konstruktivisme Modul Fisika Untuk Meningkatkan Konsep Diri dan Hasil Belajar Siswa Kelas X Otomasi Industri SMK Negeri 1 Batam. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada Pembimbing I Prof. Drs. Syahron Lubis, M.Ed, Ph.D dan Pembimbing II Dr. Ambiyar, M.Pd yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam penyelesaian artikel ini.

No comments: